Menunggu Cincin Di Jari Manis

Menunggu Cincin Di Jari Manis

Acara Kencan

"Kamu mau jalan ke mana malam ini?" tanya Faiz saat menghampiri ruangan kerja Safia yang sudah lumayan sepi karena beberapa karyawan bagian keuangan telah pulang.

Safia masih sibuk menatap layar komputer. Perhitungannya salah besar siang ini, padahal ia sudah bersusah payah untuk bisa mengerjakannya dengan teliti.

Faiz menarik kursi milik teman Safia yang sudah pulang, duduk tenang sambil menatap kekasihnya. "Sayang, kamu nggak dengar aku?" Suara manja layaknya seorang anak kecil dilakukan Faiz. Kebiasaan. Untung saja di ruangan ini hanya ada tiga orang karyawan lagi, termasuk Safia. Faiz meraih tangan kiri Safia. "Aku ini kekasihmu, Sayang."

Safia terpaksa menoleh, sekali pun sedang harus mengejar revisi. "Maaf, Sayang, aku belum bisa fokus. Pekerjaanku masih banyak." Wajah Safia ditekuk lutut, tampak jelas raut wajah kelelahan dari perempuan itu. Ia butuh istirahat, tetapi sang kekasih seolah merajuk untuk minta ditemani.

Faiz mengukir senyum kecil. Memberikan ketenangan pada Safia, walaupun hatinya sedikit kecewa. "Ya sudah, aku tunggu kamu sampai selesai. Ini malam Sabtu, harusnya kita kencan."

Safia paham. Mereka memang sudah setuju untuk kencan di malam Sabtu, sekadar menonton fim di bioskop setelah pulang. Hal ini dilakukan karena Faiz harus pulang kampung besok pagi untuk menemui orang tuanya. "Aku janji, setelah ini pasti kita kencan." Membalas senyum. Berharap sang kekasih bisa menunggu dengan sabar.

Faiz mengangkat satu alis. "Ok. Demi kamu, apa sih yang nggak untuk kamu." Tangan kanan Faiz bergerak ke atas, mengusap rambut panjang hitam milik Safia. Harum dan lembut, itu yang bisa Faiz definisikan dari rambut perempuan tersebut.

"Jangan ganggu, ya. Aku mau fokus." Satria mengedipkan mata kanan.

"Ok, Sayang." Faiz menurut. Mengeluarkan ponsel dari saku celana dan memutuskan berselancar di dunia maya saja. Tentunya dengan mencari lebih banyak kabar tentang pertandingan bola dalam negeri. Barangkali klub favoritnya masuk final.

Safia kembali mengerjakan tugas. Ratusan angka yang dilihatnya terasa membuat kepala sakit. Namun, inilah yang perlu dilakukan. Bekerja itu penting karena dirinya harus mampu menopang sendiri. Sedikit kejam memang dunia ini.

Satu per-satu teman sekantor Safia pamit pulang karena sudah menunjukkan pukul lima sore lewat dua puluh empat menit. Tinggal beberapa menit lagi azan, tetapi Safia masih belum selesai. Sebentar lagi.

Faiz mulai bosan, ingin segera keluar dari ruangan bercat putih dengan banyak bangku dan kursi juga komputer. Udara malam yang segar dan dingin akan segera datang. Memang akan sangat menusuk tulang, tetapi itu lebih baik daripada terkurung di ruangan putih ini. Menurut Faiz.

"Sayang, kamu masih belum selesai?" Faiz bertanya lagi. Sesekali melirik komputer Safia, masih saja menyala. "Aku bosan, nih."

Safia memahami itu. "Sebentar lagi, Sayang. Kalau kamu bosan, bisa tunggu aku di parkiran. Tapi, sepertinya sebentar lagi masuk waktu Magrib, aku harus salat dulu."

Faiz menekuk wajah, menyimpan ponsel di saku celana lagi. Melipat kedua tangan di meja. "Kamu mau ibadah? Nanti filmnya keburu dimulai."

Film romantis yang akan mereka tonton memang dimulai pukul enam sore. Dan, waktu salat Magrib sekitar pukul lima sore lewat lima puluh enam menit, sangat dekat sekali karena keduanya harus berkendara sekitar delapan menit menuju bioskop.

Safia menghela napas kasar, menoleh ke samping kiri. "Sayang, aku nggak bisa pergi begitu saja kalau sudah waktunya ibadah. Kamu juga sama, kan?"

Faiz terdiam. Kalimat Safia menampar dirinya.

"Bukankah kita sudah berjanji untuk saling menghormati satu sama lain?" tanya Safia lagi.

Faiz tak bisa mengelak, memang itu yang pernah mereka setujui. "Iya, aku tau. Ta–."

"Kalau memang kamu nggak bisa nunggu, aku nggak mau kencan malam ini." Satria langsung memotong kalimat Faiz. Marah dan kembali fokus ke depan.

Faiz kini yang menghela napas kasar. Perempuan akan sulit untuk dirayu ketika marah. Oleh sebab itu, ia pun harus bisa mengalah. "Ya sudah, maaf. Aku khilap."

Safia diam. Pekerjaannya akan segera selesai dalam dua puluh menit dan masih ada waktu untuk membereskan meja sebelum pulang.

Faiz mengalah, menunggu Safia selesai dengan pekerjaan serta ibadahnya. Jangan sampai hanya karena masalah sepele, semua berakhir begitu saja. Hubungan yang sudah dijalani sekitar lima bulan tersebut.

Waktu terus berlalu sampai akhirnya azan Magrib pun berkumandang. Safia sudah selesai lima menit sebelumnya. Bergegas membereskan meja dan pergi dari ruangan itu dengan Faiz. Keduanya turun ke lantai bawah dan berjalan ke arah mushola kantor.

Faiz sendiri cukup menunggu di depan mushola, sedangkan Safia langsung melaksanakan kewajibannya terhadap Yang Maha Kuasa seperti orang muslim pada umumnya.

Dengan tenang dan khusus, Safia melaksanakan salat. Setelah selesai, ia kembali menemui Faiz. "Ayo, kita pergi, Sayang." Berdiri setelah memakai sepatu pantofel kesayangan berwarna hitam. Rambut panjang Safia masih sangat baik, perempuan itu merawatnya dengan cermat dan selalu ke salon. "Kita mau langsung ke bioskop atau makan dulu? Soalnya film incaran kita mungkin udah mulai, jadi sebaiknya ganti yang lain saja."

Faiz masih sedikit kesal, tetapi berusaha sabar. Lelaki berusia dua puluh lima tahun itu pun berdiri tegak di depan Safia. "Aku lapar, Sayang. Lebih baik kita makan aja dulu, baru nonton film lainnya. Mungkin ada yang jauh lebih bagus dari yang itu." Faiz langsung berbalik badan, Safia peka. "Sayang, kamu marah, ya?" Merangkul lengan kanan Faiz agar bisa membujuknya. "Aku minta maaf karena kita gagal nonton film incaran, tapi lain waktu bisa nonton lagi."

Faiz diam, kesalnya sampai turun ke ulu hati. Pria itu mendengus kesal. "Padahal aku sudah mengincar dari lama, tapi mau gimana lagi. Minggu depan mungkin masih ada."

Safia menoleh ke samping kanan sambil berjalan pelan dengan Faiz. Lelaki yang baru dikencaninya ini tampak lebih manis saat merajuk. Namun, hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri. "Duh, pacarku, kok, malah merajuk. Jangan dong! Nanti aku sedih." Dengan wajah dibuat seimut mungkin juga nada bicara yang sedih, biasanya bisa membuat Faiz luluh.

Faiz sontak menoleh ke arah Safia. Tidak bisa menolak keimutan yang diberikan gadis berusia dua puluh empat tahun ini. Usianya mungkin sudah lumayan, tetapi aura lucu dan imut itu masih ada di wajah Safia. Siapa yang sanggup menolak, pastinya akan cepat luluh. "Kamu memang paling bisa buat aku jatuh cinta. Imutnya." Faiz mencubit hidung Safia sambil terus berjalan.

Perusahaan ini memang memperbolehkan karyawannya untuk menjalin asmara satu sama lain, asalkan tidak sampai mengganggu aktivitas bekerja. Istilahnya, bekerja dan masalah pribadi itu dua hal yang berbeda dan harus tahu tempat.

Faiz dan Safia keluar gedung. Mereka sempat bertemu dengan satpam kantor yang sudah mengetahui hubungan keduanya. Satpam itu menggoda keduanya sebentar, semana biasanya.

Faiz dan Safia menggunakan kendaraan masing-masing, itu dilakukan karena keduanya membawa mobil dari rumah. Hanya saling beriringan selama berkendara agar tidak berpisah.

Perjalanan dari kantor ke bioskop memakan waktu sekitar delapan menit. Begitu sampai, baik Faiz ataupun Safia memarkirkan di tempat yang sama dan saling berdampingan.

Faiz keluar mobil lebih dahulu. "Sayang, kamu mau makan apa?" Faiz langsung menghampiri Safia yang baru saja turun dari mobil.

Safia turun. Berdiam diri sejenak, memikirkan makanan yang sangat diinginkan. "Mungkin steak, Sayang."

Faiz diam. "Bagus juga." Lelaki itu setuju. Mendekati Safia dan merangkul tangan kanannya. "Ayo, kita makan. Aku lapar. Malam ini kamu yang traktir, ya?" Mengajak Safia berjalan.

Sejenak Safia tertegun, tetapi langsung sadar. "Ah, iya." Sedikit ragu menjawab. Namun, kembali menyadari jika dalam satu hubungan tidak harus selalu lelaki yang membayar. Bisa masing-masing atau mentraktir bergantian.

Terpopuler

Comments

maulana ya_manna

maulana ya_manna

mampir thor

2023-03-29

0

Tatik R

Tatik R

absen dulu

2023-03-03

0

Hearty 💕

Hearty 💕

Hai Kk apa kabarnya sudah lama saya tidak mampir baca karyanya. Semoga karya ini sukses ya

2023-02-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!