“Jangan khawatir, kamu akan aman di yayasan ini,” kata Kak Amara setelah mendengar cerita dariku.
“Ya benar! Selama kamu tinggal di yayasan ini, kami akan menjagamu semaksimal mungkin dan kami juga akan mengajarkanmu untuk menghadapi kemampuan yang kamu miliki,” sambung Kak Marlina. Mereka berdua meyakinkanku bahwa tempat ini adalah tempat yang aman bagiku.
“Kalau begitu mari kita pergi ke taman,” ajak Kak Amara. Aku mengangguk dan berdiri mengikuti langkah Kak Amara menuju taman, sedangkan Kak Marlina kembali ke ruang makan untuk mempersiapkan makan malam.
“Hai adik-adik!” sapa Kak Amara kepada teman-teman di taman.
“Hai juga Kak!” jawab mereka.
“Maaf ya Kakak dan Airin sedikit terlambat.”
Kak Amara meminta maaf atas keterlambatan kami. Kemudian Kak Amara menyuruhku untuk masuk ke dalam barisan dan kami pun memulai kegiatan sore yang di awali dengan pemanasan terlebih dahulu, kemudian kami memainkan game yang diberikan oleh ka Amara.
“Adik-adik! Sekarang kalian boleh istirahat,” Kak Amara menyuruh kami beristirahat setelah kami selesai bermain beberapa game. Kami pun bubar dari barisan dan mencari tempat duduk yang nyaman.
“Kita duduk di bawah pohon itu aja yuk,” ajak Friska. Kami pun mengikutinya melangkah menuju tempat yang dia tunjuk.
“Biasanya selesai istirahat kaya gini, kalian ngapain?” tanyaku kepada mereka sambil duduk santai bersama mereka di bawah pohon yang rimbun.
“Biasanya setelah istirahat, kita jalan jalan sore bersama sama dan setelah itu kita di beri waktu untuk mandi,” jawab Dara.
“Apakah kita memiliki kegiatan malam?” aku kembali bertanya kepada mereka.”
“Sebenarnya malam adalah waktu bebas, tetapi barang kali ada salah satu di antara kami yang harus mengerjakan tugas dari sekolah dan bertanya tentang pelajaran yang kurang kami mengerti kepada Pak Santos atau Ibu Shopia,” kali ini Klara yang menjawab pertanyaanku.
Aku mengangguk mendengar penjelasan darinya. “Kalau boleh tahu, di mana anak laki melakukan kegiatan sorenya? Mereka tak terlihat semenjak kita makan siang tadi?” aku terus bertanya.
“Bukannya mereka tidak terlihat, tetapi mereka sudah lebih dulu masuk ke dalam ruang makan pengasuh,” jawab Friska dengan singkat.
“Oh jadi mereka makan bersama para pengasuh?” tanyaku lagi.
“Ya, kamu benar! Karena tanpa pengawasan para pengasuh mereka akan rusuh,” Friska pun kembali menjawab pertanyaanku.
“Terus, kalau tentang kegiatan sore, mereka berada di mana?” aku bertanya terus menerus sehingga waktu istirahat pun berakhir.
Tetapi sebelum Kak Amara mengajak kami untuk berjalan-jalan sore, pertanyaanku tentang anak laki-laki tadi sempat di jawab oleh Klara. Klara menjawab kalau anak laki-laki melakukan kegiatan sorenya dengan memulai jalan-jalan sore terlebih dahulu, setelah itu baru mereka melakukan kegiatan di taman.
Kegiatan anak laki-laki dan anak perempuan sengaja di pisah dengan alasan agar masing-masing dari anak-anak di yayasan bisa fokus dalam melaksanakan kegiatan yang sudah di programkan di dalam yayasan ini. Sebenarnya, kami boleh berbaur dengan anak laki-laki. Tetapi dengan syarat, kami berbaur dengan mereka di luar kegiatan yang sudah di programkan oleh yayasan ini. Seperti waktu malam contohnya.
“Ayo berkumpul kembali, kita akan berjalan jalan sore,” kata Kak Amara memberikan instruksi. Kami pun bangun dan berkumpul di tempat semula.
“Kak Amara, boleh gak Gita gak usah ikut jalan-jalan sore?” Gita mengeluh kepada Kak Amara, dia terlihat cukup pucat dan agak lemas.
“Kamu kenapa Gita? Kamu sakit ya?” tanya Kak Amara kepadanya.
“Sepertinya begitu,” jawab Gita kepada Kak Amara. Kami semua melihat ke arah Gita.
“Baiklah Gita, kamu kembali ke kamarmu dengan di temani oleh Kak Riana,” Kak Amara mengizinkannya untuk kembali ke kamar dan dengan di temani oleh Riana, si anak yang berperilaku aneh.
“Hati-hati ya Riana! Jika ada sesuatu jangan sungkan untuk memberitahunya kepada Kak Marlina di ruang makan,” pesan Kak Amara kepada Riana.
Riana memegang tangan Gita dan menuntun Gita menuju kamarnya. Kami memandangi mereka sampai akhirnya Kak Amara memberikan aba-aba.
“Baiklah adik-adik! Mari kita lanjutkan kegiatan sore hari ini dengan jalan-jalan sore.”
Kami pun menjawabnya dengan semangat dan mengikuti langkah Kak Amara yang menuntun kami untuk berjalan jalan sore.
Kami mulai berjalan lewat samping kanan yayasan, dan keluar dari gerbang yayasan. Kami berjalan di jalan aspal yang ada pepohonan cemara, membuat suasana hati terasa damai, pepohonan cemara itu membuat suasana jalan-jalan sore menjadi lebih segar.
“Kak? Emangnya jalan-jalan sore seperti ini rutin dilakukan ya?” aku berjalan di samping Kak Amara dan bertanya kepada.
“Iya, emangnya kenapa?” jawabnya, lalu kembali bertanya kepadaku.
“Enggak papa sih Kak! aku cuma merasa senang aja dengan jalan-jalan sore di antara pepohonan,” jawabku sambil tersenyum.
Kami berjalan-jalan mengelilingi jalan yang berada tidak jauh dari yayasan. Setelah tiga puluh menit kami berjalan-jalan sore, kami pun kembali ke yayasan. Kami mandi dan bersiap-siap bertemu pada saat waktu bebas.
“Mama,” tiba-tiba aku mengingat Mama. Aku merasa merindukannya dan memutuskan untuk menelponnya setelah mandi.
Curr.
Aku menghidupkan shower dan mandi dengan cepat cepat. Setelah selesai mandi, kemudian aku mengeringkan badanku dengan handuk dan bersegera memakai baju.
“Mama,” tiba-tiba aku meneteskan air mata, aku tidak tahu kenapa, tetapi rasanya hati ini sangat merindukan sosok Mama.
Setelah aku mengenakan baju, aku pun langsung mencari handphone di lemari dan langsung menghubungi nomor Mama.
Tut Tut Tut.
Aku menghubungi nomor telepon Mama. Mama tidak merespon panggilan dariku. Kemudian aku mencoba untuk menghubungi nomor hp Papa.
Tut Tut Tut.
Aku berharap Papa mau mengangkat panggilan dariku.
“Halo Nak.” Akhirnya Papa menjawab telpon dariku.
“Halo Pa,” aku merasa sedikit tenang ketika papa mengangkat telpon ku.
“Rin, ada apa Nak?” tanya Papa kepadaku.
“Mama mana Pa? Kok Airin nelpon Mama nggak di angkat-angkat?” tanyaku kepada Papa.
“Oh, Mama ya? Ini Mama ada di samping Papa!” jawab Papa kepadaku.
“Mana mana Pa? Airin mendadak rindu!” kataku kepada Papa.
“Halo Nak! Ada apa?” Mama bertanya kepadaku.
“Nggak kok Ma, aku cuma mendadak rindu aja!” jawab ku sambil menangis.
“Sudah lah, jangan menangis lagi! Kamu harus jaga diri kamu baik-baik ya di sana!” jawab Mama.
“Iya Ma!” jawabku. “Ma?” kataku sambil menahan tangisku.
“Ya Nak?” jawab Mama dengan nada penuh kasih sayang.
“Sekarang Mama sedang berada di mana?” aku bertanya dengan air mata yang mengalir.
“Mama sedang berada di atas pesawat Nak,” jawab Mama lalu menangis tersedu-sedu.
Tiba-tiba Mama mematikan telpon dan aku kembali menangis, aku khawatir sesuatu yang tidak diinginkan menimpa keluargaku.
Tok Tok Tok.
Seseorang menggedor pintu kamarku.
Krek.
Pintu pun terbuka, ternyata yang menggedor-gedor pintu ku adalah Kak Amara. Dia datang bersama seluruh teman-teman perempuanku dan Kak Marlina juga ikut serta bersamanya.
“Airin,” kata Kqak Amara sambil meneteskan air mata. Aku pun melihat ke arahnya dengan tatapan yang penuh dengan air mata.
Kenapa Kak Amara dan yang lainnya menangis, apakah sesuatu yang kutakutkan benar-benar terjadi?
Kak Amara dan yang lainnya menghampiriku dan mereka semua memelukku.
“Ada apa ini Kak? Mengapa kalian semua menangis?” tanyaku sambil menahan tangisku.
“Kamu yang sabar ya Rin! Kami juga keluargamu kok!” jawab Friska dengan air mata yang terus mengalir.
“Maksudnya?” tanyaku dengan bingung.
“Kakak baru saja mendapatkan kabar dari Eyang Darmo bahwasanya pesawat yang di tumpangi oleh keluargamu jatuh ke laut,” Kak Amara menjelaskannya kepadaku.
Aku merasa hancur dan merasa seketika duniaku berhenti. Kepalaku terasa sangat berat ketika mendengar kabar terburuk dalam hidupku. Tidak lama setelah Kak Amara memberikan kabar itu kepadaku, aku pun merasa setengah dari hidupku telah mati. Aku tidak sadarkan diri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nurhalimah Al Dwii Pratama
kok manggil nak trus tdi yg d tlpn siapa
2021-10-25
0
Mahyudin
kata nya cerita hantu indego mana engga ada yang lihat hantu nya engga serem cerita nya
2021-06-23
0
Diah Pratiwi
katanya mama ga pernah memanggil dgn sebutan "Nak" kok di telpon ngobrol dgn Airin mamanya manggil Nak?
2020-04-30
7