Teror Dedemit Sumur Tua
HARI Minggu sekitar pukul 11 siang cuaca cerah. Tampak orang-orang di sebuah kampung pulang berolahraga dari lapangan desa, terutama anak-anak muda. Gaya hidup mereka seperti orang kota saja.
Ya, di zaman kini gaya hidup orang kota dan desa tak jauh berbeda. Yang membedakan hanyalah fasilitas atau infrastrukturnya. Di kota serbaada, di kampung seadanya.
Ada tiga wanita muda berjalan berdampingan, ketiganya pulang dari olahraga rutin mingguan.
Ketika salah seorang dari ketiganya melihat penjual bakso dorong, dia nyeletuk memprovokasi dua temannya.
"Wi, Mas, kita ngebakso dulu yuk!" ajak Yati kepada Wiwi dan Imas sahabatnya.
"Woalah jam segini udah ngebakso, gak lucu!" timpal Imas.
"Emang ngebakso harus jam berapa?" sungut Yati
"Ya....ntarlah jam dua belas ke atas," balas Imas.
"Lalu? Mengapa si mang bakso udah dateng jam segini? Bukankah itu berarti ia sudah minta dibeli?" ucap Yati tak kalah dalih.
"Ya udah, kalau mau ngebakso ya ngebakso, kalau enggak ya enggak lah!" ujar Wiwi mencoba menengahi pertikaian kedua temannya.
Akhirnya ketiganya menghampiri si emang penjual bakso.
"Mang bikin bakso!" ujar Yati semangat.
"Satu, dua, atau tiga, Neng?" tanya penjual bakso, sementara tangannya gesit mengambil mangkuk dan lap kain bersih.
"Dua aja Mang!" kata Yati, cepat.
"Tiga, Mang!" sahut Imas tak kalah cepat.
"Katanya jam dua belas ke atas?" Yati mendelik sinis, bibirnya mencong.
"Lapar tahu!"
"Hahahaha....." Yati dan Wiwi tertawa ngakak, sementara yang
ditertawainya cuma manyun.
Akhirnya si emang bakso bersiap-siap melayani ketiga wanita itu dengan mengambil tiga buah mangkuk. Selesai diwadahi lalu disodorkan kepada ketiga perempuan muda yang tampak tengah ceria itu.
Ketiganya lantas menyimpan mangkuk baso di meja yang disediakan penjual bakso, dan duduk di kursi kayu panjang.
Air liur mereka sontak mengalir menatap mangkuk berisi bakso kesukaan. Tak ada lagi acara mecicipi, to the point saja disantap sambil heboh berbincang ke sana ke mari.
Mereka bertiga adalah buruh pabrik yang lokasinya tak jauh di Kampung Mekarsari tempat mereka tinggal. Hari minggu mereka libur dan kerap memanfaatkan waktu itu untuk berolahraga seperti warga lainnya di lapangan desa.
Ketika asyik makan bakso, tiba-tiba sikut Yati mengenai lengan Wiwi.
"Ada apa sih?" Wiwi menatap wajah Yati dengan penuh tanda tanya.
"Tuh Arjunamu!" bisik Yati sambil menunjuk dengan isyarat kepalanya kepada seorang pemuda yang tengah berlari-lari kecil. Tampaknya habis berolahraga juga hari Minggu itu. Namun entah di mana sebab di lapangan tadi tidak terlihat.
Wiwi pun menoleh dan benar saja ada Warya. Jantung Wiwi mendadak dagdigdug. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya takut dilihat Warya sedang jajan bakso di pinggir jalan. Namun usahanya gagal karena sang Arjuna itu sudah berada di dekat meja penjual bakso.
"Wow, ngebakso kagak mengajak-ajak," ucap Warya sembari mendelik ke arah Wiwi. Yang dilihat cuma tersenyum kecil, tanpa menatapnya. Entah mengapa tatapan mata sang Arjuna itu membuat hati Wiwi tak berdaya.
"Ayo War kalau mau!" Yati menawari.
"Ogah ah, tadi udah ngebubur di sana," tolak Warya. Namun dia pun ikut duduk di ujung bangku.
"Ikut duduk ya!" kata Warya.
"Mang boleh ada yang numpang duduk tapi enggak jajan?" ujar Yati membuat Warya tersipu.
"Enggak boleh, kecuali nraktir kami!" giliran Imas yang bicara.
"Boleh, boleh.....!" kata si emang bakso terkekeh.
Warya mau numpang duduk dengan harapan bisa pulang bareng dengan Wiwi. Gadis itu memang tengah didekati Warya dan tampaknya Wiwi pun tak menolaknya. Mereka berempat memang satu kampung beda RT saja.
Acara makan bakso pun usai. Ketiganya bersiap-siap angkat kaki.
"Berapa duit Bos?" tanya Yati sambil tersenyum. Dia menyebut si emang bakso sebagai bos sehingga Imas dan Wiwi pun menepuk tangan Yati.
"Dua puluh dua ribu lima ratus semuanya, biar dua puluh ribu aja Neng."
Yati segera megambil uang dari dompetnya demikian pula Wiwi dan Imas. Namun mereka kalah cepat oleh Warya yang dengan gesit menyodorkan uang kepada si emang bakso Rp 50.000.
"Udah, udah, masukin lagi tuh uang kalian!" kata Warya.
"Apaaa? Bener nih?" Yati, Wiwi, dan Imas, terbengong-bengong.
"Ya benerlah nih uangnya," kata Warya lagi.
"Bentar, bentar, Mang, apa boleh mentraktir bakso tapi dia sendiri tidak ngebakso?" ujar Yati , lagi-lagi bikin kawan-kawannya terkekeh-kekeh.
"Hahahaa......ada-ada saja si Eneng," Mang bakso menimpali.
"Kalau begitu ayo kita cabut. Makasih ya ganteeeeng...." kata Yati sambil melirik Warya lalu ke Wiwi.
"Iya, iya," kata Warya, melirik Wiwi yang tampak cemberut karena Yati memujinya dengan sebutan ganteng.
Mereka lantas bangkit. Namun, tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju kencang dan ketika melihat mereka, motor itu mendekat nyaris saja menabrak meja.
Keruan saja mereka kaget.
"He, apa-apaan sih? Kok motor mau ditabrakkan kepada kami? Enggak lihat apa?" kata Yati sambil melotot menatap penunggang motor.
"Sori, sori, disengaja!" celoteh pemuda penunggang sepeda motor itu seraya cengengesan.
"Kalau disengaja tak perlu bilang sori!" hardik Yati makin berani.
"Halah banyak bacot cewek genit! Dan kau pemuda tengik, awas ya mengganggu pacar gue!" kata si pemuda bernama Darpin, dia anak kepala desa.
Berkata begitu Darpin menatap tajam Warya lalu tebar senyum ke Wiwi. Yati dan Imas menyadari kalau Darpin ada rasa kepada Wiwi, sementara Wiwi tak meladeni karena selain sudah terikat asmara kepada Warya, juga tak senang dengan perilaku Darpin yang arogan dan suka mabuk-mabukan meski diketahui katanya dia mahasiswa.
"Awas ya, kali ini gue maafin. Lain kali, gue lihat kamu dekatin cewek gue, akan kuhajar!" hardik Darpin sambil mengepalkan tinju ke arah Warya.
"Jangan lain kalilah, sekarang aja mungpung ada waktu, lagian kan sudah jelas saya mendekati Wiwi karena memang dia mau didekati," kata Warya tak kalah gos, membuat hati Darpin makin membara.
Bukan kali ini saja memang Darpin bikin gara-gara kepada dia, namun Warya masih bersabar. Akan tetapi kali ini, di hadapan tiga wanita yang salah satunya adalah sang kekasih hatinya, Warya merasa sudah saatnya menampakkan diri siapa dia sesungguhnya.
"Apa kau bilang?" dan Darpin pun turun dari sepeda motornya lalu mengirimkan sebuah tinju mengarah kepada wajah Warya. Mujur Warya gesit menghindar sehingga tinju Darpin hanya memangsa angin.
"Brengsek!" Darpin amarah.
Wiwi, Imas, dan Yati minggir mendekati si emang penjual bakso seolah mohon perlindungan.
Darpin menjambak kerah baju Warya, dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya siap-siap menggampar. Namun, dengan sigap Warya mengirimkan sikut ke dada Darpin yang seketika menjerit kesakitan.
"Auuuuw......!" jerit Darpin.
Hatinya makin panas ketika melihat ketiga cewek di dekat tukang bakso cekikikan seolah melecehkannya karena tak bisa menangkis sikutan Warya.
Tak pikir panjang lagi, Darpin mundur, mendekati sepeda motor lalu dinaiki.
"Kali ini elo boleh tersenyum jahanam! Suatu saat pasti menyesal! Camkan itu!" kata Darpin seraya menghidupkan mesin sepeda motornya dan melaju kencang bagai babi dikejar anjing pemburu.
"Hati-hati kamu Wi, War," Yati mewanti-wanti sahabatnya Wiwi dan Warya.
"Iya, mentang-mentang anak kades, orang kaya, berperilaku tak sopan," Imas ikut bicara.
"Iiii........" kata Wiwi, namun ucapannya tidak berlanjut sebab tiba-tiba terdengar suara motor dengan knalpot bising.
Ternyata Darpin kembali lagi menghampiri mereka yang masih berkumpul di dekat tukang bakso.
Tampaknya Darpin ingin mengatakan sesuatu, tepatnya manambah ancaman.
"Dan kamu Sarwi! Kamu anak orang miskin, anak orang tak punya. Untung ada Bapak gue yang mempekerjakan orangtuamu menggarap sawah, kalau tidak, kamu dan keluargamu sudah mati!" hardik Darpin dengan amarah. Lalu lanjutnya,
"Mestinya kamu terima cintaku agar orangtuaku menyayangimu dan akan mengangkat derajat keluargamu kalau mau kawin denganku. Namun kamu malah menerima cinta si bedebah itu, meski dia anak orang kaya, tapi lebih kaya orangtuaku!" koar Darpin lagi sambil menunjuk-nunjuk Warya.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
fendy citrawarga
Karya pertama, moga berkenan, dan mohon suport dari sahabat NovelToon semuanya ya
2023-02-03
0