Jodoh Dari Allah
"Takdir Allah itu memang indah dari yang awalnya kita tidak saling mengenal, bahkan tidak saling berkomunikasi, Allah takdirkan untuk bersatu. Pernikahan kita sama sekali tidak terpikir dalam benak saya karena pasalnya waktu itu saya sama sekali belum pernah memikirkan pendamping hidup"
_Raditya Senjaya.
"Allah sengaja menghilangkan dia dari hidup saya, karena Allah tau bahwa dia bukan yang terbaik buat saya karena sebenarnya kamulah yang terbaik buat Saya"
_Alnara Saquela Natania_
"Apa kamu masih menunggu saya? Jika iya, ijinkan saya mendatangi rumahmu bersama kedua orang tua saya untuk meminta restu kepada orang tuamu, agar saya bisa menikahimu"
_Gus Afan Al-faisal_
"Aku mengagumimu. Akan tetapi aku sadar, siapa kamu dan siapa aku. Aku hanyalah santriwati biasa sedangkan dirimu adalah anak kiyai, anak pemilik pesantren tempat saya menimba ilmu"
_ Anantazia_
"Saya serahkan anak perempuan saya kepadamu, saya alihkan tanggung jawab saya kepadamu, jaga dia sebagaimana kamu menjaga berlian berhargamu dan muliakan dia sebagai mana kamu memuliakan ibumu"
_Abi Senjaya.
"Perempuan itu bagaikan mutiara yang harus di jaga dengan baik oleh cangkangnya. Perempuan itu punya mahkota yang harus di jaga dengan sebaik-baiknya, jangan sampai mahkota itu jatuh karena seorang laki-laki yang belum halal bagimu"
_Umi Elvi Tazia_
*****
"ABANGGGGGG BUKAAAAAA" Teriakan nyaring nan melengking begitu mengisi penjuru rumah dengan nuansa mewah dan elegan. Ana, pemilik suara itu entah kenapa menggedor-gedor pintu kamar abangnya sejak tadi.
"ABANGGGG" Teriaknya lagi, namun belum juga mendapat sautan dari balik kamar. Terlihat remaja dengan baju koko pendek, sarung serta peci yang melekat pada tubuhnya tengah tertidur pulas di jam yang menunjukkan pukul 08.58. Bisa di ketahui jika remaja itu habis melakukan rutinitasnya bersama keluarga yaitu Sholat Dhuha.
Raditya, ya remaja itu adalah Raditya, jika biasanya sehabis sholat Dhuha ia bersama Abinya akan segera ke kantor untuk bekerja, namun berbeda dengan hari ini, ia lebih memilih untuk pergi ke kamar dan kembali terlelap, entah lelah atau bagaimana
"Ya Allah ya Rabb" ucap Ana, merasa jengkel karena tidak ada jawaban dari sang kakak, pintunya terkunci jadi ia tidak bisa masuk ke dalam kamar kakaknya. Tapi jikalau tidak di kuncipun Ana tidak mungkin masuk tanpa adanya ijin dari sang pemilik. Menurutnya masuk kedalam kamar pribadi orang tanpa ijin itu sungguh tidak sopan.
Di sisi lain, pria yang menjadi sebab Ana berteriak itu menggeliat dengan enaknya, ia menerjap-nerjapkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya lampu yang masuk kedalam nertra matanya, tak lama kemudian ia mengubah posisinya menjadi duduk. Namun ketika itu teriakan Ana yang tak kunjung usai mengganggu pendengaran nya
"ABANGGG"
"ABA....... "
"Pelanin nada bicara kamu" ucapnya dingin dengan suara khas orang bangun tidur, bangun tidur yang kedua kalinya.
"A-afwan ya Bang, lagian kenapa abang di panggil gak nyaut-yaut sih?"
"Abang tidur, ada apa emang?"
"Astaghfirullahaladzim Abang, kok tidur pagi-pagi gini sih? Abang kan biasanya kalo habis sholat Dhuha itu berangkat kerja. Emang Abang hari ini gak kerja?" Ana bingung, pasalnya jarang sekali kakak satu-satunya ini tidur di pagi hari. Bahkan Ana pun sering mendengarkan nasihat dari Abangnya jika tidur di waktu pagi itu tidak baik, sering kali dia juga bilang jika setelah sholat fardhu subuh jangan di biasakan tidur lagi tapi tunggu waktu pagi dengan berdzikir dan bersholawat lalu setelahnya jika fajar sudah muncul bisa melakukan aktivitas lain, akan tetapi jika sudah waktunya sholat Dhuha tiba, barulah segera melakukan sholat Dhuha berjamaah bersama keluarga tercintanya
"Gak tau Dek, Abang kayanya hari ini libur dulu badan Abang serasa remuk" ucapnya kala merasakan seluruh tubuhnya terasa nyut-nyutan, mungkin karena terlalu sibuk bekerja
"Yaudah iya Abang istirahatin diri dulu ya di rumah biar Abang gak terlalu cape" Ana perhatian, perhatian yang begitu tulus sehingga membuat sang kakak tak kuasa menahan senyum.
"Ma Syaa Allah, Syukron Adek cantiknya Abang" ucap Raditya mengusap pucuk kepala Ana yang terbalut hijab.
"Ah iya, udah seharusnya Bang" balas Ana tersenyum
"Oh iya, ngapain kamu teriak-teriak begitu manggil Abang?" tanya Raditya menanyakan apa maksud dan tujuan sang adik memanggil dirinya dengan berteriak semacam itu.
"Itu bang, eumm.... Euhh..... " Ucapan Ana terjeda pasalnya ia takut mengatakan itu kepada kakaknya
"Ada apa? Sini ngomong sama Abang" Raditya meyakinkan Adiknya, ia tau jika Adiknya itu gugup dan sungkan untuk berbicara sesuatu hal kepada dirinya.
"Emmm, Abang mau gak temenin Ana?" Ucapnya pelan serta hati hati. Ia tau betul kakaknya itu, jika di ajak jalan-jalan atau di ajak ke tempat ramai akan menolak dengan alasan, di tempat umum seperti itu pasti banyak wanita-wanita yang membuka auratnya.
Gunawan menyergit, "Kemana?"
"Euhh.i-itu ke.... apa ya? Ke acara nikahan temen Ana waktu di pondok" Akhirnya sepenggal kata yang ingin di beritahu kepada kakaknya itu terucap juga.
"Mau nikah?"
Ana yang mulanya takut-takut merubah wajahnya menjadi kesal, jelas-jelas tadi dirinya memberitahu kepada kakaknya itu mau atau tidak dirinya menemani Ana ke acara nikahan temannya. Lalu bagaimana bisa ia menanyakan hal itu? Tidak tahu atau pura-pura bodoh?
"Enggak, dia mau makan" jawab Ana asal
"Tapi kok acara nikahan?" tanyanya lagi sok polos.
"Ihh Abang" Ana mencubit lengan Raditya , membuat sang empu meringis "kan dia mau nikah terus aku di undang tapi aku gak ada temen jadinya aku mau ajak Abang, gimana sih" jelasnya jutek.
Raditya terkekeh melihat tingkah adiknya, "Iya Abang tau, Afwan ya Dek. Memang kapan acaranya?"
"Besok"
"Yasudah besok setelah sholat Dhuha kita kesana ya?" tentu ucapan Raditya membuat Ana membulatkan matanya tak percaya, "A-Abang beneran?" tanyanya memastikan
"Iya beneran"
"Aaaa Abang makaci" ucap Ana manja sembari memeluk tubuh sang kakak
"Sama sama Dek" balas Raditya membalas pelukan sang Adik, "Oh iya Dek, Abi sama Umi kemana?"
Ana merenggangkan pelukannya, "Abi sama Umi katanya mau berkunjung ke pesantren milik sahabatnya Abi" jelas Ana, Abi Senjaya juga sepertinya meliburkan diri dahulu dari kantor untuk hanya sekedar berkunjung ke pesantren milik sahabatnya, gak apa-apa toh dia sendiri yang punya kantor.
Iya, Abi atau ayah dari Raditya serta Ana memang mempunyai sahabat yang memiliki pesantren di Jakarta. Pesantren yang lumayan terkenal di kalangan sana.
Raditya mengangguk, "Oh ya sudah"
"Abang mandi dulu lagi gih. Ana tadi udah siapin makanan, Abang makan dulu. Jangan sampai telat" peringat Ana.
"Ma Syaa Allah, punya Adik serasa punya Istri" kekeh Raditya.
"Hayooo, Abang kebelet nikah ya? Abang udah pengen nikah ya?" Ana curiga
"Pengen!!! Tapi jodohnya belum kelihatan, BUREM"
"Cari dong" saran Ana enteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fira Ay
lanjutin kk
2023-09-12
0
Sofiatul Nafisah
bagusss kk
2023-02-17
0