Teror Dedemit Sumur Tua

Teror Dedemit Sumur Tua

Bab 1. Bikin Gara-gara

HARI Minggu sekitar pukul 11 siang cuaca cerah. Tampak orang-orang di sebuah kampung pulang  berolahraga dari lapangan desa, terutama anak-anak muda. Gaya hidup mereka seperti orang kota saja.

Ya, di zaman kini gaya hidup orang kota dan desa tak jauh berbeda. Yang membedakan hanyalah fasilitas atau infrastrukturnya. Di kota serbaada, di kampung seadanya.

Ada tiga wanita muda berjalan berdampingan, ketiganya pulang dari olahraga rutin mingguan. 

Ketika salah seorang dari ketiganya melihat penjual bakso dorong, dia nyeletuk memprovokasi dua temannya.

"Wi, Mas, kita ngebakso dulu yuk!" ajak Yati kepada Wiwi dan Imas sahabatnya.

"Woalah jam segini udah ngebakso, gak lucu!" timpal Imas.

"Emang ngebakso harus jam berapa?" sungut Yati 

"Ya....ntarlah jam dua belas ke atas," balas Imas.

"Lalu? Mengapa si mang bakso udah dateng jam segini? Bukankah itu berarti ia sudah minta dibeli?" ucap Yati tak kalah dalih.

"Ya udah, kalau mau ngebakso ya ngebakso, kalau enggak ya enggak lah!" ujar Wiwi mencoba menengahi pertikaian kedua temannya.

Akhirnya ketiganya menghampiri si emang penjual bakso.

"Mang bikin bakso!" ujar Yati semangat.

"Satu, dua, atau tiga, Neng?" tanya penjual bakso, sementara tangannya gesit mengambil mangkuk dan lap kain bersih.

"Dua aja Mang!" kata Yati, cepat.

"Tiga, Mang!" sahut Imas tak kalah cepat.

"Katanya jam dua belas ke atas?" Yati mendelik sinis, bibirnya mencong.

"Lapar tahu!"

"Hahahaha....." Yati dan Wiwi tertawa ngakak, sementara yang

ditertawainya cuma manyun.

Akhirnya si emang bakso  bersiap-siap melayani ketiga wanita itu dengan mengambil tiga buah mangkuk. Selesai diwadahi lalu disodorkan kepada ketiga perempuan muda yang tampak tengah ceria itu.

Ketiganya lantas menyimpan mangkuk baso di meja yang disediakan penjual bakso, dan duduk di kursi kayu panjang.

Air liur mereka sontak mengalir menatap mangkuk berisi bakso kesukaan. Tak ada lagi acara mecicipi, to the point  saja disantap sambil heboh berbincang ke sana ke mari. 

Mereka bertiga adalah buruh pabrik yang lokasinya tak jauh di Kampung Mekarsari tempat mereka tinggal. Hari minggu mereka libur dan kerap memanfaatkan waktu itu untuk  berolahraga seperti warga lainnya di lapangan desa.

Ketika asyik makan bakso, tiba-tiba sikut Yati mengenai lengan Wiwi.

"Ada apa sih?" Wiwi menatap wajah Yati dengan penuh tanda tanya.

"Tuh Arjunamu!" bisik Yati sambil menunjuk dengan isyarat kepalanya kepada seorang pemuda yang tengah berlari-lari kecil. Tampaknya habis berolahraga juga hari Minggu itu. Namun entah di mana sebab di lapangan tadi tidak terlihat.

Wiwi pun menoleh dan benar saja ada Warya. Jantung Wiwi mendadak dagdigdug. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya takut dilihat Warya sedang jajan bakso di pinggir jalan. Namun usahanya gagal karena sang Arjuna itu sudah berada di dekat meja penjual bakso.

"Wow, ngebakso kagak mengajak-ajak," ucap Warya sembari mendelik ke arah Wiwi. Yang dilihat cuma tersenyum kecil, tanpa menatapnya. Entah mengapa tatapan mata sang Arjuna itu membuat hati Wiwi tak berdaya.

"Ayo War kalau mau!" Yati menawari.

"Ogah ah, tadi udah ngebubur di sana," tolak Warya. Namun dia pun ikut duduk di ujung bangku.

"Ikut duduk ya!" kata Warya.

"Mang boleh ada yang numpang duduk tapi enggak jajan?" ujar Yati  membuat Warya tersipu.

"Enggak boleh, kecuali nraktir kami!" giliran Imas yang bicara.

"Boleh, boleh.....!" kata si emang bakso terkekeh.

Warya mau numpang duduk dengan harapan bisa pulang bareng dengan Wiwi. Gadis itu memang tengah didekati Warya dan tampaknya Wiwi pun tak menolaknya. Mereka berempat memang satu kampung beda RT saja.

Acara makan bakso pun usai. Ketiganya bersiap-siap angkat kaki.

"Berapa duit Bos?" tanya Yati sambil tersenyum. Dia menyebut si emang bakso sebagai bos sehingga Imas dan Wiwi pun menepuk tangan Yati.

"Dua puluh dua ribu lima ratus semuanya, biar dua puluh ribu aja Neng."

Yati segera megambil uang dari dompetnya demikian pula Wiwi dan Imas. Namun mereka kalah cepat oleh Warya yang dengan gesit menyodorkan uang kepada si emang bakso Rp 50.000.

"Udah, udah, masukin lagi tuh uang kalian!" kata Warya.

"Apaaa? Bener nih?" Yati, Wiwi, dan Imas,  terbengong-bengong.

"Ya benerlah nih uangnya," kata Warya lagi.

"Bentar, bentar, Mang, apa boleh mentraktir bakso tapi dia sendiri tidak ngebakso?" ujar Yati , lagi-lagi bikin kawan-kawannya terkekeh-kekeh.

"Hahahaa......ada-ada saja si Eneng," Mang bakso menimpali.

"Kalau begitu ayo kita cabut. Makasih ya ganteeeeng...." kata Yati sambil melirik Warya lalu ke Wiwi.

"Iya, iya," kata Warya, melirik Wiwi yang tampak cemberut karena Yati memujinya dengan sebutan ganteng.

Mereka lantas bangkit. Namun, tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju kencang dan ketika melihat mereka, motor itu mendekat nyaris saja menabrak meja.

Keruan saja mereka kaget.

"He, apa-apaan sih? Kok motor mau ditabrakkan kepada kami? Enggak lihat apa?" kata Yati sambil melotot menatap penunggang motor.

"Sori, sori, disengaja!" celoteh pemuda penunggang sepeda motor itu seraya cengengesan.

"Kalau disengaja tak perlu bilang sori!" hardik Yati makin berani.

"Halah banyak bacot cewek genit! Dan kau pemuda tengik, awas ya mengganggu pacar gue!" kata si pemuda bernama Darpin, dia anak kepala desa.

Berkata begitu Darpin menatap tajam Warya lalu tebar senyum ke Wiwi. Yati dan Imas menyadari kalau Darpin ada rasa kepada Wiwi, sementara Wiwi tak meladeni karena selain sudah terikat asmara kepada Warya, juga tak senang dengan perilaku Darpin yang arogan dan suka mabuk-mabukan meski diketahui katanya dia mahasiswa.

"Awas ya, kali ini gue maafin. Lain kali, gue lihat kamu dekatin cewek gue, akan kuhajar!" hardik Darpin sambil mengepalkan tinju ke arah Warya.

"Jangan lain kalilah, sekarang aja mungpung ada waktu, lagian  kan sudah jelas saya mendekati Wiwi karena memang dia mau didekati," kata Warya tak kalah gos, membuat hati Darpin makin membara.

Bukan kali ini saja memang Darpin bikin gara-gara kepada dia, namun Warya masih bersabar. Akan tetapi kali ini, di hadapan tiga wanita yang salah satunya adalah sang kekasih hatinya, Warya merasa sudah saatnya menampakkan diri siapa dia sesungguhnya.

"Apa kau bilang?" dan Darpin pun turun dari sepeda motornya lalu mengirimkan sebuah tinju mengarah kepada wajah Warya. Mujur Warya gesit menghindar sehingga tinju Darpin hanya memangsa angin.

"Brengsek!" Darpin amarah.

Wiwi, Imas, dan Yati minggir mendekati si emang penjual bakso seolah mohon perlindungan.

Darpin menjambak kerah baju Warya, dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya siap-siap menggampar. Namun, dengan sigap Warya mengirimkan sikut ke dada Darpin yang seketika menjerit kesakitan.

"Auuuuw......!" jerit Darpin.

Hatinya makin panas ketika melihat ketiga cewek di dekat tukang bakso cekikikan seolah melecehkannya karena tak bisa menangkis sikutan Warya.

Tak pikir panjang lagi, Darpin  mundur, mendekati sepeda motor lalu dinaiki.

"Kali ini elo boleh tersenyum jahanam! Suatu saat pasti menyesal! Camkan itu!" kata Darpin seraya menghidupkan mesin sepeda motornya dan melaju kencang bagai babi dikejar anjing pemburu.   

"Hati-hati kamu Wi, War," Yati mewanti-wanti  sahabatnya Wiwi dan Warya.

"Iya, mentang-mentang anak kades, orang kaya, berperilaku tak sopan," Imas ikut bicara.

"Iiii........" kata Wiwi, namun ucapannya tidak berlanjut sebab tiba-tiba terdengar suara motor dengan knalpot bising.

Ternyata Darpin kembali lagi menghampiri mereka yang masih berkumpul di dekat tukang bakso.

Tampaknya Darpin ingin mengatakan sesuatu, tepatnya manambah ancaman.

"Dan kamu Sarwi! Kamu anak orang miskin, anak orang tak punya. Untung ada Bapak gue yang mempekerjakan orangtuamu menggarap sawah, kalau tidak, kamu dan keluargamu sudah mati!" hardik Darpin dengan amarah. Lalu lanjutnya,

"Mestinya kamu terima cintaku agar orangtuaku menyayangimu dan akan mengangkat derajat keluargamu kalau mau kawin denganku. Namun kamu malah menerima cinta si bedebah itu, meski dia anak orang kaya, tapi lebih kaya orangtuaku!" koar Darpin lagi sambil menunjuk-nunjuk Warya.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

fendy citrawarga

fendy citrawarga

Karya pertama, moga berkenan, dan mohon suport dari sahabat NovelToon semuanya ya

2023-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Bikin Gara-gara
2 Bab 2. Rencana Jahat
3 Bab 3. Aksi Dimulai
4 Bab 4. Mendatangi Kades
5 Bab 5. Ancaman Kades
6 Bab 6. Diludahi
7 Bab 7. Darpin Mabuk
8 Bab 8. Dinodai
9 Bab 9. Ditagih Utang
10 Bab 10. Ada Penampakan
11 Bab 11. Nyi Ratu Mayanggeni
12 Bab 12. Mendatangi Gudang
13 Bab 13. Ditemukan
14 Bab 14. Didatangi Kades
15 Bab 15. Pov (Kades) Ada Penampakan di Pemakaman
16 Bab 16. Terpaksa Menunggu Gelap
17 Bab 17. Baju dan Celana Jadi Bukti
18 Bab 18. Ketukan Misterius
19 Bab 19. Diancam
20 Bab 20. Wanted
21 Bab 21. Penampakan Siang Hari
22 Bab 22. Dipanggil Suara Misterius
23 Bab 23. Bertemu Teman
24 Bab 24. Demi Sebuah Ambisi
25 Bab 25. Azimat Paket Komplet
26 Bab 26. Diakui Keturunan Embah Sawi
27 Bab 27. Batin Hitam
28 Bab 28. Perkelahian Empat Sekawan
29 Bab 29. Curhat Penampakan Wiwi
30 Bab 30. Cerita Anggraeni dan Sarkawi
31 Bab 31. Benih-benih Cinta
32 Bab 32. (PoV Warya) - Ikrar Kesetiaan
33 Bab 33. (PoV Warya) - Perempuan Idaman
34 Bab 34. (PoV Warya) Amanat Almarhumah
35 Bab 35. (PoV Warya) - Membicarakan Bulan Ramadan
36 Bab 36. (PoV Warya) - Mau Dijodohkan
37 Bab 37. (PoV Warya) - Mengejar Anjing
38 Bab 38. Arwah Penasaran
39 Bab 39. Ultimatum Bu Tita dan Raker para Jin
40 Bab 40. Dihadang Pocong
41 Bab 41. Mayanggeni Temui Bu Tita
42 Bab 42. Pencuri di Bulan Suci
43 Bab 43. (PoV Rama) - Ketiduran
44 Bab 44. (PoV Rama) - Pinjam Uang
45 Bab 45. (PoV Wati) - Menjual Kalung
46 Bab 46. (PoV Wati) - Ojek Gadungan
47 Bab 47. (PoV Wati) - Dibawa ke Embah Sawi
48 Bab 48. (Pov Rama) - Mencari
49 Bab 49. (PoV Rama) - Tangis Imas pun Pecah
50 Bab 50. Melacak Jejak di Kota Kecamatan
51 Bab 51. Penculik Buka Suara
52 Bab 52. Bersua Darpin Cees
53 Bab 53. Tewas
54 Bab 54. Babi Hutan Misterius
55 Bab 55. Kehilangan Jejak
56 Bab 56. Terkuaknya Sang Babi Misterius
57 Bab 57. Dibuang ke Jurang
58 Bab 58. Tragedi 'Pusaka' Si Embah
59 Bab 59. Imas dan Iis Diperingati
60 Bab 60. Siasat Jahat Kades Danu terhadap Imas dan Iis
61 Bab 61. Imas dan Iis Dibius
62 Bab 62. Melarikan Diri
63 Bab 63. Kena Perangkap
64 Bab 64. Mesin Mobil Tak Bisa Dihidupkan
65 Bab 65. Kemarahan Tanu Anaknya Hilang
66 Bab 66. Menuduh Rama & Gadis Mirip Wiwi
67 Bab 67. Warya Kagumi Triana
68 Bab 68. Didatangi Polisi
69 Bab 69. Tercium Ada Kebohongan
70 Bab 70. Kabur Membawa Pistol
71 Bab 71. Misi Baru Kades Danu
72 Bab 72. Lagi, Seorang Gadis Berhasil Diculik
73 Bab 73. Tanu Merasa Ditipu
74 Bab 74. Nasib Tragis Tarso dan Sukinah
75 Bab 75. Melihat Para Gadis yang Disekap
76 Bab 76. Tanu Meregang Nyawa
77 Bab 77. Iis Histeris Melihat Bapaknya Tewas Bersimbah Darah
78 Bab 78. Warya Dituding Penyebab Gadis Hilang
79 Bab 79. Ancang-ancang Menyerang
80 Bab 80. Ludes Terbakar
81 Bab 81. Balas Dendam Dimulai
82 Bab 82. Imas vs Beni Codet
83 Bab 83. Si Beni dan si Gono Pamit dari Muka Bumi
84 Bab 84. Ketika 'Burung' Si Darpin Kena Terjang
85 Bab 85. Si Darpin Merengek Minta Ampun
86 Bab 86. Sodom Tewas, Danu Mengajak Damai Sang Istri
87 Bab 87. Tak Ada yang Menangisi
88 Bab 88. Sawi pun Tewas Dikapak Bi Utih
89 Bab 89. Meski Terlambat Datang Aparat
90 Bab 90. Ada Hikmah di Balik Aksi Penculikan
91 Bab 91. Pantun dalam Hati
92 Bab 92. Wejangan Ustaz Hamid dan Amuk Warga
93 Bab 93. Pertemuan 'Sersan' dan Rencana Syukuran
94 Bab 94. Geladi Resik di Pelaminan & Syukuran yang Mengharukan
95 Bab 95. Yang Cemburu kepada Si Embah
96 Bab 96. Jeritan Imas di Rumah Bu Windi
97 Bab 97. Misteri di Rumah Bu Windi
98 Bab 98. (PoV Bu Windi) - Dia Datang Menyerang
99 Bab 99. (PoV Bi Utih) - Kapak Berdarah di Gedung Tua
100 Bab 100. (PoV Bi Utih) - Satu Malam 3 Kali Jeritan
101 Bab 101. (PoV Imas) - Sepotong Tangan Gentayangan
102 Bab 102. (PoV Imas) - Kedua Tangan Terlepas
103 Bab 103. Menyerupai Ustaz
104 Bab 104. Kamar Rahasia
105 Bab 105. Dibakar dan Dikubur
106 Bab 106. Reunian di Tukang Bakso
107 Bab 107. Tukang Bakso Penampakan
108 Bab 108. Dia Merestui
109 Bab 109. (PoV Warya) - Tepergok Lagi Berdekapan
110 Bab 110. (PoV Ira) - Sebal Melihat yang Berdekapan
111 Bab 111. (PoV Ira) - Berakhir dengan Perdamaian
112 Bab 112. Enam Bulan Kemudian
113 Bab 113. Ustaz juga Manusia
114 Bab 114. Umi Utih dan Warya Didatangi Kembali Penampakan Wiwi
115 Bab 115. Ending
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Bikin Gara-gara
2
Bab 2. Rencana Jahat
3
Bab 3. Aksi Dimulai
4
Bab 4. Mendatangi Kades
5
Bab 5. Ancaman Kades
6
Bab 6. Diludahi
7
Bab 7. Darpin Mabuk
8
Bab 8. Dinodai
9
Bab 9. Ditagih Utang
10
Bab 10. Ada Penampakan
11
Bab 11. Nyi Ratu Mayanggeni
12
Bab 12. Mendatangi Gudang
13
Bab 13. Ditemukan
14
Bab 14. Didatangi Kades
15
Bab 15. Pov (Kades) Ada Penampakan di Pemakaman
16
Bab 16. Terpaksa Menunggu Gelap
17
Bab 17. Baju dan Celana Jadi Bukti
18
Bab 18. Ketukan Misterius
19
Bab 19. Diancam
20
Bab 20. Wanted
21
Bab 21. Penampakan Siang Hari
22
Bab 22. Dipanggil Suara Misterius
23
Bab 23. Bertemu Teman
24
Bab 24. Demi Sebuah Ambisi
25
Bab 25. Azimat Paket Komplet
26
Bab 26. Diakui Keturunan Embah Sawi
27
Bab 27. Batin Hitam
28
Bab 28. Perkelahian Empat Sekawan
29
Bab 29. Curhat Penampakan Wiwi
30
Bab 30. Cerita Anggraeni dan Sarkawi
31
Bab 31. Benih-benih Cinta
32
Bab 32. (PoV Warya) - Ikrar Kesetiaan
33
Bab 33. (PoV Warya) - Perempuan Idaman
34
Bab 34. (PoV Warya) Amanat Almarhumah
35
Bab 35. (PoV Warya) - Membicarakan Bulan Ramadan
36
Bab 36. (PoV Warya) - Mau Dijodohkan
37
Bab 37. (PoV Warya) - Mengejar Anjing
38
Bab 38. Arwah Penasaran
39
Bab 39. Ultimatum Bu Tita dan Raker para Jin
40
Bab 40. Dihadang Pocong
41
Bab 41. Mayanggeni Temui Bu Tita
42
Bab 42. Pencuri di Bulan Suci
43
Bab 43. (PoV Rama) - Ketiduran
44
Bab 44. (PoV Rama) - Pinjam Uang
45
Bab 45. (PoV Wati) - Menjual Kalung
46
Bab 46. (PoV Wati) - Ojek Gadungan
47
Bab 47. (PoV Wati) - Dibawa ke Embah Sawi
48
Bab 48. (Pov Rama) - Mencari
49
Bab 49. (PoV Rama) - Tangis Imas pun Pecah
50
Bab 50. Melacak Jejak di Kota Kecamatan
51
Bab 51. Penculik Buka Suara
52
Bab 52. Bersua Darpin Cees
53
Bab 53. Tewas
54
Bab 54. Babi Hutan Misterius
55
Bab 55. Kehilangan Jejak
56
Bab 56. Terkuaknya Sang Babi Misterius
57
Bab 57. Dibuang ke Jurang
58
Bab 58. Tragedi 'Pusaka' Si Embah
59
Bab 59. Imas dan Iis Diperingati
60
Bab 60. Siasat Jahat Kades Danu terhadap Imas dan Iis
61
Bab 61. Imas dan Iis Dibius
62
Bab 62. Melarikan Diri
63
Bab 63. Kena Perangkap
64
Bab 64. Mesin Mobil Tak Bisa Dihidupkan
65
Bab 65. Kemarahan Tanu Anaknya Hilang
66
Bab 66. Menuduh Rama & Gadis Mirip Wiwi
67
Bab 67. Warya Kagumi Triana
68
Bab 68. Didatangi Polisi
69
Bab 69. Tercium Ada Kebohongan
70
Bab 70. Kabur Membawa Pistol
71
Bab 71. Misi Baru Kades Danu
72
Bab 72. Lagi, Seorang Gadis Berhasil Diculik
73
Bab 73. Tanu Merasa Ditipu
74
Bab 74. Nasib Tragis Tarso dan Sukinah
75
Bab 75. Melihat Para Gadis yang Disekap
76
Bab 76. Tanu Meregang Nyawa
77
Bab 77. Iis Histeris Melihat Bapaknya Tewas Bersimbah Darah
78
Bab 78. Warya Dituding Penyebab Gadis Hilang
79
Bab 79. Ancang-ancang Menyerang
80
Bab 80. Ludes Terbakar
81
Bab 81. Balas Dendam Dimulai
82
Bab 82. Imas vs Beni Codet
83
Bab 83. Si Beni dan si Gono Pamit dari Muka Bumi
84
Bab 84. Ketika 'Burung' Si Darpin Kena Terjang
85
Bab 85. Si Darpin Merengek Minta Ampun
86
Bab 86. Sodom Tewas, Danu Mengajak Damai Sang Istri
87
Bab 87. Tak Ada yang Menangisi
88
Bab 88. Sawi pun Tewas Dikapak Bi Utih
89
Bab 89. Meski Terlambat Datang Aparat
90
Bab 90. Ada Hikmah di Balik Aksi Penculikan
91
Bab 91. Pantun dalam Hati
92
Bab 92. Wejangan Ustaz Hamid dan Amuk Warga
93
Bab 93. Pertemuan 'Sersan' dan Rencana Syukuran
94
Bab 94. Geladi Resik di Pelaminan & Syukuran yang Mengharukan
95
Bab 95. Yang Cemburu kepada Si Embah
96
Bab 96. Jeritan Imas di Rumah Bu Windi
97
Bab 97. Misteri di Rumah Bu Windi
98
Bab 98. (PoV Bu Windi) - Dia Datang Menyerang
99
Bab 99. (PoV Bi Utih) - Kapak Berdarah di Gedung Tua
100
Bab 100. (PoV Bi Utih) - Satu Malam 3 Kali Jeritan
101
Bab 101. (PoV Imas) - Sepotong Tangan Gentayangan
102
Bab 102. (PoV Imas) - Kedua Tangan Terlepas
103
Bab 103. Menyerupai Ustaz
104
Bab 104. Kamar Rahasia
105
Bab 105. Dibakar dan Dikubur
106
Bab 106. Reunian di Tukang Bakso
107
Bab 107. Tukang Bakso Penampakan
108
Bab 108. Dia Merestui
109
Bab 109. (PoV Warya) - Tepergok Lagi Berdekapan
110
Bab 110. (PoV Ira) - Sebal Melihat yang Berdekapan
111
Bab 111. (PoV Ira) - Berakhir dengan Perdamaian
112
Bab 112. Enam Bulan Kemudian
113
Bab 113. Ustaz juga Manusia
114
Bab 114. Umi Utih dan Warya Didatangi Kembali Penampakan Wiwi
115
Bab 115. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!