JDA 05

"Asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Di siang yang penuh berkah ini, saya Raditya Senjaya dengan niat karena Allah bermaksud untuk mengkithbah sekaligus menikahi Alnara Saquela Natania untuk menjadi istri saya serta menjadi pelangkap iman saya, dan menjadi ibu dari anak-anak saya. Apakah kamu bersedia"

Deg

Hening!!

Kala itu juga Raditya merasakan ketakutan yang luar biasa, takut jika gadis itu menolak

1 menit..............

2 menit..............

Hati Nara berdesir tak manyangka, begitu Ma Syaa Allah sekali lelaki ini, "Bismillahirrahmanirrahim, s-saya Alnara Saquela Natania m-menerima ajakan Raditya Senjaya. S-saya bersedia menjadi istri, pelengkap iman dan i-ibu dari anak-anakmu" jawab Nara terbata-bata, tentu saja jawaban dari Nara begitu membuat Raditya lega, begitupun dengan keempat orang tuanya.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah" Raditya tak henti mengucapkan syukur kepada sang penciptanya.

"Saya rasa tidak perlu berlama-lama lagi, kita langsung mulai pada acara inti saja bagaimana?" usul penghulu yang sedari tadi hanya menyimak.

"Baik pak"

"Silahkan duduk mari jabat tangan ayah mertuanya nya" Raditya mengikuti arahan dari penghulu, tetapi sebelum itu ia menghapiri Umi dan Abinya terlebih dahulu untuk ikut menyaksikan ijab Qabulnya.

Setelah itu Raditya menjabat tangan Reza dengan serius, "sudah bisa di mulai?" tanya penghulu lagi.

"Sebentar" ucap Raditya, membuat penghulu mengerutkan dahinya. Raditya menghampiri Ana dan mengambil sesuatu dari tasnya, setelahnya Raditya kembali ke meja akad.

"S-saya boleh meminta sesuatu? memakaikan kamu cadar?" tanya Raditya kepada Nara.

"Saya tidak mau kecantikan kamu, di nikmati banyak orang" Meskipun telat karena sudah lumayan lama Nara berada di tengah-tengah banyaknya tamu undagan, dan mungkin sudah menjadi banyak pusat perhatian yang mahram dan bukan mahram baginya tapi tetap saja Raditya memilih memakaikan Nara cadar.

Degg

Nara begitu speechless, ia begitu kagum dengan perlakuan lelaki ini. Belum menikah saja sudah seperti ini bagaimana jika sudah menikah?

Nara mengangguk dengan pelan membuat Raditya tersenyum. Raditya segera memakaikan Nara cadar berwarna senada dengan baju penganginya, yaitu putih. 'Ma Syaa Allah cantik sekali ciptaanmu',, ucap Raditya dalam hati, namun seperkian detik ia mengalihkan pandangannya karena bagaimana pun saat ini Nara belum sah me jadi miliknya.

"Siap pak" Raditya beralih kembali menjabat tangan mertuanya.

"Bismillahirrahmanirrahim.Yaa Akhi Raditya Senjaya bin Senjaya Pradiithaa Ankahtuka wa Zawajtuka Makhtubataka Binti Alnara Saquela Natania alal mahri 5 miliyar Rupiah Wamajmueat min 'adawat alsalat, hallan"

"Qabiltu Nikahaha Watazwijaha bil Mahril Madzkur Haallan"

"Bagaimana para saksi"

"SAHH" ucap para tamu undangan serempak

"Barakallahulakuma wa baraka 'alaykuma wa jama'a baynakuma fii khoir,"

"Alhamdulillah," Raditya menyapu wajahnya dengan kedua tangannya, ia begitu lega setelah Qabiltu di ucapkan dengan lantang olehnya telah usai. Berarti itu artinya Nara adalah istrinya? Istri sahnya?

Seperkian detik itu juga Nara mematung, jantungnya seolah tidak berhenti berirama, setelah Qabiltu di ucapkan. 'Ya Allah jadi sekarang Nara udah jadi seorang istri? Istri dari lelaki yang sama sekali belum Nara kenal',,ucap Nara dalam hati.

Raditya menghadap ke samping di mana di sana terdapat sang istri juga menghadap nya. Nara segera mencium tangan Raditya setelah itu Raditya mencium kening Nara dengan khidmat, lumayan lama.

Ana bangkit dari duduknya dan tiba di samping Nara, "Ciee kakak ipar" bisik Ana kepada Nara sambil memegang bahu kakak ipar sekaligus sahabatnya itu.

Sontak Nara terkejut dan melihat orang itu, "A-Ana?" ucap Nara gugup, ia masih tidak menyangka ternyata ia menikah dengan kakak kandung sahabatnya sendiri.

"Ternyata kata dari Sahabatku adalah kakak ipar ku itu The reall adanya" Ana terkekeh sembari sesekali memeluk Nara.

"Ra..?"

Degg

Panggilan Raditya saja sudah membuat jantungnya berdegup sangat kencang, "I-iya?"

"Kita harus ke pelaminan" Raditya memberi tahu, sedangkan Ana mengerucutkan bibirnya. Ia merasa di pisahkan oleh abangnya dengan kakak ipar sekaligus sahabatnya itu.

"Eumm, Ana. A-aku kesana dulu ya?"

"Yaudah babay kakak ipar" Gurau Ana membuat Nara salah tingkah, lalu di tuntunlah ia oleh Raditya menuju pelaminan.

Semua tamu undangan bergantian menjabat tangan kedua pengantin. Mengucapkan selamat serta ucapan lain yang tergolong kepada semoga rumah tangga mereka Sakinah mawaddah warahmah.

Lumayan lamanya menyambut tamu, Nara serta Raditya akhirnya dengan lega menghela nafas. Akhinya acara yang begitu melelahkan ini sudah selesai. Di sinilah mereka, di ruang yang tadi di gunakan untuk Nara berhias, atau bisa di bilang ini adalah kamar Nara.

"Kak.." panggil Nara, Raditya menoleh dan menatap sang istri.

"Na'am Zaujati" sahut Raditya

Degup jantung Nara berdebar hebat, kala mendengar kata 'Zaujati' dari mulut Raditya. Zaujati yang memeliki arti 'Istriku' itu sungguh manis terucap dari lisan Raditya.

"Maaf, boleh saya lepas cadar saya? Bukannya saya menentang perintahmu akan tetapi saya belum terbiasa" pinta Nara, takut jika suaminya marah karena bagaimanapun perintah suami itu tidak boleh di tentang terkecuali perintah itu tidak baik

Raditya tersenyum, "Dengan senang hati boleh Zaujati, di ruangan ini hanya ada kita berdua. Lepaslah dan perlihatkan wajah cantikmu itu kepada saya, suamimu. Jika perlu lepas juga hijabmu, saya ingin melihat rambut yang bertahun tahun tersimpan baik di balik hijab itu"

Degg

Nara begitu speechless, mendengar penuturan Raditya. Rambut? Yang selama ini ia jaga dan rawat dengan baik, hari ini juga akan bebas terurai? Sungguh rasanya ia tidak rela, namun ia juga tidak boleh egois, Raditya adalah suaminya, rambut di lihat suami itu bukan dosa melainkan pahala baginya.

"Baiklah, dengan senang hati saya menerima permintaan kakak"

"Sttt!! Hey? Apa yang kamu katakan wahai istriku? Kakak? Apa kamu baru saja memanggil saya kakak?" Raditya terdiam sebentar, "Saya ini adalah suami kamu, berhentilah memanggil saya dengan sebutan kakak. Kamu bukan Ana yang harus memanggil saya kakak" ucap Raditya tegas

"M-maaf mas" cicit Nara

Raditya begitu dag dig dug mendengar sebutan 'Mas' dari sang istri, bukannya barusan dia sendiri yang tidak di panggil dengan sebutan kakak? Sebutan 'Mas' dari mulut Nara sungguh membuat Raditya senyum-senyum sendiri. Mungkin sebentar lagi ia akan gila.

"Kamu panggil saya apa?"

"M-Mas?" kata Nara mengulangi

"Ma Syaa Allah, saya suka di panggil itu Ra" Nara tersenyum menanggapi.

"Maaf Mas saya mandi dulu, gerah"

"Aku" ralatnya, membenarkan kata 'saya' menjadi 'aku'

Nara tersenyum lagi, senyuman yang mampu membuat hati Raditya meleleh seketika. "Ra?" panggil Raditya, membuat Nara urung ke kamar mandi.

"Iya Mas?"

"Saya itu punya diabetes" jawab Raditya enteng

"D-diabetes? Sejak kapan mas?"

"Sejak saya sering melihat senyuman kamu. Senyuman kamu manis, manisnya melebihi gula. Bahkan pabrik gula juga sepertinya akan bangkrut karena gulanya kalah manis dengan senyum kamu"

Blushh

Terpopuler

Comments

Sofiatul Nafisah

Sofiatul Nafisah

oalaaaah gombalin terooooos..

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!