Bab 3. Aksi Dimulai

Doma, Gonto, dan Benco, cuma saling pandang. Di benaknya sama bergumam, 'Tega nian si bos merokok tanpa menawari anak buah'.

"Doma, kau bawa rokok?" tanya Darpin. Doma geleng kepala.

"Kau Gonto?" juga geleng.

"Kau Benco?" sami mawon.

"Tapi kan kalian ingin merokok?"

"Jelas dong, Bos."

"Makanya ayo segera beri solusi tentang beban pikiran gue untuk beresin si Wiwi dan si Warya. Mengapa tadi aku masukkan lagi bungkus rokok dan koreknya? Karena kalian belum juga memberikan solusi," dalih Darpin.

"Pelit mah plit aja, woy!" sindir Doma dalam hati.

  

"Tindakan macam apa kiranya yang perlu diberikan kepada si Wiwi, Bos?" tanya si Gonto.

"Pokoknya dia harus dibikin menyesal tidak mecintai gue, Gon. Tapi jangan sampai disakiti tubuhnya. Dia cantik, bodinya membuat gairah berahiku tak tertahankan," sahut Darpin dengan saliva naik turun.

"Kalau si Warya, Bos?" giliran Benco yang bertanya.

"Mati cepat lebih baik," ujar Darpin cepat dan tegas. Disangkanya menghilangkan nyawa orang sama dengan membunuh nyamuk.

"Beres!" timpal Benco.

"Ya udah kalau begitu kita culik saja si Wiwi, umpetin di tempat yang tidak mudah diketahui," usul Doma.

"Usul yang bagus Dom. Kita mulai beraksi," ujar Darpin.

"Kapan dimulai Bos?"

"Besok malam, saya suka lihat si Sarwi dan adeknya itu suka belanja ke warung malam-malam. Kita buntuti......lalu ambil Si Sarwi. Gue bakal bawa mobil," kata Darpin.

Setelah keempatnya sepakat atas rencana besok malam, barulah Darpin mengeluarkan bungkus rokok dan diperebutkan oleh ketiga konconya.

 

Mulut masam sedari tadi, nyaris saja sebungkus rokok itu hancur kalau tak segera diamankan sang pemilik. Sebatang demi sebatang lantas diberikan kepada ketiga temannya. Lalu diumpetin lagi ke saku jaketnya.

"Pelitnya minta ampun nih si Bos," gumam ketiga temannya dalam hati. Kalau berterus terang bicara, bisa-bisa rokok yang sudah pada disulut itu disita kembali.

Pertemuan pun bubar. Ketiganya pamit dan berjanji besok malam siap beraksi sesuai dengan rencana.

"Kalian mau pulang begitu saja?"

"Emang!" sahut Doma.

"Ya udah kalau begitu silakan pergi. Tadinya gue mau ngeganti uang bengsin ama lo," kata Darpin.

"Yaaaa....amplop. Gue lupa Bos. Ya, mana, makasih deh."

Darpin pun mengeluarkan uang Rp 50.000. Dikira Doma sejuta atau dua juta, ini cuma Rp 50.000, padahal misi yang akan dilakoni bukan kerjaan enteng-enteng. Taruhannya bisa nyawa. Tapi daripada tidak ya diterima sajalah.

Ketiganya pun pamit. Tak lama kemudian terdengar deru mesin sepeda motor, digas, dan tak terdengar lagi ditelan malam.

"Yessss!" Darpin mengepalkan jemari tangan, diacungkan ke atas, dan ditarik sekaligus ke bawah sambil berujar 'yes' sebagai tanda sukses membuat rencana.

"Rasain lu Sarwi, lu Warya," gumamnya, lalu 'terbang' ke atas rajang. Ambil HP. Klik membuka galeri, tampak sesosok wanita muda cantik yang selama ini jadi impiannya. Si Wiwi, dipandangi tiada henti, lalu layar HP itu didekatkan pada bibirnya pas pada bibir wanita di HP. Begitulah cara Darpin melepas rindu kepada sang kekasih yang menolak cintanya mentah-mentah.

***

Malam esoknya udara terasa dingin sehabis sore tadi diguyur hujan. Keadaan kampung tak seperti biasanya terasa sepi, hanya sesekali sepeda motor lewat di jalan raya kampung itu.

Dua orang wanita muda kakak beradik baru pulang dari warung membeli berbagai keperluan, mulai kebutuhan dapur hingga keperluan sehari-hari mereka berdua seperti odol dan sabun.

"Pelan-pelan dong Kak, jalannya!" kata sang adik kepada kakak wanitanya yang berjalan cepat seolah ada firasat buruk akan menimpa dirinya malam itu.

"Ayo cepat Wat, entar keburu malam, takut ada apa-apa lewat makam," kata sang kakak kepada sang adik bernama Wati.

Ya, ternyata wanita itu adalah Wiwi, dia baru pulang belanja di warung lumayan kumplit langganannya malam itu.

"Masa takut sama hantu? Hantu itu cuma omongan orang, buktinya kagak ada," timpal Wati tak mau percaya omongan  kakaknya.

"Huh! jangan gegabah bicara Wat! Kalau ada yang dengar gimana?"

"Yang dengar siapa? Cuma kita berdua, kok!"

"Pokoknya ayo cepet! Lagian ini obat nyamuk mau segera dipakai!" kata Wiwi mengalihkan pembicaraan, tidak lagi menakut-nakuti adiknya dengan hantu tetapi dengan hal realistis, obat nyamuk.

"Iya, iya, iya!" akhirnya Wati menurut.

Keduanya berjalan berdampingan menempuh jalan kampung yang cuma diterangi cahaya lampu dari satu dua rumah. Lampu PJU belum  begitu banyak.

Ketika keduanya akan memasuki kawasan yang ada permakaman umum, Wiwi dan Wati, terhenti sejenak. 

Sepertinya di depan ada  sesuatu yang mencurigakan. Tas belanjaan yang mereka bawa dipegang erat-erat takutnya ada orang jahat yang mau merampok.

"Wat, apa tuh di depan?" bisik Wiwi.

"Mana?" 

"Tuh?"

"O iya sepertinya ada mobil, Kak. Ayo jalan ajalah, habis ke mana lagi tak ada jalan lain," ajak Wati.

Meski Wiwi amat ketakutan, dia pun menurut. Keduanya berjalan cepat ingin segera melewati mobil yang terparkir di pinggir jalan tanpa menyalakan lampu di dalamnya.

Ketika sudah mendekati dan melewati mobil itu sontak Wiwi dan Wati mempercepat langkahnya. Mobil sudah berhasil dilewati dan tidak ada siapa-siapa juga tak terjadi apa-apa.

Wiwi dan Wati merasa senang karena bisa lolos dari mobil yang semula diduga dinaiki orang yang akan berbuat jahat. 

Akan tetapi, sekitar 20 langkah dari mobil, tiba-tiba tubuh Wiwi dicengkeram sesosok tubuh serasa kekar.

Sementara Wati pun sama, sekilas dia melihat ada 4 sosok tubuh pria yang mengganggu dia dan kakaknya. Ketiganya mengenakan kupluk penutup kepala. Seorang pria menyergap Wati lalu kepala Wati ditutupi karung kemudian diikat dan dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. Sementara tubuh Wiwi dibopong dua orang pria dan dimasukkan ke dalam mobil. 

Di dalam mobil tangan Wiwi ditarik ke bagian belakang tubuhnya lalu diikat tambang plastik kuat-kuat, sementara mulutnya disumpal saputangan besar sehingga praktis tak bisa berbuat apa-apa kecuali meronta-ronta ingin lepas dan menangis berurai air mata nestapa. 

Lalu mobil itu bergerak meninggalkan lokasi permakaman dan Wati yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari karung yang menutupi kepala dan setengah tubuhnya berikut tali yang mengikatnya.

"Tolong-tolong, tolooooong.........!" Wati berteriak-teriak minta tolong. 

Tak ada yang mendengar, maklum kawasan itu agak jauh dari rumah penduduk.

"Tolong-tolong, tolooooong.......!" Wati berteriak lebih keras lagi.

Tiba-tiba ada seseorang yang mendengar teriakan Wati. Dengan senter HP yang dibawanya pria muda itu segera lari menuju arah datangnya suara.

Semakin dekat bunyi yang minta tolong makin  jelas. Ketika tersorot lampu senter HP, ia begitu terkejut.

"Ada apa, siapa kau nona?" kata si pria muda itu demi mendengar yang minta tolong itu sepertinya wanita muda.

"Tolong aku, aku Wati," timpal Wati.

"Wati?!" pria muda itu begitu terkejut. 

Segera saja dia membuka jeratan tali pada tubuh Wati dan mencopot karung yang mentupi tubuhnya.

Setelah terbuka,

"Wati kenapa kau sayang?" tanya pemuda yang bernama Anwar itu.

"Tolong aku War, tolong, kakakku, kakakku....." Wati terbata-bata dan menangis lalu mendekap tubuh Anwar, kekasih hatinya.

"Kenapa dengan Kak Wiwi, Wat?"

"Dia hilang, hilang di sini!"

""Ya Allah......, ayo kita cari!" ajak Anwar.

"Di mana hilangnya?"

Dan Wati pun berceritera sepulangnya dari warung kemudian melihat ada sebuah mobil, dan 20 langkah kemudian dia dan kakaknya ada yang menyergap beberapa pria.

"Ini penculikan. Beruntung kamu tidak ikut diculik, ayo kita pulang, lapor kepada orangtuamu dan ke pihak berwajib," ajak Anwar.

Keduanya lantas pergi meninggalkan area permakaman umum dan bermaksud ke rumah orangtua Wati dan Wiwi. Beruntung tas belanjaan tak diembat penjahat. Anwar membantu membawa tas belanjaan tersebut.

Setibanya di rumah, Wati menangis sejadi-jadinya di depan Pak Muslih bapaknya dan Bu Ratih ibunya.

"Kenapa kamu menangis Wati? Mana kakakmu?" tanya Pak Muslih dan Bu Ratih hampir bersamaan

"Celaka Pak, Bu!"

"Celaka?" Pak Muslih dan Bu Ratih saling pandang. (Bersambung)

Terpopuler

Comments

nath_e

nath_e

wah rapi tulisannya, sy suka..lanjutkan, semangat suatu hari pasti rame kok🤗

2023-07-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Bikin Gara-gara
2 Bab 2. Rencana Jahat
3 Bab 3. Aksi Dimulai
4 Bab 4. Mendatangi Kades
5 Bab 5. Ancaman Kades
6 Bab 6. Diludahi
7 Bab 7. Darpin Mabuk
8 Bab 8. Dinodai
9 Bab 9. Ditagih Utang
10 Bab 10. Ada Penampakan
11 Bab 11. Nyi Ratu Mayanggeni
12 Bab 12. Mendatangi Gudang
13 Bab 13. Ditemukan
14 Bab 14. Didatangi Kades
15 Bab 15. Pov (Kades) Ada Penampakan di Pemakaman
16 Bab 16. Terpaksa Menunggu Gelap
17 Bab 17. Baju dan Celana Jadi Bukti
18 Bab 18. Ketukan Misterius
19 Bab 19. Diancam
20 Bab 20. Wanted
21 Bab 21. Penampakan Siang Hari
22 Bab 22. Dipanggil Suara Misterius
23 Bab 23. Bertemu Teman
24 Bab 24. Demi Sebuah Ambisi
25 Bab 25. Azimat Paket Komplet
26 Bab 26. Diakui Keturunan Embah Sawi
27 Bab 27. Batin Hitam
28 Bab 28. Perkelahian Empat Sekawan
29 Bab 29. Curhat Penampakan Wiwi
30 Bab 30. Cerita Anggraeni dan Sarkawi
31 Bab 31. Benih-benih Cinta
32 Bab 32. (PoV Warya) - Ikrar Kesetiaan
33 Bab 33. (PoV Warya) - Perempuan Idaman
34 Bab 34. (PoV Warya) Amanat Almarhumah
35 Bab 35. (PoV Warya) - Membicarakan Bulan Ramadan
36 Bab 36. (PoV Warya) - Mau Dijodohkan
37 Bab 37. (PoV Warya) - Mengejar Anjing
38 Bab 38. Arwah Penasaran
39 Bab 39. Ultimatum Bu Tita dan Raker para Jin
40 Bab 40. Dihadang Pocong
41 Bab 41. Mayanggeni Temui Bu Tita
42 Bab 42. Pencuri di Bulan Suci
43 Bab 43. (PoV Rama) - Ketiduran
44 Bab 44. (PoV Rama) - Pinjam Uang
45 Bab 45. (PoV Wati) - Menjual Kalung
46 Bab 46. (PoV Wati) - Ojek Gadungan
47 Bab 47. (PoV Wati) - Dibawa ke Embah Sawi
48 Bab 48. (Pov Rama) - Mencari
49 Bab 49. (PoV Rama) - Tangis Imas pun Pecah
50 Bab 50. Melacak Jejak di Kota Kecamatan
51 Bab 51. Penculik Buka Suara
52 Bab 52. Bersua Darpin Cees
53 Bab 53. Tewas
54 Bab 54. Babi Hutan Misterius
55 Bab 55. Kehilangan Jejak
56 Bab 56. Terkuaknya Sang Babi Misterius
57 Bab 57. Dibuang ke Jurang
58 Bab 58. Tragedi 'Pusaka' Si Embah
59 Bab 59. Imas dan Iis Diperingati
60 Bab 60. Siasat Jahat Kades Danu terhadap Imas dan Iis
61 Bab 61. Imas dan Iis Dibius
62 Bab 62. Melarikan Diri
63 Bab 63. Kena Perangkap
64 Bab 64. Mesin Mobil Tak Bisa Dihidupkan
65 Bab 65. Kemarahan Tanu Anaknya Hilang
66 Bab 66. Menuduh Rama & Gadis Mirip Wiwi
67 Bab 67. Warya Kagumi Triana
68 Bab 68. Didatangi Polisi
69 Bab 69. Tercium Ada Kebohongan
70 Bab 70. Kabur Membawa Pistol
71 Bab 71. Misi Baru Kades Danu
72 Bab 72. Lagi, Seorang Gadis Berhasil Diculik
73 Bab 73. Tanu Merasa Ditipu
74 Bab 74. Nasib Tragis Tarso dan Sukinah
75 Bab 75. Melihat Para Gadis yang Disekap
76 Bab 76. Tanu Meregang Nyawa
77 Bab 77. Iis Histeris Melihat Bapaknya Tewas Bersimbah Darah
78 Bab 78. Warya Dituding Penyebab Gadis Hilang
79 Bab 79. Ancang-ancang Menyerang
80 Bab 80. Ludes Terbakar
81 Bab 81. Balas Dendam Dimulai
82 Bab 82. Imas vs Beni Codet
83 Bab 83. Si Beni dan si Gono Pamit dari Muka Bumi
84 Bab 84. Ketika 'Burung' Si Darpin Kena Terjang
85 Bab 85. Si Darpin Merengek Minta Ampun
86 Bab 86. Sodom Tewas, Danu Mengajak Damai Sang Istri
87 Bab 87. Tak Ada yang Menangisi
88 Bab 88. Sawi pun Tewas Dikapak Bi Utih
89 Bab 89. Meski Terlambat Datang Aparat
90 Bab 90. Ada Hikmah di Balik Aksi Penculikan
91 Bab 91. Pantun dalam Hati
92 Bab 92. Wejangan Ustaz Hamid dan Amuk Warga
93 Bab 93. Pertemuan 'Sersan' dan Rencana Syukuran
94 Bab 94. Geladi Resik di Pelaminan & Syukuran yang Mengharukan
95 Bab 95. Yang Cemburu kepada Si Embah
96 Bab 96. Jeritan Imas di Rumah Bu Windi
97 Bab 97. Misteri di Rumah Bu Windi
98 Bab 98. (PoV Bu Windi) - Dia Datang Menyerang
99 Bab 99. (PoV Bi Utih) - Kapak Berdarah di Gedung Tua
100 Bab 100. (PoV Bi Utih) - Satu Malam 3 Kali Jeritan
101 Bab 101. (PoV Imas) - Sepotong Tangan Gentayangan
102 Bab 102. (PoV Imas) - Kedua Tangan Terlepas
103 Bab 103. Menyerupai Ustaz
104 Bab 104. Kamar Rahasia
105 Bab 105. Dibakar dan Dikubur
106 Bab 106. Reunian di Tukang Bakso
107 Bab 107. Tukang Bakso Penampakan
108 Bab 108. Dia Merestui
109 Bab 109. (PoV Warya) - Tepergok Lagi Berdekapan
110 Bab 110. (PoV Ira) - Sebal Melihat yang Berdekapan
111 Bab 111. (PoV Ira) - Berakhir dengan Perdamaian
112 Bab 112. Enam Bulan Kemudian
113 Bab 113. Ustaz juga Manusia
114 Bab 114. Umi Utih dan Warya Didatangi Kembali Penampakan Wiwi
115 Bab 115. Ending
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Bikin Gara-gara
2
Bab 2. Rencana Jahat
3
Bab 3. Aksi Dimulai
4
Bab 4. Mendatangi Kades
5
Bab 5. Ancaman Kades
6
Bab 6. Diludahi
7
Bab 7. Darpin Mabuk
8
Bab 8. Dinodai
9
Bab 9. Ditagih Utang
10
Bab 10. Ada Penampakan
11
Bab 11. Nyi Ratu Mayanggeni
12
Bab 12. Mendatangi Gudang
13
Bab 13. Ditemukan
14
Bab 14. Didatangi Kades
15
Bab 15. Pov (Kades) Ada Penampakan di Pemakaman
16
Bab 16. Terpaksa Menunggu Gelap
17
Bab 17. Baju dan Celana Jadi Bukti
18
Bab 18. Ketukan Misterius
19
Bab 19. Diancam
20
Bab 20. Wanted
21
Bab 21. Penampakan Siang Hari
22
Bab 22. Dipanggil Suara Misterius
23
Bab 23. Bertemu Teman
24
Bab 24. Demi Sebuah Ambisi
25
Bab 25. Azimat Paket Komplet
26
Bab 26. Diakui Keturunan Embah Sawi
27
Bab 27. Batin Hitam
28
Bab 28. Perkelahian Empat Sekawan
29
Bab 29. Curhat Penampakan Wiwi
30
Bab 30. Cerita Anggraeni dan Sarkawi
31
Bab 31. Benih-benih Cinta
32
Bab 32. (PoV Warya) - Ikrar Kesetiaan
33
Bab 33. (PoV Warya) - Perempuan Idaman
34
Bab 34. (PoV Warya) Amanat Almarhumah
35
Bab 35. (PoV Warya) - Membicarakan Bulan Ramadan
36
Bab 36. (PoV Warya) - Mau Dijodohkan
37
Bab 37. (PoV Warya) - Mengejar Anjing
38
Bab 38. Arwah Penasaran
39
Bab 39. Ultimatum Bu Tita dan Raker para Jin
40
Bab 40. Dihadang Pocong
41
Bab 41. Mayanggeni Temui Bu Tita
42
Bab 42. Pencuri di Bulan Suci
43
Bab 43. (PoV Rama) - Ketiduran
44
Bab 44. (PoV Rama) - Pinjam Uang
45
Bab 45. (PoV Wati) - Menjual Kalung
46
Bab 46. (PoV Wati) - Ojek Gadungan
47
Bab 47. (PoV Wati) - Dibawa ke Embah Sawi
48
Bab 48. (Pov Rama) - Mencari
49
Bab 49. (PoV Rama) - Tangis Imas pun Pecah
50
Bab 50. Melacak Jejak di Kota Kecamatan
51
Bab 51. Penculik Buka Suara
52
Bab 52. Bersua Darpin Cees
53
Bab 53. Tewas
54
Bab 54. Babi Hutan Misterius
55
Bab 55. Kehilangan Jejak
56
Bab 56. Terkuaknya Sang Babi Misterius
57
Bab 57. Dibuang ke Jurang
58
Bab 58. Tragedi 'Pusaka' Si Embah
59
Bab 59. Imas dan Iis Diperingati
60
Bab 60. Siasat Jahat Kades Danu terhadap Imas dan Iis
61
Bab 61. Imas dan Iis Dibius
62
Bab 62. Melarikan Diri
63
Bab 63. Kena Perangkap
64
Bab 64. Mesin Mobil Tak Bisa Dihidupkan
65
Bab 65. Kemarahan Tanu Anaknya Hilang
66
Bab 66. Menuduh Rama & Gadis Mirip Wiwi
67
Bab 67. Warya Kagumi Triana
68
Bab 68. Didatangi Polisi
69
Bab 69. Tercium Ada Kebohongan
70
Bab 70. Kabur Membawa Pistol
71
Bab 71. Misi Baru Kades Danu
72
Bab 72. Lagi, Seorang Gadis Berhasil Diculik
73
Bab 73. Tanu Merasa Ditipu
74
Bab 74. Nasib Tragis Tarso dan Sukinah
75
Bab 75. Melihat Para Gadis yang Disekap
76
Bab 76. Tanu Meregang Nyawa
77
Bab 77. Iis Histeris Melihat Bapaknya Tewas Bersimbah Darah
78
Bab 78. Warya Dituding Penyebab Gadis Hilang
79
Bab 79. Ancang-ancang Menyerang
80
Bab 80. Ludes Terbakar
81
Bab 81. Balas Dendam Dimulai
82
Bab 82. Imas vs Beni Codet
83
Bab 83. Si Beni dan si Gono Pamit dari Muka Bumi
84
Bab 84. Ketika 'Burung' Si Darpin Kena Terjang
85
Bab 85. Si Darpin Merengek Minta Ampun
86
Bab 86. Sodom Tewas, Danu Mengajak Damai Sang Istri
87
Bab 87. Tak Ada yang Menangisi
88
Bab 88. Sawi pun Tewas Dikapak Bi Utih
89
Bab 89. Meski Terlambat Datang Aparat
90
Bab 90. Ada Hikmah di Balik Aksi Penculikan
91
Bab 91. Pantun dalam Hati
92
Bab 92. Wejangan Ustaz Hamid dan Amuk Warga
93
Bab 93. Pertemuan 'Sersan' dan Rencana Syukuran
94
Bab 94. Geladi Resik di Pelaminan & Syukuran yang Mengharukan
95
Bab 95. Yang Cemburu kepada Si Embah
96
Bab 96. Jeritan Imas di Rumah Bu Windi
97
Bab 97. Misteri di Rumah Bu Windi
98
Bab 98. (PoV Bu Windi) - Dia Datang Menyerang
99
Bab 99. (PoV Bi Utih) - Kapak Berdarah di Gedung Tua
100
Bab 100. (PoV Bi Utih) - Satu Malam 3 Kali Jeritan
101
Bab 101. (PoV Imas) - Sepotong Tangan Gentayangan
102
Bab 102. (PoV Imas) - Kedua Tangan Terlepas
103
Bab 103. Menyerupai Ustaz
104
Bab 104. Kamar Rahasia
105
Bab 105. Dibakar dan Dikubur
106
Bab 106. Reunian di Tukang Bakso
107
Bab 107. Tukang Bakso Penampakan
108
Bab 108. Dia Merestui
109
Bab 109. (PoV Warya) - Tepergok Lagi Berdekapan
110
Bab 110. (PoV Ira) - Sebal Melihat yang Berdekapan
111
Bab 111. (PoV Ira) - Berakhir dengan Perdamaian
112
Bab 112. Enam Bulan Kemudian
113
Bab 113. Ustaz juga Manusia
114
Bab 114. Umi Utih dan Warya Didatangi Kembali Penampakan Wiwi
115
Bab 115. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!