Bab 5 - Fitnah

Sri memulai rencananya dengan menyebarkan fitnah. Dia merasa beruntung karena ada Mpok Ipeh yang bersedia membantunya. Meski sedikit sulit memengaruhi warga karena Zahra yang terkenal baik, tapi Sri tentu tidak akan menyerah begitu saja.

Dibantu Mpok Ipeh, keduanya menyebarkan berita tentang Zahra yang diam-diam menggoda Alvaro. Perilaku yang sangat bertentangan dengan Desa Cempaka.

"Saya liat sendiri Neng Zahra godain Mas Al, makanya dia nggak mau kalau Mas Al diusir dari Desa ini." Ucap Mpok Ipeh pada kerumunan warga yang sedang berkumpul untuk bergosip.

"Yang bener Mpok? Neng Zahra itu baik, lemah lembut, sudah gitu banyak pemuda Desa yang mau sama dia. Masa iya dia godain Mas Al, kebalik kali." Perkataan itu datang dari Bu Lia yang langsung disetujui Ibu-Ibu lainnya.

"Neng Zahra pasti naksir Mas Al, secara Mas Al ganteng pisan!" Mpok Ipeh kembali mengompori ingin membuat warga percaya pada ucapannya.

Sebenarnya, Mpok Ipeh juga tidak terlalu suka pada Zahra karena merasa gadis itu selalu disanjung oleh warga Desa.

"Eh Ipeh, rasanya nggak mungkin Neng Zahra berbuat hal seperti itu. Neng Zahra itu gadis terhormat dan terpandang. Kamu kalau mau bergosip yang masuk akal sedikitlah. Kemarin gosipin Mas Al, tapi ternyata nggak benerkan omongan kamu itu!" Kang Ibnu selaku pemilik warung tempat Ibu-Ibu bergosip segera menyela karena merasa tidak suka dengan omongan Mpok Ipeh.

"Ya sudah kalau nggak percaya, nanti saya buktikan siapa yang benar!" Mpok Ipeh segera pergi meninggalkan kerumunan warga karena rencananya gagal total.

Sri dan Mpok Ipeh pulang dengan wajah ditekuk karena rencana mereka menjelekkan nama Zahra gagal. Tidak ada warga yang percaya karena mereka menganggap Zahra adalah gadis baik-baik.

"Mpok, gagal juga?" tanya Sri pada Mpok Ipeh yang duduk di sampingnya.

"iya, duh warga terlalu percaya sama Zahra sampai-sampai nggak ada yang percaya kalau Zahra bisa berbuat hal buruk." Mpok Ipeh mengeluh dengan kesal mengingat bagaiman warga sangat membela Zahra.

"Terus gimana dong, Mpok? Sri naksir Mas ganteng, selama ada Zahra pasti sulit dapati Mas ganteng"

"Ya kamu mikirlah, cari cara lain jangan tanya sama Mpok. Tugas kamu cari cara, nanti biar Mpok yang menjalankan rencananya."

Sri dan Mpok Ipeh terdiam sejenak, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sri berpikir keras bagaimana cara menjatuhkan Zahra, sampai sebuah ide licik kembali telintas dikepalanya.

"Mpok, Sri ada ide! Ide cemelang yang dijamin akan buat warga percaya sama omongan kita!" Sri berseru dengan antusias merasa yakin idenya akan berhasil.

Kemudian Sri membisikkan Mpok Ipeh tentang rencana liciknya. Mereka akan menjalankan rencana licik Sri malam ini juga.

...****************...

Zahra sedang membersihkan toko kue miliknya sebelum pulang ke rumah. Dia tidak sadar seseorang sedang mengawasinya. Saat selesai mengepel lantai, tiba-tiba lampu toko padam. Zahra berteriak kaget membuat Alvaro segera berlari kearah gadis itu.

"Ada apa? Kamu nggak apa-apa?" tanya Alvaro panik.

"Nggak 'A, Zahra cuma kaget tiba-tiba mati lampu mana hari sudah malam." Jawab Zahra sedikit merasa lega karena dia tidak sendirian.

"Kalau gitu kita pulang saja, biar bersih-bersihnya dilanjutkan besok pagi." Usul Alvaro sambil menuntun Zahra menuju pintu.

Saat mereka bergandengan tangan tiba-tiba pintu masuk dibuka secara paksa. Beberapa warga Desa melotot kaget melihat kedekatan Zahra dengan Alvaro yang menurut mereka tidak wajar.

"Astagfirullah, apa yang kalian lakukan?" teriak warga kaget.

"Kami nggak melakukan apa-apa," jawab Zahra panik.

"Kalau nggak melakukan apa-apa, kenapa mesra sekali? Mana gelap-gelapan lagi!" Mpok Ipeh berteriak nyaring memprovokasi warga untuk ikut bersuara.

"Neng Zahra, kami nggak nyangka Neng akan melakukan hal buruk seperti ini. Istighfar, Neng ... nyebut atuh." Ucap warga lain yang merasa kecewa dengan perbuatan Zahra.

"Astagfirullah, Bapak-Ibu saya dan Aa Al nggak melakukan apapun. Lampu tiba-tiba padam dan kami memutuskan untuk menutup toko. Tidak ada hal buruk apapun." sangkal Zahra menjelaskan situasi yang sebenarnya.

Namun, warga tidak ada yang percaya. Mereka tetap menuduh Zahra dan Alvaro melakukan hal buruk. Terlebih tadi siang beredar kabar jika Zahra sering menggoda Alvaro.

"Kalian ini suka sekali ya menyimpulkan hal buruk. Seharusnya kalian mencari tahu yang sebenarnya, bukan langsung menuduh seperti ini." Alvaro berkata dengan kesal, matanya dengan tajam menatap warga yang berkerumun.

"Ini sudah ada bukti nyata, banyak saksi juga. Jangan mengelak lagi, kalian ini nggak pantas ada di Desa kami!" seru Mpok Ipeh dengan penuh semangat.

"Dilihat dari semangat Anda, seperti saya tahu ini rencana siapa. Biar saya lihat, apa ada yang sengaja mematikan listrik." Alvaro menatap tajam ada Mpok Ipeh sebelum pergi ke arah box listrik.

Dengan wajah dinginnya, Alvaro menunjukkan listrik sengaja dipadamkan. Dari sana warga bisa menyimpulkan jika kemungkinan Zahra dan Alvaro sengaja dijebak.

"Kamu yang benar dong Mpok, masa bisa memfitnah Neng Zahra seperti ini!"

Para warga bersorak kesal pada Mpok Ipeh yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sekali lagi Mpok Ipeh berhasil menghasut mereka, padahal apa yang dikatakan Mpok Ipeh hanya omong kosong belaka.

"Dengar saya bisa saja menuntut kalian atas tuduhan tidak berdasar ini. Bukan hanya sekali, tapi ini sudah kesekian kalinya!" ucap Alvaro dengan tegas yang langsung membuat warga ketakutan.

"Jangan Mas, kami minta maaf karena berbuat onar. Kalau mau menuntut, silahkan tuntut Mpok karena ini semua ulah dia!"

"Enak saja, kalian juga percayakan? Itu artinya kalian juga harus tanggung jawab!" Mpok Ipeh berteriak marah saat warga balik menghakiminya.

"Sudah, hentikan keributan ini. Saya mohon pada warga semua, tolong berhenti membuat gosip seperti ini. Jangan lagi membuat keributan yang tidak perlu, kita semua saudara jadi jangan sampai terpecah bela."

Para warga menunduk malu pada Zahra yang menasihati dengan penuh kelembutan. Mereka merasa bodoh karena telah menuduh gadis sebaik Zahra.

Setelah sekali lagi meminta maaf akhirnya warga membubarkan diri. Mereka kembali ke rumah meninggalkan Zahra dan Alvaro yang masih setia berdiri di depan toko kue.

"Maaf ya 'A karena warga terus mengganggu Aa." Ucap Zahra saat mereka sudah di jalan menuju rumah.

"Saya mengerti, justru saya yang minta maaf karena bawa masalah untuk kamu dan Nenek Narsih." Alvaro berucap dengan lembut membuat Zahra merona malu.

Bersama dengan Alvaro, Zahra selalu merasa seperti gadis pada umumnya. Alvaro berhasil membuat Zahra merona malu dan berdebar saat di dekat pria itu.

Kedua sampai di depan rumah dan dikejutkan oleh kerumunan warga. Zahra merasa panik dan berlari, dia takut hal buruk terjadi pada Nenek Narsih.

"Astagfirullah, ada apa ini?" tanya Zahra pada salah satu warga.

"Ini Neng, banyak warga yang pusing dan muntah-muntah seperti keracunan."

"Astagfirullah," Zahra sangat kaget mendengar hal itu.

"Ya Allah, ada apa lagi ini?" gumam Zahra risau.

《Bersambung 》

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!