Bab 4. Mendatangi Kades

"Iya Pak celaka, Kak, Kak Wiwi......," Wati tak meneruskan omongannya. Isak tangisnya sudah tak tertahankan lagi.

"Apa sebenarnya yang terjadi Nak Anwar?" Pak Muslih menatap tajam Anwar yang masih termangu.

"Ketika tadi saya ke rumah Bapak dan menanyakan Wati lalu dikatakan Bapak bahwa Wati lagi ke warung sama Kak Wiwi, saya langsung menjemputnya karena kasihan sudah malam," kata Anwar yang memang tadi menemui orangtua Wati.

"Lalu?" Pak Muslih kian penasaran.

"Ya, saya menjemputnya hingga pemakaman umum itu. Tiba-tiba saya mendengar wanita berteriak-teriak, ternyata........." Anwar pun tak lanjut bicaranya, menarik napas dalam-dalam.

"Ada apa, ada apa, mengapa Wati menangis dan ke mana Wiwi?" tanya seorang pemuda tiba-tiba.

Dia adalah Rama, kakaknya Wati dan Wiwi atau anak sulung Pak Muslih.

"Celaka, Kak Rama," kata Anwar.

"Celaka kenapa War?"

Dengan lebih tenang Anwar menerangkan apa yang terjadi baik yang dialaminya sendiri maupun cerita dari Wati.

"Bedebah! Bangsat, brengsek!" Rama meninju telapak tangan kirinya, tulang rahangnya tampak menyembul di bagian bawah pipinya  tanda dia sangat murka.

"Kita harus bikin perhitungan, War!"

"Siap, kak!" sahut Anwar kepada calon kakak iparnya itu.

"Tapi, tapi......siapa yang punya ulah Ram?" Pak Muslih menoleh dan menatap tajam anak sulungnya.

"Tidak akan salah, ini perbuatan si bedebah Darpin!"

"Gan Darpin?" Pak Muslih segan juga dengan nama itu karena dia adalah anak majikannya yaitu Kades Danu.

"Ya, si Darpin! Bapak tenang aja. Bapak bekerja seperti biasa. Tapi kalau Pak Kades macam-macam, misalnya mengancam Bapak, tak usah takut, bilang sama Rama!" kata Rama membuat gemetar hati Pak Muslih.

"Tapi, tapi Bapak tak punya pekerjaan lain Ram, lagian utang bapak begitu besar," kata Pak Muslih makin risih.

"Tenang aja Pak. Rama akan bereskan semuanya.......!" tukas Rama membuat hati bapak dan ibunya berbesar hati namun juga risih.

Ya, risih saja karena selama ini dia dan sang istri bekerja di sawah Pak Kades  Danu, mengolah sawah, hasilnya dibagi dua. Namun karena hasilnya tak seberapa apalagi kalau diganggu hama, hasil panen sedikit sementara kebutuhan sehari-hari tak bisa ditawar-tawar, maka jalan satu-satunya adalah meminjam uang kepada Pak Kades Danu.

"Hati-hati saja Rama, Bapak dan Ibumu sangat tergantung kepada Kades Danu," pinta Pak Muslih kepada Rama yang tampak sangat marah.

"Bapak tenang saja. Bekerja seperti biasa. Kalau ada apa-apa, bilang Rama!" Rama sekali lagi mempertegas keputusannya.

"Baiklah kalau begitu. Lalu bagaimana dengan adikmu Wiwi?"

"Ya kita pikirkan sekarang. Aku akan mencari si bajingan itu. War, gimana kamu mau ikut?" tanya Rama kepada Anwar.

"Tentu Kak!" jawab Anwar tegas.

"Aku juga ikut, Kak Rama!" Wati tampak berdiri.

"Kamu jangan ikut-ikutan Wat, di rumah saja. Ibu khawatir jika terjadi apa-apa denganmu," Ratih, sang ibu tak setuju Wati ikut serta.

Rama mengambil HP, lihat-lihat nama kontak, lalu klik dan tersambung.

"Assalaamualaikum," kata Rama dengan suara terdengar oleh yang lain karena kontak telepon dibunyikan via loadspeaker HP.

"Waalaikumsalam, Kak Rama. Apa kabar?" jawab dari seberang. Yang mendengar sudah pada hapal, dia adalah Warya, kekasih Wiwi.

"Aku sih baik-baik saja War. Tapi Wiwi,"

"Wiwi kenapa Kak?""

"Ada yang menculik!"

"Siapa, brengsek!" terdengar Warya sangat emosi.

"Nanti dijelaskan di sini. Itu pun kalau Dek Warya tak lagi repot...."

"Tidak, tidak Kak Rama. Sekarang aku ke sana."

"Baik, ditunggu War. Hati-hati di jalan, asalaamualaikum,"

"Siap, waalaikum salam,"

Kontak pun diputus.

Malam itu di rumah Pak Muslih berkumpul orang-orang yang tengah gundah gulana. Mereka belum bisa bergerak mencari Wiwi karena belum ada persiapan secara matang. Baru ada rencana untuk mencari dan strateginya baru akan dibicarakan Rama dengan Warya pun Anwar dan Wati.

Sebelum melapor ke pihak berwajib Rama memutuskan akan bergerak sendiri dahulu dan berharap Wiwi tidak mengalami hal buruk. 

Rama punya keyakinan kalau benar yang punya ulah si Darpin anak Kades Danu, Wiwi takkan diapa-apakan karena Darpin mencintai adiknya. Mustahil dilukai apalagi sampai dibunuh. Itulah yang membuat hati Rama sedikit tenang. Dan semoga hal itu benar adanya.

Tak lama kemudian Warya muncul. Dia disambut hangat keluarga Pak Muslih terutama Rama. Gegas Wati membuatkan kopi untuk para pria yang akan menunaikan rencana meyelamatkan sang kakak.

Rama mengajak Warya dan Anwar duduk di kamar tamu, asalnya di ruang tengah. Bukan apa-apa hanya agar lebih fokus dan punya rencana matang tanpa kekhawatiran kedua orangtuanya. Wati pun ikut bergabung.

"Kita sekarang langsung saja ke rumah si Darpin, oke?" ajak Rama.

"Lalu?" tanya Wati.

"Ya, kalau di sana si Darpin tidak ada, pasti dialah yang berbuat ulah. Tapi kalau dia ada, kita nanti bicarakan lagi," kata Rama.

"Saya yakin yang berbuat ulah Si Darpin Kak Rama. Dia kemarin mengancam saya dan Wiwi," kata Warya, lalu menerangkan peristiwa dia berkelahi dengan Darpin ketika hari Minggu berolahraga dan saat itu Darpin membuat gara-gara.

"Tapi bagaimanapun kita harus punya bukti War. Itulah sebabnya untuk tahap pertama, kita datangi dahulu rumah si Darpin seperti rencanaku."

"Baik Kak, kami mengikuti aja," timpal Warya.

"Wit, benar kamu mau ikut?" Rama menoleh adiknya.

"Iya, Kak. Kasihan Kak Wiwi," timpal Wati sambil melirik Anwar.

"Baik, aku akan bawa motor sama Wati," kata Anwar

"Siiip, Kak Rama bersama motorku," kata Warya. 

    

Lalu keempatnya berpamitan kepada Pak Muslih dan Bu Ratih yang tampak gelisah dan bercucuran air mata mengingat nasib anaknya Wiwi.

"Hati-hati kalian, temukan Wiwi dengan selamat," kata Bu Ratih.

"Segala sesuatunya perhitungkan dengan matang Ram, jangan sembrono," tambah Pak Muslih sembari menatap Rama.

"Baik Pak, Bu. Jaga diri baik-baik di rumah, kami pemisi. Asalaamualaikum," kata Rama.

"Waalaikum salam," jawab Pak Muslih bersama istrinya seraya berdoa dalam hatinya semoga anak-anaknya selamat.

Lalu terdengar mesin sepeda motor dihidupkan, beberapa saat kemudian tak terdengar lagi oleh Pak Muslih dan Bu Ratih.

Di kegelapan malam, dua sepeda motor dilarikan agak sedikit kencang. Mereka akan ke rumah Kades Danu untuk mengetahui Darpin apakah ada di rumahnya atau tidak ada.

Setibanya, Rama megetuk pintu rumah. Masih wajar bertamu ke rumah orang sekitar jam sepuluh, apalagi ini ada urusan penting.

Tak ada yang menyahut dari dalam rumah. Namun Rama masih bersabar, ia mengetuk pintu berkali-kali sambil mengucapkan salam juga.

Baru ada yang membuka pintu, Pak Kades Danu langsung. Melihat yang datang keluarga Pak Muslih dan dua orang tetangganya, bukan main muramnya Pak Danu.

"Hai, mau ngapain kamu malam-malam ke rumahku?" tanya Pak Kades kepada Rama.

"Aduh maaf Pak Kades, bukannya kami tak sopan bertamu malam-malam, namun ini masalah penting."

"Masalah apa?" hardik Pak Kades tanpa mempersilakan mereka masuk dan duduk di kursi lazimnya ke tamu.

"Saya mau menemui Gan Darpin," kata Rama sedikit ramah.

"Mau apa  ke si Darpin?"

"Iya ada apa dengan si Darpin, Rama?" tiba-tiba Bu  Windi menghampiri.

"Ada yang mau ditanyakan," jawab Rama.

"Panggil Bu!" suruh Pak Kades kepada istrinya.

Lalu Bu Windi ngeloyor ke kamar Darpin.

"Pin, Pin, sini!"

"Ada apa Ma?" (Bersambung)

Episodes
1 Bab 1. Bikin Gara-gara
2 Bab 2. Rencana Jahat
3 Bab 3. Aksi Dimulai
4 Bab 4. Mendatangi Kades
5 Bab 5. Ancaman Kades
6 Bab 6. Diludahi
7 Bab 7. Darpin Mabuk
8 Bab 8. Dinodai
9 Bab 9. Ditagih Utang
10 Bab 10. Ada Penampakan
11 Bab 11. Nyi Ratu Mayanggeni
12 Bab 12. Mendatangi Gudang
13 Bab 13. Ditemukan
14 Bab 14. Didatangi Kades
15 Bab 15. Pov (Kades) Ada Penampakan di Pemakaman
16 Bab 16. Terpaksa Menunggu Gelap
17 Bab 17. Baju dan Celana Jadi Bukti
18 Bab 18. Ketukan Misterius
19 Bab 19. Diancam
20 Bab 20. Wanted
21 Bab 21. Penampakan Siang Hari
22 Bab 22. Dipanggil Suara Misterius
23 Bab 23. Bertemu Teman
24 Bab 24. Demi Sebuah Ambisi
25 Bab 25. Azimat Paket Komplet
26 Bab 26. Diakui Keturunan Embah Sawi
27 Bab 27. Batin Hitam
28 Bab 28. Perkelahian Empat Sekawan
29 Bab 29. Curhat Penampakan Wiwi
30 Bab 30. Cerita Anggraeni dan Sarkawi
31 Bab 31. Benih-benih Cinta
32 Bab 32. (PoV Warya) - Ikrar Kesetiaan
33 Bab 33. (PoV Warya) - Perempuan Idaman
34 Bab 34. (PoV Warya) Amanat Almarhumah
35 Bab 35. (PoV Warya) - Membicarakan Bulan Ramadan
36 Bab 36. (PoV Warya) - Mau Dijodohkan
37 Bab 37. (PoV Warya) - Mengejar Anjing
38 Bab 38. Arwah Penasaran
39 Bab 39. Ultimatum Bu Tita dan Raker para Jin
40 Bab 40. Dihadang Pocong
41 Bab 41. Mayanggeni Temui Bu Tita
42 Bab 42. Pencuri di Bulan Suci
43 Bab 43. (PoV Rama) - Ketiduran
44 Bab 44. (PoV Rama) - Pinjam Uang
45 Bab 45. (PoV Wati) - Menjual Kalung
46 Bab 46. (PoV Wati) - Ojek Gadungan
47 Bab 47. (PoV Wati) - Dibawa ke Embah Sawi
48 Bab 48. (Pov Rama) - Mencari
49 Bab 49. (PoV Rama) - Tangis Imas pun Pecah
50 Bab 50. Melacak Jejak di Kota Kecamatan
51 Bab 51. Penculik Buka Suara
52 Bab 52. Bersua Darpin Cees
53 Bab 53. Tewas
54 Bab 54. Babi Hutan Misterius
55 Bab 55. Kehilangan Jejak
56 Bab 56. Terkuaknya Sang Babi Misterius
57 Bab 57. Dibuang ke Jurang
58 Bab 58. Tragedi 'Pusaka' Si Embah
59 Bab 59. Imas dan Iis Diperingati
60 Bab 60. Siasat Jahat Kades Danu terhadap Imas dan Iis
61 Bab 61. Imas dan Iis Dibius
62 Bab 62. Melarikan Diri
63 Bab 63. Kena Perangkap
64 Bab 64. Mesin Mobil Tak Bisa Dihidupkan
65 Bab 65. Kemarahan Tanu Anaknya Hilang
66 Bab 66. Menuduh Rama & Gadis Mirip Wiwi
67 Bab 67. Warya Kagumi Triana
68 Bab 68. Didatangi Polisi
69 Bab 69. Tercium Ada Kebohongan
70 Bab 70. Kabur Membawa Pistol
71 Bab 71. Misi Baru Kades Danu
72 Bab 72. Lagi, Seorang Gadis Berhasil Diculik
73 Bab 73. Tanu Merasa Ditipu
74 Bab 74. Nasib Tragis Tarso dan Sukinah
75 Bab 75. Melihat Para Gadis yang Disekap
76 Bab 76. Tanu Meregang Nyawa
77 Bab 77. Iis Histeris Melihat Bapaknya Tewas Bersimbah Darah
78 Bab 78. Warya Dituding Penyebab Gadis Hilang
79 Bab 79. Ancang-ancang Menyerang
80 Bab 80. Ludes Terbakar
81 Bab 81. Balas Dendam Dimulai
82 Bab 82. Imas vs Beni Codet
83 Bab 83. Si Beni dan si Gono Pamit dari Muka Bumi
84 Bab 84. Ketika 'Burung' Si Darpin Kena Terjang
85 Bab 85. Si Darpin Merengek Minta Ampun
86 Bab 86. Sodom Tewas, Danu Mengajak Damai Sang Istri
87 Bab 87. Tak Ada yang Menangisi
88 Bab 88. Sawi pun Tewas Dikapak Bi Utih
89 Bab 89. Meski Terlambat Datang Aparat
90 Bab 90. Ada Hikmah di Balik Aksi Penculikan
91 Bab 91. Pantun dalam Hati
92 Bab 92. Wejangan Ustaz Hamid dan Amuk Warga
93 Bab 93. Pertemuan 'Sersan' dan Rencana Syukuran
94 Bab 94. Geladi Resik di Pelaminan & Syukuran yang Mengharukan
95 Bab 95. Yang Cemburu kepada Si Embah
96 Bab 96. Jeritan Imas di Rumah Bu Windi
97 Bab 97. Misteri di Rumah Bu Windi
98 Bab 98. (PoV Bu Windi) - Dia Datang Menyerang
99 Bab 99. (PoV Bi Utih) - Kapak Berdarah di Gedung Tua
100 Bab 100. (PoV Bi Utih) - Satu Malam 3 Kali Jeritan
101 Bab 101. (PoV Imas) - Sepotong Tangan Gentayangan
102 Bab 102. (PoV Imas) - Kedua Tangan Terlepas
103 Bab 103. Menyerupai Ustaz
104 Bab 104. Kamar Rahasia
105 Bab 105. Dibakar dan Dikubur
106 Bab 106. Reunian di Tukang Bakso
107 Bab 107. Tukang Bakso Penampakan
108 Bab 108. Dia Merestui
109 Bab 109. (PoV Warya) - Tepergok Lagi Berdekapan
110 Bab 110. (PoV Ira) - Sebal Melihat yang Berdekapan
111 Bab 111. (PoV Ira) - Berakhir dengan Perdamaian
112 Bab 112. Enam Bulan Kemudian
113 Bab 113. Ustaz juga Manusia
114 Bab 114. Umi Utih dan Warya Didatangi Kembali Penampakan Wiwi
115 Bab 115. Ending
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Bikin Gara-gara
2
Bab 2. Rencana Jahat
3
Bab 3. Aksi Dimulai
4
Bab 4. Mendatangi Kades
5
Bab 5. Ancaman Kades
6
Bab 6. Diludahi
7
Bab 7. Darpin Mabuk
8
Bab 8. Dinodai
9
Bab 9. Ditagih Utang
10
Bab 10. Ada Penampakan
11
Bab 11. Nyi Ratu Mayanggeni
12
Bab 12. Mendatangi Gudang
13
Bab 13. Ditemukan
14
Bab 14. Didatangi Kades
15
Bab 15. Pov (Kades) Ada Penampakan di Pemakaman
16
Bab 16. Terpaksa Menunggu Gelap
17
Bab 17. Baju dan Celana Jadi Bukti
18
Bab 18. Ketukan Misterius
19
Bab 19. Diancam
20
Bab 20. Wanted
21
Bab 21. Penampakan Siang Hari
22
Bab 22. Dipanggil Suara Misterius
23
Bab 23. Bertemu Teman
24
Bab 24. Demi Sebuah Ambisi
25
Bab 25. Azimat Paket Komplet
26
Bab 26. Diakui Keturunan Embah Sawi
27
Bab 27. Batin Hitam
28
Bab 28. Perkelahian Empat Sekawan
29
Bab 29. Curhat Penampakan Wiwi
30
Bab 30. Cerita Anggraeni dan Sarkawi
31
Bab 31. Benih-benih Cinta
32
Bab 32. (PoV Warya) - Ikrar Kesetiaan
33
Bab 33. (PoV Warya) - Perempuan Idaman
34
Bab 34. (PoV Warya) Amanat Almarhumah
35
Bab 35. (PoV Warya) - Membicarakan Bulan Ramadan
36
Bab 36. (PoV Warya) - Mau Dijodohkan
37
Bab 37. (PoV Warya) - Mengejar Anjing
38
Bab 38. Arwah Penasaran
39
Bab 39. Ultimatum Bu Tita dan Raker para Jin
40
Bab 40. Dihadang Pocong
41
Bab 41. Mayanggeni Temui Bu Tita
42
Bab 42. Pencuri di Bulan Suci
43
Bab 43. (PoV Rama) - Ketiduran
44
Bab 44. (PoV Rama) - Pinjam Uang
45
Bab 45. (PoV Wati) - Menjual Kalung
46
Bab 46. (PoV Wati) - Ojek Gadungan
47
Bab 47. (PoV Wati) - Dibawa ke Embah Sawi
48
Bab 48. (Pov Rama) - Mencari
49
Bab 49. (PoV Rama) - Tangis Imas pun Pecah
50
Bab 50. Melacak Jejak di Kota Kecamatan
51
Bab 51. Penculik Buka Suara
52
Bab 52. Bersua Darpin Cees
53
Bab 53. Tewas
54
Bab 54. Babi Hutan Misterius
55
Bab 55. Kehilangan Jejak
56
Bab 56. Terkuaknya Sang Babi Misterius
57
Bab 57. Dibuang ke Jurang
58
Bab 58. Tragedi 'Pusaka' Si Embah
59
Bab 59. Imas dan Iis Diperingati
60
Bab 60. Siasat Jahat Kades Danu terhadap Imas dan Iis
61
Bab 61. Imas dan Iis Dibius
62
Bab 62. Melarikan Diri
63
Bab 63. Kena Perangkap
64
Bab 64. Mesin Mobil Tak Bisa Dihidupkan
65
Bab 65. Kemarahan Tanu Anaknya Hilang
66
Bab 66. Menuduh Rama & Gadis Mirip Wiwi
67
Bab 67. Warya Kagumi Triana
68
Bab 68. Didatangi Polisi
69
Bab 69. Tercium Ada Kebohongan
70
Bab 70. Kabur Membawa Pistol
71
Bab 71. Misi Baru Kades Danu
72
Bab 72. Lagi, Seorang Gadis Berhasil Diculik
73
Bab 73. Tanu Merasa Ditipu
74
Bab 74. Nasib Tragis Tarso dan Sukinah
75
Bab 75. Melihat Para Gadis yang Disekap
76
Bab 76. Tanu Meregang Nyawa
77
Bab 77. Iis Histeris Melihat Bapaknya Tewas Bersimbah Darah
78
Bab 78. Warya Dituding Penyebab Gadis Hilang
79
Bab 79. Ancang-ancang Menyerang
80
Bab 80. Ludes Terbakar
81
Bab 81. Balas Dendam Dimulai
82
Bab 82. Imas vs Beni Codet
83
Bab 83. Si Beni dan si Gono Pamit dari Muka Bumi
84
Bab 84. Ketika 'Burung' Si Darpin Kena Terjang
85
Bab 85. Si Darpin Merengek Minta Ampun
86
Bab 86. Sodom Tewas, Danu Mengajak Damai Sang Istri
87
Bab 87. Tak Ada yang Menangisi
88
Bab 88. Sawi pun Tewas Dikapak Bi Utih
89
Bab 89. Meski Terlambat Datang Aparat
90
Bab 90. Ada Hikmah di Balik Aksi Penculikan
91
Bab 91. Pantun dalam Hati
92
Bab 92. Wejangan Ustaz Hamid dan Amuk Warga
93
Bab 93. Pertemuan 'Sersan' dan Rencana Syukuran
94
Bab 94. Geladi Resik di Pelaminan & Syukuran yang Mengharukan
95
Bab 95. Yang Cemburu kepada Si Embah
96
Bab 96. Jeritan Imas di Rumah Bu Windi
97
Bab 97. Misteri di Rumah Bu Windi
98
Bab 98. (PoV Bu Windi) - Dia Datang Menyerang
99
Bab 99. (PoV Bi Utih) - Kapak Berdarah di Gedung Tua
100
Bab 100. (PoV Bi Utih) - Satu Malam 3 Kali Jeritan
101
Bab 101. (PoV Imas) - Sepotong Tangan Gentayangan
102
Bab 102. (PoV Imas) - Kedua Tangan Terlepas
103
Bab 103. Menyerupai Ustaz
104
Bab 104. Kamar Rahasia
105
Bab 105. Dibakar dan Dikubur
106
Bab 106. Reunian di Tukang Bakso
107
Bab 107. Tukang Bakso Penampakan
108
Bab 108. Dia Merestui
109
Bab 109. (PoV Warya) - Tepergok Lagi Berdekapan
110
Bab 110. (PoV Ira) - Sebal Melihat yang Berdekapan
111
Bab 111. (PoV Ira) - Berakhir dengan Perdamaian
112
Bab 112. Enam Bulan Kemudian
113
Bab 113. Ustaz juga Manusia
114
Bab 114. Umi Utih dan Warya Didatangi Kembali Penampakan Wiwi
115
Bab 115. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!