Tok Tok Tok.
Kak Amara mengetuk pintu kamar ku. “Rin, apakah kamu sudah bangun?” tanyanya padaku dari luar pintu.
Kerena aku masih tidur. Aku tidak mendengar suara ketukan pintu Amara, aku juga tidak mendengar suara panggilannya.
Krek.
Kak Amara membuka pintu kamarku karena aku tidak kunjung menjawab panggilannya. Dia melangkah mendekati-ku dan membangunkanku.
“Rin.. Rin.. bangun, teman-teman kamu sudah pulang dari sekolah! Ayo turun untuk memperkenalan dirimu kepada mereka!” kata Kak Amara sambil menggoyang-goyangkan badanku. Tanpa menunggu lama, aku pun bangun dari tempat tidur.
“Aku cuci muka dulu ya Kak,”
“Iya, jangan lama ya,” jawab Kak Amara. Aku langsung melangkah menuju kamar mandi dan masuk kedalamnya. Setelah selesai mencuci muka, aku pun kembali ke kamar dan ikut bersama Kak Amara untuk turun ke bawah dan memperkenalkan diriku kepada anak-anak yayasan.
Tak Tak Tak.
Suara langkah kaki kami menuruni anak tangga. Kemudian kami melangkah menuju ke ruangan Aula.
Tok Tok Tok.
Kak Amara mengetuk pintu ruangan Aula. Kak Marlina membuka pintu aula dan mempersilahkan aku dan Kak Amara masuk ke dalam aula. Kemudian aku dan Kak Amara melangkah menuju panggung yang ada di aula.
Sesampainya kami di atas panggung, kami langsung menghadapkan pandangan kami kepada mereka.
“Hai adik-adik!” Kak Amara menyapa teman-teman yang baru saja pulang dari sekolah.
“Hallo Kak Amara!”jawab mereka.
“Kita kedatangan teman baru nih! Langsung aja kita minta dia untuk memperkenalkan diri! Kepada Airin Kakak persilahkan kamu untuk memperkenalkan diri!” kata Kak Amara, lalu menyuruhku memperkenalkan diri. Setelah Kak Amara mempersilahkanku untuk memperkenalkan diri. Aku pun maju satu langkah dan mulai memperkenalkan diri.
“Hi.. Teman teman!” aku menyapa mereka untuk memulai perkenalan.
“Hai juga,” jawab mereka dengan meriah.
“Perkenalkan, namaku Airin Kanyasara. Orang-orang di sekitar ku biasa memanggil ku ‘Airin’ atau ‘Rin’ untuk yang lebih singkatnya. Aku berasal dari Jakarta, Hobiku adalah bermain piano,” aku memperkenalkan diri sambil tersenyum malu.
“Sudah Airin?” tanya Kak Amara kepadaku.
“Sudah Kak,” jawabku dengan singkat.
“Oke, mungkin dari kalian ada yang ingin bertanya kepada Airin? Kakak persilahkan kalian untuk bertanya kepadanya,” Kak Amara bertanya kepada mereka dan meminta mereka untuk bertanya kepadaku.
“Saya ingin bertanya Kak!” kata seseorang dari barisan laki-laki.
“Silahkan Bagas!” Kak Amara pun memperkenankannya untuk bertanya. Kemudian dia bangun dari tempat duduknya dan mulai bertanya.
“Hi, perkenalkan sama saya Bagas Prakoso, Kamu bisa memanggil saya Bagas.”
Sebelum bertanya, dia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
“Hi Bagas,” aku menyapanya sambil tersenyum, Dia pun menyapaku balik dengan senyuman yang keluar dari wajah tampannya.
“Saya cuma mau tau, kamu kelas berapa?” dia lanjut bertanya setelah menyapaku balik. Setelah dia bertanya, dia pun kembali duduk di bangkunya.
“Saya baru saja masuk kelas X SMA,” jawabku kepadanya.
“Apakah yang lainnya ada yang mau bertanya?” tanya Kak Amara kepada mereka.
Mereka pun saling melihat satu sama lain hingga akhirnya Kaka Amara menutup perkenalanku.
“Oke Kakak rasa tidak ada lagi pertanyaan. Karena kalian baru pulang sekolah dan belum makan siang, silahkan kalian menuju ke ruang makan.”
Kak Amara menyuruh mereka untuk menuju ke ruang makan. Mereka pun bubar meninggalkan kami di aula.
“Kak aku mau nanya nih!” aku bertanya kepada Kak Amara setelah mereka semua keluar dari aula.
“Iya, tanya apa?” jawabnya dan bertanya balik kepadaku.
“Berapa total keseluruhan orang yang tinggal di sini?” tanyaku kepadanya lagi.
“Total keseluruhan orang yang tinggal di sini ada dua puluh orang! Enam anak perempuan termasuk kamu dan delapan anak laki laki. Selebihnya adalah pengasuh di yayasan ini,” Kak Amara menjawab pertanyaanku dengan detail.
“Kalau boleh tahu? Apakah pengasuhnya juga memiliki kemampuan untuk melihat dunia lain?” aku bertanya lagi kepadanya.
“Kita lanjutkan cerita sambil menuju ke ruang makan ya!” kata Kak Amara kepadaku. Dia mengajakku untuk melanjutkan cerita sambil berjalan menuju ruang makan.
“Oh iya Kak!” jawabku dengan singkat.
“Ya, Semua pengasuh yang tinggal di sini memiliki kemampuan untuk melihat dunia lai,” Kak Amara melanjutkan menjawab pertanyaanku tadi. Kami pun cerita panjang lebar hingga tiba di ruang makan.
Setibanya di rumah makan, Kak Amara menyuruhku untuk duduk bersama teman-teman perempuan ku. Sedangkan dia pergi ke ruang makan khusus pengasuh.
Aku duduk di bangku tengah dan tersenyum kepada mereka yang duduk semeja denganku.
“Hi Rin! Perkenalkan, namaku Klara Sintia, kamu bisa memanggilku Ara,” kata teman perempuan yang duduk di samping kananku, dia memperkenalkan dirinya kepadaku.
“Hi Ara!” aku menyapanya.
“Kalau namaku adalah Friska Kartika, teman-teman di sini biasa memanggil ku Friska,”
Teman yang duduk di samping kiriku memperkenalkan dirinya. Aku menyambut perkenalannya dengan senyuman.
“Friska? Nama yang indah!” jawabku kepadanya.
“Hi Kakak cantik! Namaku Gita Wulan! Aku adalah anak yang paling imut di yayasan ini!”
Anak yang menggemaskan itu memperkenalkan dirinya kepadaku. Dia duduk tepat di depanku. Dia berhadapan denganku. Kurasa dia masih duduk di sekolah dasar.
“Hi Gita!” aku juga menyapanya sambil tersenyum kepadanya.
“Hi Kakak, perkenalkan! Namaku Dara Lucia, Kakak bisa memanggilku Dara!”
Kali ini yang memperkenalkan diri kepadaku adalah anak sekolah menengah pertama. Anak ini terlihat ramah. Aku juga menyapanya seperti yang lainnya.
“Hi Dara,” aku juga menyapanya.
“Kalau ini namanya Kak Riana! Dia sangat pemalu!”
Kali ini Gita lah yang memperkenalkan gadis yang duduk di depan Ara. Gadis itu bernama Riana, dia terlihat sangat berbeda dengan anak-anak yang lain. Dia berpenampilan seperti hantu, dia selalu menundukkan pandangannya ke bawah.
“Makanya sudah siap,” Kak Marlina pun menghampiri kami dan menghidangkan makanan untuk kami. “Makan yang yang banyak ya Rin!” kata Kak Marlina kepadaku.
“Terima kasih Kak!” jawabku dengan singkat.
Suara Kak Marlina tadi mengalihkan perhatianku dari Riana.
“Sebelum makan, sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu! Berdoa di mulai,” Gita memimpin doa sebelum makan, kami pun menunduk dan berdoa di dalam hati.
“Selesai,” kata Gita, dia memberikan aba-aba kalau doa sudah selesai. Kemudian kami pun langsung makan dan setelah itu kami dipersilahkan mengganti baju olahraga. Kami pun disuruh berkumpul di taman belakang yayasan.
Aku sudah terlebih dahulu mengganti baju. Kemudian aku kembali mencari Kak Amara untuk bertanya tentang yayasan ini. Aku merasa sangat ingin tahu lebih kenal banyak tentang yayasan ini
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Finazz
Lagi nyari filingnya......
2021-02-25
1
I am very sad
Riana kayak si pesulap horor itu kan the secret Riana
2021-02-07
2
Mifta Ilmia
mampir dulu ea,,,semoga bgus critanya
2020-12-02
1