Chapter.4 Rapuh

“Jangan khawatir, kamu akan aman di yayasan ini,” kata Kak Amara setelah mendengar cerita dariku.

“Ya benar! Selama kamu tinggal di yayasan ini, kami akan menjagamu semaksimal mungkin dan kami juga akan mengajarkanmu untuk menghadapi kemampuan yang kamu miliki,” sambung Kak Marlina. Mereka berdua meyakinkanku bahwa tempat ini adalah tempat yang aman bagiku.

“Kalau begitu mari kita pergi ke taman,” ajak Kak Amara. Aku mengangguk dan berdiri mengikuti langkah Kak Amara menuju taman, sedangkan Kak Marlina kembali ke ruang makan untuk mempersiapkan makan malam.

“Hai adik-adik!” sapa Kak Amara kepada teman-teman di taman.

“Hai juga Kak!” jawab mereka.

“Maaf ya Kakak dan Airin sedikit terlambat.”

Kak Amara meminta maaf atas keterlambatan kami. Kemudian Kak Amara menyuruhku untuk masuk ke dalam barisan dan kami pun memulai kegiatan sore yang di awali dengan pemanasan terlebih dahulu, kemudian kami memainkan game yang diberikan oleh ka Amara.

“Adik-adik! Sekarang kalian boleh istirahat,” Kak Amara menyuruh kami beristirahat setelah kami selesai bermain beberapa game. Kami pun bubar dari barisan dan mencari tempat duduk yang nyaman.

“Kita duduk di bawah pohon itu aja yuk,” ajak Friska. Kami pun mengikutinya melangkah menuju tempat yang dia tunjuk.

“Biasanya selesai istirahat kaya gini, kalian ngapain?” tanyaku kepada mereka sambil duduk santai bersama mereka di bawah pohon yang rimbun.

“Biasanya setelah istirahat, kita jalan jalan sore bersama sama dan setelah itu kita di beri waktu untuk mandi,” jawab Dara.

“Apakah kita memiliki kegiatan malam?” aku kembali bertanya kepada mereka.”

“Sebenarnya malam adalah waktu bebas, tetapi barang kali ada salah satu di antara kami yang harus mengerjakan tugas dari sekolah dan bertanya tentang pelajaran yang kurang kami mengerti kepada Pak Santos atau Ibu Shopia,” kali ini Klara yang menjawab pertanyaanku.

Aku mengangguk mendengar penjelasan darinya. “Kalau boleh tahu, di mana anak laki melakukan kegiatan sorenya? Mereka tak terlihat semenjak kita makan siang tadi?” aku terus bertanya.

“Bukannya mereka tidak terlihat, tetapi mereka sudah lebih dulu masuk ke dalam ruang makan pengasuh,” jawab Friska dengan singkat.

“Oh jadi mereka makan bersama para pengasuh?” tanyaku lagi.

“Ya, kamu benar! Karena tanpa pengawasan para pengasuh mereka akan rusuh,” Friska pun kembali menjawab pertanyaanku.

“Terus, kalau tentang kegiatan sore, mereka berada di mana?” aku bertanya terus menerus sehingga waktu istirahat pun berakhir.

Tetapi sebelum Kak Amara mengajak kami untuk berjalan-jalan sore, pertanyaanku tentang anak laki-laki tadi sempat di jawab oleh Klara. Klara menjawab kalau anak laki-laki melakukan kegiatan sorenya dengan memulai jalan-jalan sore terlebih dahulu, setelah itu baru mereka melakukan kegiatan di taman.

Kegiatan anak laki-laki dan anak perempuan sengaja di pisah dengan alasan agar masing-masing dari anak-anak di yayasan bisa fokus dalam melaksanakan kegiatan yang sudah di programkan di dalam yayasan ini. Sebenarnya, kami boleh berbaur dengan anak laki-laki. Tetapi dengan syarat, kami berbaur dengan mereka di luar kegiatan yang sudah di programkan oleh yayasan ini. Seperti waktu malam contohnya.

“Ayo berkumpul kembali, kita akan berjalan jalan sore,” kata Kak Amara memberikan instruksi. Kami pun bangun dan berkumpul di tempat semula.

“Kak Amara, boleh gak Gita gak usah ikut jalan-jalan sore?” Gita mengeluh kepada Kak Amara, dia terlihat cukup pucat dan agak lemas.

“Kamu kenapa Gita? Kamu sakit ya?” tanya Kak Amara kepadanya.

“Sepertinya begitu,” jawab Gita kepada Kak Amara. Kami semua melihat ke arah Gita.

“Baiklah Gita, kamu kembali ke kamarmu dengan di temani oleh Kak Riana,” Kak Amara mengizinkannya untuk kembali ke kamar dan dengan di temani oleh Riana, si anak yang berperilaku aneh.

“Hati-hati ya Riana! Jika ada sesuatu jangan sungkan untuk memberitahunya kepada Kak Marlina di ruang makan,” pesan Kak Amara kepada Riana.

Riana memegang tangan Gita dan menuntun Gita menuju kamarnya. Kami memandangi mereka sampai akhirnya Kak Amara memberikan aba-aba.

“Baiklah adik-adik! Mari kita lanjutkan kegiatan sore hari ini dengan jalan-jalan sore.”

Kami pun menjawabnya dengan semangat dan mengikuti langkah Kak Amara yang menuntun kami untuk berjalan jalan sore.

Kami mulai berjalan lewat samping kanan yayasan, dan keluar dari gerbang yayasan. Kami berjalan di jalan aspal yang ada pepohonan cemara, membuat suasana hati terasa damai, pepohonan cemara itu membuat suasana jalan-jalan sore menjadi lebih segar.

“Kak? Emangnya jalan-jalan sore seperti ini rutin dilakukan ya?” aku berjalan di samping Kak Amara dan bertanya kepada.

“Iya, emangnya kenapa?” jawabnya, lalu kembali bertanya kepadaku.

“Enggak papa sih Kak! aku cuma merasa senang aja dengan jalan-jalan sore di antara pepohonan,” jawabku sambil tersenyum.

Kami berjalan-jalan mengelilingi jalan yang berada tidak jauh dari yayasan. Setelah tiga puluh menit kami berjalan-jalan sore, kami pun kembali ke yayasan. Kami mandi dan bersiap-siap bertemu pada saat waktu bebas.

“Mama,” tiba-tiba aku mengingat Mama. Aku merasa merindukannya dan memutuskan untuk menelponnya setelah mandi.

Curr.

Aku menghidupkan shower dan mandi dengan cepat cepat. Setelah selesai mandi, kemudian aku mengeringkan badanku dengan handuk dan bersegera memakai baju.

“Mama,” tiba-tiba aku meneteskan air mata, aku tidak tahu kenapa, tetapi rasanya hati ini sangat merindukan sosok Mama.

Setelah aku mengenakan baju, aku pun langsung mencari handphone di lemari dan langsung menghubungi nomor Mama.

Tut Tut Tut.

Aku menghubungi nomor telepon Mama. Mama tidak merespon panggilan dariku. Kemudian aku mencoba untuk menghubungi nomor hp Papa.

Tut Tut Tut.

Aku berharap Papa mau mengangkat panggilan dariku.

“Halo Nak.” Akhirnya Papa menjawab telpon dariku.

“Halo Pa,” aku merasa sedikit tenang ketika papa mengangkat telpon ku.

“Rin, ada apa Nak?” tanya Papa kepadaku.

“Mama mana Pa? Kok Airin nelpon Mama nggak di angkat-angkat?” tanyaku kepada Papa.

“Oh, Mama ya? Ini Mama ada di samping Papa!” jawab Papa kepadaku.

“Mana mana Pa? Airin mendadak rindu!” kataku kepada Papa.

“Halo Nak! Ada apa?” Mama bertanya kepadaku.

“Nggak kok Ma, aku cuma mendadak rindu aja!” jawab ku sambil menangis.

“Sudah lah, jangan menangis lagi! Kamu harus jaga diri kamu baik-baik ya di sana!” jawab Mama.

“Iya Ma!” jawabku. “Ma?” kataku sambil menahan tangisku.

“Ya Nak?” jawab Mama dengan nada penuh kasih sayang.

“Sekarang Mama sedang berada di mana?” aku bertanya dengan air mata yang mengalir.

“Mama sedang berada di atas pesawat Nak,” jawab Mama lalu menangis tersedu-sedu.

Tiba-tiba Mama mematikan telpon dan aku kembali menangis, aku khawatir sesuatu yang tidak diinginkan menimpa keluargaku.

Tok Tok Tok.

Seseorang menggedor pintu kamarku.

Krek.

Pintu pun terbuka, ternyata yang menggedor-gedor pintu ku adalah Kak Amara. Dia datang bersama seluruh teman-teman perempuanku dan Kak Marlina juga ikut serta bersamanya.

“Airin,” kata Kqak Amara sambil meneteskan air mata. Aku pun melihat ke arahnya dengan tatapan yang penuh dengan air mata.

Kenapa Kak Amara dan yang lainnya menangis, apakah sesuatu yang kutakutkan benar-benar terjadi?

Kak Amara dan yang lainnya menghampiriku dan mereka semua memelukku.

“Ada apa ini Kak? Mengapa kalian semua menangis?” tanyaku sambil menahan tangisku.

“Kamu yang sabar ya Rin! Kami juga keluargamu kok!” jawab Friska dengan air mata yang terus mengalir.

“Maksudnya?” tanyaku dengan bingung.

“Kakak baru saja mendapatkan kabar dari Eyang Darmo bahwasanya pesawat yang di tumpangi oleh keluargamu jatuh ke laut,” Kak Amara menjelaskannya kepadaku.

Aku merasa hancur dan merasa seketika duniaku berhenti. Kepalaku terasa sangat berat ketika mendengar kabar terburuk dalam hidupku. Tidak lama setelah Kak Amara memberikan kabar itu kepadaku, aku pun merasa setengah dari hidupku telah mati. Aku tidak sadarkan diri.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

kok manggil nak trus tdi yg d tlpn siapa

2021-10-25

0

Mahyudin

Mahyudin

kata nya cerita hantu indego mana engga ada yang lihat hantu nya engga serem cerita nya

2021-06-23

0

Diah Pratiwi

Diah Pratiwi

katanya mama ga pernah memanggil dgn sebutan "Nak" kok di telpon ngobrol dgn Airin mamanya manggil Nak?

2020-04-30

7

lihat semua
Episodes
1 Chapter.1 Yayasan Rumah batin
2 Chapter.2 perkenalan
3 Chapter.3 kembalinya sosok hantu Bathup
4 Chapter.4 Rapuh
5 Chapter.5 Spesial Lagu Tidur
6 Chapter.6 Kemampuan Breathing in two realms ternyata sangat luas
7 Chapter.7 Kedua Kaka ku ditemukan!
8 Chapter.8 kembali rapuh
9 Chapter.9 Kata kata pahit.
10 Chapter 10 spesial Menari dalam kendali iblis
11 Chapter.11 Iblis jahat Na'ene'
12 Chapter.12 Back to school
13 Chapter.13 Wali kelas yang sombong
14 Chapter.14 Salah tingkah
15 Chapter.15 Story' of Riana
16 Chapter.16 Khayalan tentang cinta
17 Chapter.17 Ada apa dengan Klara?
18 Chapter.18 Arti sahabat
19 Chapter.19 Bullying di sekolah
20 Chapter.20 spesial kesurupan massal
21 Chapter.21 Habis gelap terbitlah terang
22 Chapter.22 i love you Tom
23 Chapter.23 Mereka datang
24 Chapter.24 Buku harian kak Amara
25 Chapter.25 Masuk ke masa lampau
26 Chapter.26 Mati tergantung
27 Chapter.27 Cerita desa Gantung
28 Chapter.28 Kemampuan Menjelajah waktu
29 Chapter.29 Key datang
30 Chapter.30 Daruma San: permainan mistis dari Jepang
31 Chapter.31 Daruma San 2
32 Chapter.32 The game has begin
33 Chapter.33 Hilang secara misterius
34 Chapter.34 Seperti mimpi buruk
35 Chapter.35 Dunia game yang mistik
36 Chapter.36 Selembar gulungan kertas dari gadis kecil
37 Chapter.37 Nyawa taruhannya
38 Chapter.38 Bisikan penyelamat
39 Chapter.39 Kalung berliontin bintang
40 Chapter.40 Patung malaikat
41 Chapter.41 Terlanjur tidak sadarkan diri
42 Chapter.42 Salah sangka
43 Chapter.43 Aku tidak sendirian
44 Chapter.44 Korsleting
45 Chapter.45 Riana menjadi boneka kayu
46 Chapter.46 Lubang persegi panjang
47 Chapter.47 Gadis kecil itu kembali membantu kami
48 Chapter.48 Mustika merah delima
49 Chapter.49 Empat penari
50 Chapter.50 Merancang rencana
51 Chapter.51 " Keyla. "
52 Chapter.52 " keempat penari itu lagi! "
53 Chapter.53 " Klara tidak ada di alam ini. "
54 Chapter.54 " Kembali terpukul. "
55 Chapter.55 " Kembali ke alam nyata. "
56 Chapter.56 Maaf
57 Chapter.57 Menjenguk Riana
58 Chapter.58 Berpisah dengan key
59 Chapter.59 Pagi yang menyenangkan
60 Chapter.60 Daging Sapi BBQ
61 Chapter.61 Dejavu
62 Chapter.62 Ritual pengakhiran
63 Chapter.63 Berlibur ke Alas Sirno
64 Chapter.64 Villa Merah
65 Chapter.65 kolam renang
66 Chapter.66 Manusia berjiwa iblis
67 Chapter.67 Bara api menjadi arang
68 Chapter.68 Desa jagat baru
69 Chapter.69 keji
70 Chapter.70 Pengabdi iblis
71 Chapter.71 Warisan ilmu hitam
72 Chapter.72 Basement
73 Chapter.73 Handy Talkie
74 Chapter.74 Varel
75 Chapter.75 Klara
76 Chapter.76 Tolak bala
77 Chapter.77 Aku Airin kanyasara, si anak indigo
78 Attention!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Chapter.1 Yayasan Rumah batin
2
Chapter.2 perkenalan
3
Chapter.3 kembalinya sosok hantu Bathup
4
Chapter.4 Rapuh
5
Chapter.5 Spesial Lagu Tidur
6
Chapter.6 Kemampuan Breathing in two realms ternyata sangat luas
7
Chapter.7 Kedua Kaka ku ditemukan!
8
Chapter.8 kembali rapuh
9
Chapter.9 Kata kata pahit.
10
Chapter 10 spesial Menari dalam kendali iblis
11
Chapter.11 Iblis jahat Na'ene'
12
Chapter.12 Back to school
13
Chapter.13 Wali kelas yang sombong
14
Chapter.14 Salah tingkah
15
Chapter.15 Story' of Riana
16
Chapter.16 Khayalan tentang cinta
17
Chapter.17 Ada apa dengan Klara?
18
Chapter.18 Arti sahabat
19
Chapter.19 Bullying di sekolah
20
Chapter.20 spesial kesurupan massal
21
Chapter.21 Habis gelap terbitlah terang
22
Chapter.22 i love you Tom
23
Chapter.23 Mereka datang
24
Chapter.24 Buku harian kak Amara
25
Chapter.25 Masuk ke masa lampau
26
Chapter.26 Mati tergantung
27
Chapter.27 Cerita desa Gantung
28
Chapter.28 Kemampuan Menjelajah waktu
29
Chapter.29 Key datang
30
Chapter.30 Daruma San: permainan mistis dari Jepang
31
Chapter.31 Daruma San 2
32
Chapter.32 The game has begin
33
Chapter.33 Hilang secara misterius
34
Chapter.34 Seperti mimpi buruk
35
Chapter.35 Dunia game yang mistik
36
Chapter.36 Selembar gulungan kertas dari gadis kecil
37
Chapter.37 Nyawa taruhannya
38
Chapter.38 Bisikan penyelamat
39
Chapter.39 Kalung berliontin bintang
40
Chapter.40 Patung malaikat
41
Chapter.41 Terlanjur tidak sadarkan diri
42
Chapter.42 Salah sangka
43
Chapter.43 Aku tidak sendirian
44
Chapter.44 Korsleting
45
Chapter.45 Riana menjadi boneka kayu
46
Chapter.46 Lubang persegi panjang
47
Chapter.47 Gadis kecil itu kembali membantu kami
48
Chapter.48 Mustika merah delima
49
Chapter.49 Empat penari
50
Chapter.50 Merancang rencana
51
Chapter.51 " Keyla. "
52
Chapter.52 " keempat penari itu lagi! "
53
Chapter.53 " Klara tidak ada di alam ini. "
54
Chapter.54 " Kembali terpukul. "
55
Chapter.55 " Kembali ke alam nyata. "
56
Chapter.56 Maaf
57
Chapter.57 Menjenguk Riana
58
Chapter.58 Berpisah dengan key
59
Chapter.59 Pagi yang menyenangkan
60
Chapter.60 Daging Sapi BBQ
61
Chapter.61 Dejavu
62
Chapter.62 Ritual pengakhiran
63
Chapter.63 Berlibur ke Alas Sirno
64
Chapter.64 Villa Merah
65
Chapter.65 kolam renang
66
Chapter.66 Manusia berjiwa iblis
67
Chapter.67 Bara api menjadi arang
68
Chapter.68 Desa jagat baru
69
Chapter.69 keji
70
Chapter.70 Pengabdi iblis
71
Chapter.71 Warisan ilmu hitam
72
Chapter.72 Basement
73
Chapter.73 Handy Talkie
74
Chapter.74 Varel
75
Chapter.75 Klara
76
Chapter.76 Tolak bala
77
Chapter.77 Aku Airin kanyasara, si anak indigo
78
Attention!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!