Pesona Gadis Desa
Alvaro Galen Wijaya baru berusia 28 tahun, akan tetapi sudah terkenal sukses dan ditakuti dalam dunia bisnis. Ketegasan dan kecerdikan Alvaro justru membuat pria itu memiliki banyak musuh dari berbagai kalangan.
Malam ini Alvaro seharusnya mengadakan pertemuan dengan rekan bisnisnya yang berasal dari Jepang. Namun, Alvaro justru dijebak oleh salah satu orang yang berada di dekatnya.
"Aku sudah merasa ada yang tidak beres. Kepalaku sakit sekali, aku harus bertahan atau aku akan berakhir dengan menyedihkan." Gumam Alvaro yang terus berusaha untuk mempertahankan kesadarannya.
Dengan pandangan yang mulai kabur Alvaro melihat sekitarnya yang tampak asing. Di depan mobil Alvaro melihat sekelompok orang sedang berbicara dengan serius. Jumlah mereka banyak dan dengan kondisinya yang sekarang tentu saja Alvaro tidak bisa melawan.
"Aku harus kabur sebelum mereka kembali bergerak!" Alvaro memaksakan dirinya untuk bisa bangun dan keluar dari mobil dengan cepat.
Dengan perlahan Alvaro membuka pintu mobil tanpa diketahui oleh para musuhnya. Dengan langkah tertatih Alvaro kabur masuk ke dalam hutan yang cukup lebat.
Ketika Alvaro dalam pelariannya, para musuh langsung menyadari bahwa Alvaro berhasil kabur.
"Cepat cari dia, temukan hidup atau mati. Bawa dia ke hadapanku!" perintah itu datang dari seorang pria yang terlihat seperti dalang di balik rencana pembunuhan Alvaro.
Mereka segera berpencar, hari sudah larut dan mereka harus segera menemukan Alvaro atau hidup mereka yang dalam bahaya.
Di sisi lain, Alvaro terus memaksakan kakinya melangkah jauh, kepala dan seluruh tubuhnya sakit. Dengan sisa kesadaran Alvaro melepas jas, kemeja, dompet serta jam tangan miliknya. Dia ingin membuang identitasnya untuk sementara.
Alvaro tidak tahu berada di mana, tubuhnya sudah tidak sanggup untuk berlari lagi. Dengan pasrah dia mendudukan diri di jalan sepi. Tidak ada siapapun, perlahan dia menutup mata. Sebelum kesadarannya terenggut, dia mendengar suara lembut yang berusaha menyadarkannya.
"Mas ... bangun Mas! Astagfirullah, bagaimana ini?" hanya suara lembut itu disertai guncangan kecil yang terakhir Alvaro rasakan sebelum akhrinya semua gelap.
...****************...
Pukul 11 malam ketika Zahra memutuskan untuk pulang setelah toko kue miliknya bersih. Toko kue milik Zahra berada di pinggir kota, perbatasan antara kota dengan Desa Cempaka.
Saat di perjalanan Zahra seorang pria yang bersandar di pintu masuk Desa Cempaka. Awalnya Zahra takut mendekat karena bisa saja pria itu adalah orang jahat yang berasal dari kota.
Namun, melihat wajah pucat dan penampilan acak-acakan membuat Zahra merasa iba. Dengan berani Zahra mendekat dan berusaha menyadarkan pria pucat tersebut.
"Mas ... bangun Mas! Astagfirullah bagaimana ini?" Zahra bergetar takut ketika melihat pria asing itu tika sadarkan diri.
Wajahnya pucat dan banyak luka ditubub pria tersebut. Zahra takut jika pria ini korban perampokan.
Saat Zahra dengan panik mencari bantuan, suatu kebetulan kepala Desa Cempaka melintas. Pemimpin Desa Cempaka itu segera mendekat dan berniat membantu.
"Pak Adam, tolong Pak! Pria ini pingsan di jalan, saya takut dia dalam bahaya." Zahra berkata dengan panik saat Pak Adam sudah berdiri di depannya.
"Astagfirullah, Neng Zahra? Kenapa Neng bisa ada di sini?" Pak Adam yang mengenal Zahra langsung bertanya dengan panik, dia takut gadis itu juga terluka.
"Saya baru pulang dari toko kue Pak, saya nggak sengaja melihat pria ini. Tolong bantu bawa ke rumah Pak, biar Nenek Narsih yang merawat untuk sementara."
Pak Adam menganggu setuju, kemudian keduanya segera membawa Alvaro menuju rumah milik Nenek Nasih yang juga merupakan Nenek kandung Zahra. Beruntung malam ini Pak Adam menggunakan mobil pick upnya sehingga mereka tidak terlalu repot.
Hari yang sudah malam menguntungkan Zahra dan Pak Adam dalam membawa Alvaro. Mereka tidak harus berhadapan dengan warga yang biasanya banyak bertanya. Setidaknya malam ini mereka aman.
"Assalamu’alaikum, Nek." Zahra mengucap salam sambil mengetuk pelan pintu rumah. Tidak lama Nenek Narsih membukakan pintu.
"Waalaikumsalam ... loh ada Pak Adam juga. Ada apa ya, Pak?" tanya Nenek Narsih dengan ramah.
"Nanti Zahra jelaskan, sekarang bantu Zahra mengobati seseorang. Orangnya ada di mobil, biar Zahra dan Pak Adam yang membawa masuk." Zahra menujuk mobil pick up Pak Adam dan terlihat seorang pria asing sedang terbaring lemah.
"Astagfirullah, ayo cepat bawa masuk. Nenek tunggu di dalam ya, kalian pelan-pelan saja." Nenek Narsih membuka pintu lebih lebar dan segera masuk untuk menyiapkan peralatannya.
Dengan hati-hati Zahra dan Pak Adam membawa Alvaro ke dalam rumah. Setelah mengobati luka pria itu, Nenek Narsih langsung menagih penjelasan.
"Jadi, siapa pria tadi? Kamu nggak melakukan sesuatu 'kan, nduk?" tanya Nenek pada Zahra yang langsung menggeleng.
"Nggak, Nek. Zahra nggak sengaja menemukan pria tadi di pinggir jalan, Zahra nggak tega melihat kondisinya dan kebetulan Pak Adam lewat." Ujar Zahra menjelaskan peristiwa yang sebenarnya.
"Benar, saya tadi kebetulan baru pulang dari kota dan nggak sengaja bertemu Zahra. Nek, untuk sementara biarkan pria itu tinggal di sini sampai dia sadar dan bisa dimintai keterangan. Nanti biar saya yang mengurus, tapi jangan sampai warga tahu karena bisa heboh." Terang Pak Adam memberikan solusi sementara mengenai Alvaro.
"Ya sudah, saya akan ikut gimana baiknya saja. Kasihan juga pemuda itu, lukanya cukup parah dan sepertinya dia meminum obat bius."
"Astagfirullah," Zahra dan Pak Adam kompak beristighfar merasa kaget dengan kondisi pria yang bahkan tidak mereka kenali.
"Tolong dirawat ya Nek, nanti saya bantu mencari obat untuk pemulihan pemuda itu. Zahra juga bisa membantu 'kan?" tanya Pak Adam pada Zahra yang merasa tidak keberatan.
"Insya Allah bisa, Pak. Nanti saya bantu Nenek merawat pemuda itu, saya juga usahakan agar tidak ada warga yang tahu."
"Alhamdulillah, kalau begitu saya undur diri dulu. Selamat beristirahat, Assalamu’alaikum."
"Waalaikumsalam,"
Setalah Pak Adam pergi, Zahra dan Nenek Narsih saling berpandangan. Mereka tidak bisa berbohong jika sama-sama merasa cemas. Mereka takut warga ada yang tahu dan berakhir mereka mendapat masalah. Namun, sebagai manusia tentu mengabaikan orang lain yang terluka bukanlah hal baik.
Zahra dan Nenek Narsih sama berdoa untuk kesembuhan pemuda yang tidak diketahui namanya. Mereka juga berdoa semua warga tidak ada yang menyadari keberadaan pria asing di rumah Nenek Narsih.
...****************...
"Bagaimana?" tanya pria asing yang hanya terlihat punggungnya saja.
"Maaf Bos kami tidak berhasil menemukan Tuan Alvaro. Kami hanya menemukan barang-barang Tuan Alvaro yang tergeletak di dalam hutan." Ucap salah satu anak buah yang bertugas mencari kebenaran Alvaro.
Pria asing yang enggan menampakkan wajahnya itu berteriak marah dan membanting barang. Rencana yang dia susun sekian lama gagal total. Dia gagal menyingkirkan Alvaro padahal kesempatan emas itu ada di depan mata.
"Cari sampai ketemu, bahkan mayatnya sekalipun harus tetap kalian temukan!" perintah dengan nada marah.
Jujur saja dia takut jika Alvaro masih hidup dan kembali lagi. Posisinya terancam dan dia akan kehilangan kekuasaannya jika Alvaro kembali lagi.
Dia harus menemukan Alvaro dalam keadaan apapun. Dia harus memastikan kedudukannya tetap dan tidak tergeses.
《Bersambung 》
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Hofi
satu 🌹 untuk kamu thor 🥰 mampir juga yuk ke novelku
2023-10-11
0