"Mari ikut kami Pak" polisi itu membawa Zaki dengan paksa, meskipun tidak mulus di karenakan Zaki terus saja memberontak, tetapi polisi itu tetap berhasil membawa Zaki kedalam mobil.
"Astaghfirullah" Reza beristighfar, duduk di kursi dengan lesu. Ia memijat pelipisnya akibat pusing memikirkan apa yang baru saja terjadi.
"Reza, saya minta maaf atas apa yang terjadi kepada anak saya. Sungguh saya juga tidak tahu menahu soal ini" Herman meminta maaf
"Kamu tau semalu apa saya? Di mana harga diri saya? Mau di simpan di mana muka saya hah?"
"Sekali lagi saya atas nama anak saya meminta maaf, saya permisi" setelah meminta maaf Herman segera pergi dari sana. Di setiap jalan, Herman mendengar bisik bisik dari tamu undangan yang tak mengenakan tetapi ia acuhkan begitu sajam
"Astaghfirullah Bang, aku gak nyangka ternyata... " cicit Ana merasa kasihan terhadap apa yang terjadi kepada sahabatnya.
"Kita gak tahu rencana Allah seperti apa, yang jelas rencana Allah itu sudah pasti indah" kata Raditya, "telepon Abi sama Umi untuk segera kesini Dek" pinta Raditya yang membuat adiknya bingung.
"Untuk apa? Kan Umi sama Abi gak di undang"
"Telepon saja, jangan membantah. Abang permisi sebentar" kala berpamitan kepada sang adik, Raditya segera berlalu dari hadapan adiknya, entah mau kemana
Pak Reza, ayah Dari Nara, sedari tadi terus saja beristighfar sembari duduk lesu di atas kursi. Untung saja belum terjadi, bagaimana jika ijab Qabul sudah di ucapkan dengan jelas dan lantang oleh Zaki? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib anaknya nanti.
"Asalamualaikum", di tengah-tengah pikiriannya yang beraduk, tiba-tiba saja Reza di hampiri pemuda dengan pakaian khas Ceo,
Reza mengubah duduknya menjadi tegas walau tidak bisa di pungkiri jika wajahnya telah meneteskan air mata, " Boleh kita bicara sebentar?" ucap Pria itu sopan.
Dengan senang hati Reza menuruti apa kata pemuda itu, ia menerima ajakan pemuda itu untuk berbicara empat mata dengannya. Di tempat yang agak sepi
°°°°°°°°°°
"Ada apa Ana? Kok Abi sama Umi di suruh kesini? Kan kita gak di undang" tanya Abi Senjaya yang baru saja datang, pasalnya ia di telepon saat dirinya sedang di kantor.
"Iya Ana, ada apa?" tanya Umi juga
"Gak tau Mi, Bi, Abang yang nyuruh" jawab Ana, ia juga tak tau apa maksud Abangnya menyuruh kedua orang tuanya kesini.
"Abangmu mana?"
"Gak tau, tadi dia ijin pamit sebentar"
"Permisi boleh minta perhatiannya sebentar?" ucapan dari mikrofon yang begitu menggelegar membuat perhatian semua orang teralih ke arahnya.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya atas apa yang terjadi baru saja. Akan tetapi acara akan tetap di lanjutkan tidak berhenti sampai di sini" penjelasan tersebut membuat bisik bisik kembali terdengar.
Abi serta Umi yang tidak tahu menahu saling pandang, lalu menatap anaknya seolah bertanya ada apa?. Ana lalu mengangkat bahunya tidak tahu. Bukan tidak tahu namun ia tidak ingin menjelaskan nya di sini, biarlah nanti di rumah saja.
Di sisi lain, Nara!! Yang masih setia di dekapan ibunya seketika menoleh ke arah Ayahnya yang sedang memegang mikrofon, apa maksud ayahnya?
"Maksud ayah?" tanya Nara.
Reza tersenyum, "Biarlah dia sendiri yang menjelaskan" seketika Pria yang menggunakan pakaian khas Ceo itu naik ke atas panggung
Seketika itu Umi, Abi serta Ana melongo tidak menyangka. Terutama Ana, apa ini benar akan terjadi? Sahabatnya adalah kakak iparnya?.Sedangkan Nara, gadis itu tidak kicep menatap laki-laki yang sedang bersampingan dengan Ayahnya. Tampan, sangat tampan.
"Silahkan Nak" bisik Reza kepada Raditya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Raditya Senjaya, saya anak dari Abi Senjaya Pradiithaa, serta Umi Elvi Tazia. Boleh di lihat mereka ada di seberang sana" para tamu undangan mengikuti ke arah tangan Senjaya menunjuk, "Perempuan yang duduk di tengah Abi serta Umi saya itu adalah adik saya, Anantazia" Raditya menunjuk keberadaan orang tuanya yang saat ini sedang duduk di kursi paling ujung.
Nara mengerutkan dahinya jadi? Orang itu adalah kakaknya Ana yang sering Ana ceritakan waktu mereka di pesantren? Ah ternyata ini, ia baru tau sekarang.
"Saya sengaja meminta mereka kesini karena saya ingin meminta ijin serta restu kepada orang tua saya jika saya akan menikahi Nara. Umi, Abi dan Ana tak menyangka. Raditya ? Akan menikahi Nara?
"Mohon maaf jika semua ini mendadak, saya memang tidak mengenal Nara terlalu dalam, akan tetapi saya janji saya akan membuat dia bahagia, saya akan memuliakan dia sebagaimana saya memuliakan Umi saya, saya siap menanggung semua dosa dosanya, mulai dari dosanya meninggalkan shalat sampai dosa dia tidak menutup aurat. Saya janji saya tidak akan membuat dia menangis walau hanya setetes air mata. Jika saya membuat dia menangis, maka saya siap menerima hukuman apapun dari om Reza, seberat apapun akan saya lakukan. Dan saya janji, saya akan membimbingnya dengan baik, saya akan mengajak dia mengejar cintanya Allah dan Rabbi-nya"
Nara, gadis itu tersenyum sembari menangis haru, 'pria ini? Nekat sekali',, ucap Nara dalam hati.
"Sebelumnya tadi saya sudah berbicara dengan om Reza mengenai hal ini dan om Reza menyetujui. Tetapi tidah tahu dengan Nara nya sendiri apakah dia mau atau tidak. Sebelum meminta jawaban dari pihak kedua, saya akan telebih dahulu meminya restu kepada Umi dan Abi saya". Raditya berjalan menghampiri Umi serta Abinya dengan mikrofon yang tak lepas dari genggamannya.
Raditya berjongkok di depan Umi serta Abi, ia menumpu-kan tangannya di paha sang Umi, "Umi, saya ingin meminta restu untuk menikahi Nara, apakah Umi dan Abi bersedia merestui?" tanya Raditya hati-hati.
Umi serta Abi tak kuasa menahan tangis, tak menyangka apa yang di lakukan anak pertamanya ini, Raditya mengerahkan mikrofon kepada mereka, "jika ini yang terbaik buat kamu, Umi sama Abi setuju nak" jawaban mereka membuat Raditya lega, namun ada satu pihak lagi yang membuat jantungnya sedikit tak tenang yaitu Nara.
"Alhamdulillah" ucap Raditya , para tamu undangan serta Reza dan Ghea, orang tua Nara.
"Terima kasih Umi, Abi" Umi tersenyum dan mengelus puncak kepala sang putra.
Raditya kembali ke panggung, dengan detak jantung yang tak karuan, ia takut jika Nara tak menerima nya.
"Setelah Umi dan Abi saya merestui, sekarang saya akan menanyakan kepada pihak kedua"
"Bismillah"
"Asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Di siang hari yang cerah dan penuh berkah ini, saya Raditya Senjaya dengan niat karena Allah bermaksud untuk mengkithbah sekaligus menikahi Alnara Saquela Natania untuk menjadi istri saya serta menjadi pelangkap iman saya, dan menjadi ibu dari anak-anak saya. Apakah kamu bersedia"
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments