"Pengen!!! Tapi jodohnya belum kelihatan, BUREM"
"Cari dong" saran Ana enteng
"Itu mulut gampang banget ngomongnya, kamu kira cari istri itu kaya cari kerikil heum?"
Ana menyengir kuda, "Hehe enggak sih"
"Ya maka dari itu, abang belum nemu yang tepat, lebih tepatnya Abang gak pernah mengenal perempuan" ucapnya terkekeh, yang mengingat dirinya tidak pernah sama sekali berbaur dengan perempuan, jangankan berbaur berkomunikasi di sosial media saja tidak pernah, padahal yang mendekatinya begitu banyak, namun entahlah dia bukannya merasa senang malah merasa risih dengan itu semua.
Perlu kalian ketahui Raditya juga tidak pernah yang namanya bermaksiat atau berpacaran, dalam usianya yang sekarang 23 tahun, Raditya sama sekali tidak pernah berpacaran. Begitupun dengan Ana, gadis berusia 20 tahun itu juga tidak pernah merasakan pacaran. Terlebih lagi Abi serta Abangnya itu terlalu posesif terhadapnya, jika ada seorang lelaki mendakatinya maka dengan sigap abangnya itu selalu mencegah hal itu dan membuat lelaki itu langsung urung untuk mendekati Ana.
"Ya udah sih Bang, Abang cuma belum di temuin aja sama jodoh Abang. Jangan takut gak kebagian jodoh, kan semua manusia di ciptakan berpasang-pasangan. Jodoh dan Maut itu sudah di tentukan sebelum kita lahir kedunia" tutur Ana yang berhasil membuat sang kakak senyum-senyum sendiri.
"Abang kenapa senyum-senyum sendri?" tanya Ana heran.
"Eh? Abang cuma kagum aja sama kamu, sekarang kamu udah pinter. Berarti terbukti bahwa selama kamu di Makassar kamu belajar dengan sungguh sungguh. Kamu berubah drastis Dek, yang bikin Abang terkagum-kagum lagi sama kamu, sekarang kamu adalah Hafidzhah hafal 30 Juz Al-Qur'an. Ma Syaa Allah Abang bangga sama kamu Dek"
ya Ana sempat menuntut ilmu di pesantresn yang berada di Makassar selama 6 tahun. Sengaja Abi Senjaya serta Umi Elvi memasukkan Ana ke pesantren ternama di Makassar adalah dengan alasan supaya Ana bisa menjadi anak yang sholehah, anak yang lebih baik lagi. Mereka tidak pernah menuntut Ana seperti Raditya, yaitu hafal 30 Juz. Namun dengan tidak menyangkanya mereka, ketika Ana pulang setahun yang lalu mereka di kabarnya jika anak perempuannya itu mendapat gelar penghafal terbaik 30 Juz Al-Qur'an. Tidak terbayang begitu bangganya mereka
"Ana juga kagum sama Abang, Abang juga kan hafal 30 Juz, bukan cuma Abang Umi sama Abi juga. Ma Syaa Allah Ana seneng banget punya keluarga kaya kalian.
"Tabarakallah Dek"
Ana tersenyum lepas, namun senyum itu pudar kala dirinya mengingat sesuatu, "Ihh Abang, katanya mau makan kok malah ngobrol terus? Abang belum makan dari tadi"
Raditya terkekeh, "Kamu sendiri yang ngajakin Abang ngobrol mulu"
"Ya udah Abang makan dulu habis makan kita murojaah, biar hafalan kita gak lupa" Ya, murojaah juga adalah salah satu dari kebiasaan mereka agar hafalan mereka tidak mudah lupa. Walaupun terbilangnya keluarga mereka adalah keluarga Hafidzah dan Hafidzah akan tetapi penghafalan juga harus sering di lakukan.
"Tumben kamu ngajak duluan, biasa harus selalu abang yang ajak"
"Gak papa aku pengen aja, yaudah gih sana... nanti gak jadi lagi" Ana mendorong badan sang kakak agar keluar dari kamar Raditya sendiri.
"Iya iya Abang makan"
°°°°°°°°°°
"Bang" panggil Ana kala tak mendapati Raditya masuk kedalam kamarnya setelah makan. Sudah 20 menit lamanya Raditya tak juga memasuki kamarnya padahal dari tadi sudah jelas jika ia dan Raditya akan murojaah atau mengulang hafalan.
Ana mengecek kamar Raditya yang berada di sebelah kamarnya, ia tak masuk melainkan hanya memasukkan kepalanya sedikit, "Abangg, ada di sini kah?"
Saat tak mendapati sang kakak di kamarnya, Ana memutuskan untuk ke lantai bawah, melihat di dapur siapa tau kakaknya masih berada di sana. Tapi masa iya selama itu belum selesai makan?
Sesampainya di sana, dan benar saja Raditya masih berada di sana tetapi bukan makan melainkan ia seperti tertidur. Kepalanya ia telungkupkan di lipatan-lipatan tangannya di atas meja.
"Astaghfirullah, abang" mendengar hal itu Raditya segera terbangun dan terkejutnya ia melihat Ana di depannya.
Raditya mengusap wajahnya kasar, "D-Dek?"
"Abang kenapa si? Kok dari tadi tidur mulu?"
"Ngantuk" balasnya singkat
"Padahal kita udah sepakat loh buat murojaah tapi pas aku tunggu gak dateng-dateng
"Astaghfirullah, abang lupa dek maaf ya. Yaudah sekarang kita murojaah. Yuk ke kamar kamu" ucap Raditya, merasa bersalah kepada adiknya, lagian kenapa sih ngantuk mulu bang? Semalam habis ngapain wkwk.
Sesampainya di atas, Raditya permisi ke kamarnya terlebih dahulu untuk berwudhu. Setelah itu barulah ia kekamar adiknya
"Udah?"
"Udah. Yuk mulai, mau surah apa hm?"
"Aku mau surah Al-Kahfi tapi barengan" pinta Ana.
"Yasudah kita barengan"
"Bismillahirrahmanirrahim" mereka serempak terlebih dahulu membaca basmallah
"al-hamdu lillaahillaziii angzala 'alaa 'abdihil-kitaaba wa lam yaj'al lahuu 'iwaja" mereka bersamaan membaca surah
Al-Kahfi.
"qoyyimal liyungziro ba-sang syadiidam mil ladun-hu wa yubasysyirol-mu-miniinallaziina ya'maluunash-shoolihaati anna lahum ajron hasanaa"
"maakisiina fiihi abadaa"
"wa yungzirollaziina qooluttakhozallohu waladaa"
"..................................... "
"..................................... "
"qul innamaaa ana basyarum mislukum yuuhaaa ilayya annamaaa ilaahukum ilaahuw waahid, fa mang kaana yarjuu liqooo-a robbihii falya'mal 'amalang shoolihaw wa laa yusyrik bi'ibaadati robbihiii ahadaa"
"Shadaqallah-hul 'Aziim"
Tak terasa, mereka sudah menyelesaikan 110 surah Al-Kahfi saking khusu-nya
"Alhamdulillah" ucap mereka serempak
Tanpa di sadari dua orang paruh baya sedari tadi mengintip dari balik pintu kamar, sudah bisa di pastikan jikalau itu adalah Abi dan Umi . Orang tua mereka. Sejak 7 menit yang lalu mereka baru saja pulang berkunjung dari pesantren milik sahabatnya Abi Senjaya.
"Ma Syaa Allah Bi anak anak kita" ucap Umi Elvi merasa bangga kepada kedua anaknya
"Iya Mi, Abi bangga sama mereka. Semoga Allah selalu menjaga mereka dan selalu melindungi mereka di manapun mereka berada. Juga, semoga mereka selalu terus berada di jalannya Allah, Aamiin"
"Aamiin"
Umi Elvi ingin masuk namun dengan segera Abi mencegahnya, Abi Senjaya menggeleng, "biar lah Mi, biarkan mereka berdua. Jangan di ganggu dahulu" kata Abi Senjaya, Umi Elvi mengangguk lalu mengikuti suaminya pergi ke lantai bawah.
°°°°°°°°°°
Keesokan harinya, di jam 08.30 Ana serta Raditya tengah sibuk bolak balik kesana kemari mencari barang yang akan di kenakan serta barang yang akan di bawa ke acara nikahan temannya Ana.
"Ya Allah Ya Rabb, ada apa dengan kedua anak kami" gumam Umi Elvi serasa pusing melihat kedua anaknya berlalu lalang di hadapannya. Jika menanyakan Abi , ia sehabis sholat Dhuha langsung berangkat ke kantornya.
"Umi liat kemeja putih Raditya gak?" tanya Raditya berhenti sejenak di hadapan Umi lalu kembali sibuk mencarinya lagi tanpa menunggu jawaban dari sang Umi.
"Astaghfirullah belum juga di jawab" ucap Umi Elvi sebisa mungkin bersabar
"Umi liat Abaya Ana yang hitam tapi ada polet putih itu gak Umi?" kali ini Ana lah yang bertanya.
"Umi, liat jas Raditya yang item gak?"
"Umi, kerudung pashmina hitam Ana liat gak?"
"Umi, ikat pinggang Raditya di mana?"
"Umi, liat.. .. "
"Sudah sudah, kalian ini. Umi pusing denger kalian bertanya-tanya ini itu sama Umi, bukannya kemarin malam kalian yang udah siapin, kalian yang setrika, kalian yang udah.... "
Ana serta Raditya saling pandang, lalu, "DI RUANG SETRIKA" ucap keduanya barengan, ketika itu juga keduanya buru-buru bergegas ke ruang setrika di mana baju yang mereka perlukan ada di sana.
"Afwan ya Umi kami potong omongannya" ucap Raditya terkekeh sebelum akhirnya berlalu mengejar adiknya. Umi Elvi hanya bisa geleng geleng dengan tingkah kedua anaknya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sofiatul Nafisah
ko masih PD Kya anak SD sih🤣🤣🤣
2023-02-17
0