"Umi kita berangkat" ucap Raditya yang sudah siap pergi ke acara pernikahan sahabat Ana, menyalami tangan Uminya itu bergantian.
Terlihat Raditya memakai kemeja polos putih panjang di balut jas hitam tak lupa juga dengan sepatu hitamnya bak Ceo ternama di Indonesia. Sedangkan Ana seperti yang sudah di ketahui, ia memakai Abaya hitam dengan polet putih di setiap sudut abaya, hijab pashmina senada dengan abaya, juga sepatu Sneakers putih yang menambah elegan kepada sang pemakai.
"Assalamu'alaikum" pamit mereka
"Waalaikumussalam" jawab Umi Elvi, "hati-hati" tambah Umi memperingati.
Raditya serta Ana memasuki mobil, dengan Raditya yang mengemudi, tak lama kemudian Raditya menginjak pedal gas, sehingga membuat mobil itu bergerak maju. Selama di perjalanan Raditya maupun Ana tak membuka suara sedikitpun, hanya ada keheningan yang mengisi perjalanan mereka.
"Bang" akhirnya Ana membuka suara memecahkan keheningan yang ada.
"Heum?" balas Raditya berdehem singkat dengan mata yang tak lepas menatap lurus kedepanm
"Ana pengen nikah" ucap Ana pelan, sontak hal itu membuat Raditya tertawa terbahak-bahak.
Ana yang menyadari langsung cemberut dan memukul bahu sang kakak, "ih kok ketawa?"
"Emangnya mau nikah sama siapa Neng" jawab Raditya masih dengan menahan bengek.
"Ya aku emang gak punya pacar, tapi kan siapa tau dalam waktu dekat ini aku nemu"
"Hey!! Pacaran? Bahasa itu Dek? Bahasa alien?" ucap Raditya geleng-geleng kepala.
"No, no. Abang gak rela kalo adik Abang ini di dapetin dengan cara yang haram atau cara yang tidak di ridhoi Allah. Jika sewaktu-waktu ada laki-laki yang menginginkan kamu dengan serius, maka suruh dia ke rumah berhadapan langsung dengan Abi serta Abang" ucap Raditya finall.
"Iya Bang pasti. Aku juga gak mau pacaran, aku gak mau karena aku pacaran Allah jadi marah sama aku , aku gak mau karena aku pacaran, aku jadi jauh sama Allah"
"Kamu inget gak? Dalam surah Al-Isra, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَا نَ فَا حِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا
wa laa taqrobuz-zinaaa innahuu kaana faahisyah, wa saaa-a sabiilaa
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk." jelas Raditya menjelaskan apa arti dalam surah Al-Isra ayat 32.
"Iya Bang Ana inget. Abang tenang aja aku bakalan jaga dan tahan diri aku supaya gak pacaran karena aku gak mau Mas Lauhul Mahfudz cemburu" ucap Ana senyum-senyum sendiri di akhir kalimat.
Raditya terkekeh, "iya Dek. Sebenernya kita itu bukan gak punya pacar, tapi kita lagi LDR-an sama seseorang yang di Lauhul Mahfudz"
"Smoga Allah mempersiapkan yang terbaik ya buat kita"
"Aamiin" ucapnya serempak
Asyiknya berbincang sehingga membuat mereka tak sadar bahwa sekarang mereka sudah sampai di sebuah rumah yang mengadakan acara pernikahan, yang sudah di ketahui itu acara pernikahan sahabatnya Ana.
Raditya mengedarkan pandangannya kesana kemari sehingga dirinya menangkap plang nama di sebuah pelaminan, " Nara dan Zaki" eja-nyam
"Namanya Nara Dek?" tanya Raditya kepada sang adik.
yang sedang melihat-lihat sekitarpun menoleh ke wajah kakaknya, "iya itu nama panggilannya, kalo nama aslinya Alnara" ucapannya terjeda, "Alnara Saquela Natania"
"Namanya sama kaya kamu, ribet"
"Kaya aku? Ribet? Gimana maksud abang?" tanya Ana merasa tak paham apa yang abangnya katakanm
"Anantazia, Natania. Agak berbelit bacanya" lalu keduanya terkekeh sampai akhirnya mereka masuk kedalam area halaman rumah yang sudah di dekorasi dengan semewah mungkin, lalu mereka duduk kursi bagian paling belakan.
Lumayan lamanya menunggu, kini sudah bagian pada acara inti yaitu akad nikah. Acara inti yang sudah di nantikan oleh semua hadirin acara, terutama kedua mempelai.
Nara, mempelai wanita itu yang semulanya bersembunyi di balik rumah akhirnya keluar juga, duduk di sebelah lelaki yang bernama Zaki yang sebentar lagi akan sah menjadi suaminya.
"Ma Syaa Allah Nara cantik banget" kagum Ana kala melihat sahabatnya memakai Dress panjang putih berhias pernak pernik, hijab pashmina putih, serta mahkota berwarna perak semakin membuatnya tambah elegan.
"Abang liat" kata Ana, namun sama sekali Raditya tak melihatnya ia malah memilih menatap kakinya yang terbalut sepatu.
"Maaf Gadhul Bashar Dek" jawab Raditya.
"Astaghfirullah iya lupa, Abang kan cowok kalo aku cewek jadi boleh aja liat Nara hhe"
Di satu sisi mempelai lelaki segera menjabat tangan ayah dari mempelai wanita, "Sudah siap?" tanya ayah dari mempelai wanita itu
Zaki, mempelai lelaki itu mengangguk, "siap pak" jawabnya mantap
"Bismillahirrahmanirrahim, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Zaki Wijaya bin Herman Wijaya dengan anak saya yang bernama Alnara Saquela Natania dengan maskawinnya berupa uang tunai sebesar 1 miliyar rupiah, tunai.”
"Saya terima... "
"BERHENTI" teriak seseorang mampu membuat sakral nikah yang hampir secuil lagi berhasil terpaksa terhenti. Tiba tiba saja seseorang lelaki dengan berpakaian khas seragam polisi muncul dengan raut wajah yang sudah tidak bisa di ceritakan lagi.
"Apa apaan ini"
"Mohon maaf bapak ibu sekalian jika saya mengganggu, tapi saya harus segera membawa saudara Zaki ke kantor polisi atas laporan pemerk*s**n" penjelasan seorang polisi yang di ketahui bernama Sandy itu tentu membuat cengo seluruh tamu undangan apalagi Raditya serta Ana, sama, mereka juga tak kalah terkejutnya.
"Astaghfirullahalazim" Nara beristighfar, air matanya menetes, dadanya sesak, tak menyangka jika ternyata calon suaminya seperti itu. Nara menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia bersandar pada bahu ibunya.
"Bapak pasti bohong, anak saya tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu" Herman mencoba membela anaknya.
"Mohon maaf pak, kami tidak akan melakukan tindakan sebelum kami punya bukti"
"Apa buktinya" tanya Herman dengan nada tinggi.
Seorang polisi mengambil sebuah barang dari dalam saku seragamnya, dan memperlihatkannya di depan Herman, "jam tangan ini adalah bukti dari korban" ucap polisi itu.
Tidak bisa mengelak memang Hermani tau betul itu adalah jam tangannya Zaki darinya, yang ia disaind khusus untuk Zaki jadi tidak mungkin orang lain mempunyai nya.
Sedangkan di sisi lain Zaki sudah mendengus, merutuki dirinya sendiri kenapa bisa ia teledor,, sial, umpatnya dalam hati.
"ZAKI" bentak Herman seperti murka terhadap anaknya.
"Pah aku... "
Plakkk
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Zaki. Herman, ya pelaku itu adalah Herman ayah kandungnya sendiri. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan, Herman merasa bahwa dirinya sudah di permalukan di depan umum oleh anaknya sendiri.
"Pak silahkan bawa dia" ucap Herman Final, masa bodo yang akan di penjara nanti itu adalah anaknya, ia hanya tidak ingin anaknya lari dari tanggung jawab.
"Pah!! Aku ini anak papah. Bisa bisanya papah tega?"
"Berani berbuat berani juga bertanggung jawab boy" ucap Herman
"Mas Zaki" cicit Nara masih menangis di dekapan sang ibu
Zaki menoleh, "Nara aku gak seperti apa yang polisi itu bilang Na, aku... "
"Pergi mas" usir Nara, tanpa melihat wajah Zaki sedikitpun. Ia sudah terlanjut kecewa. Rasanya marah, sedih, kecewa, bercampur menjadi satu, jika ada yang menanyakan seperti apa kondisi Nara sekarang, sungguh tidak bisa di jelaskan.
"Na aku mohon... "
"Mari Pak segera ikut kami" ucap polisi itu mengunci pergerakan Zaki, yang sudah memberontak.
"Apaan sih Pak, lepas"
"Na aku mohon Ra, percaya sama aku"
"PERGIII" Teriak Reza tidak bisa menahan amarahnya, matanya memerah, urat nya seperti menonjol saking marahnya
"Saya gak sudi anak saya menikah dengan orang seperti kamu"
"Om... "
"Mari ikut kami Pak" polisi itu membawa Zaki dengan paksa, meskipun tidak mulus di karenakan Zaki terus saja memberontak, tetapi polisi itu tetap berhasil membawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Anonymous
Sedihhhhh🥲
2023-03-06
0
Sofiatul Nafisah
kasian Nara nasibmu..
mungkin belom jodoh Nara Sabar yh😭
2023-02-17
0