Aku Memilih Diam
...Titik kekecewaan wanita yang tertinggi adalah diam. Diam karena sudah merasa lelah sebab mengeluh pun sia-sia. Diam karena marah-marah pun percuma. Diam karena tak ada yang peduli padanya....
Begitu pula yang dirasakan oleh Arinda Rahma, wanita 27 tahun yang telah menjadi seorang ibu beranak satu. Dia dan keluarga kecilnya masih numpang di rumah orang tuanya. Suaminya hanya pekerja pabrik sedangkan Arin tidak bekerja karena anaknya masih menyusui.
"Rin, kalau sedang senggang jangan main hp mulu. Ini mainan anakmu dibereskan," tegur sang ibu.
Arin memutar bola matanya jengah. "Iya, Bu. Ini ada yang pesan barang sama aku," jawab Arin.
"Beli satu doang balasnya sejam," gerutu sang ibu. Arin sudah biasa mendengar kata-kata pedas dari ibunya. Dia hanya ingin membantu suaminya dengan membuka bisnis online agar kerjanya bisa sambil mengasuh anaknya yang sebentar lagi berusia dua tahun.
Arin pun segera memberesi mainan anaknya. Namun, baru saja ditaruh di tempatnya. Anaknya kembali mengobrak-abrik mainan itu. Arin membiarkannya sejenak hingga anaknya selesai bermain.
Tring
Sebuah pesan masuk dari customernya. Arin segera membalas chat dari customer itu. Sesaat kemudian ketika ibunya sedang berjalan, dia tak sengaja menginjak salah satu mainan anaknya.
"Mainan berserakan begini dibiarin aja. Hape mulu yang dipegang kerjaan nggak ada yang beres," gerutu sang ibu. Arin hanya bisa mendengus kesal tapi dia tak membantah omongan ibunya.
Wanita itu meletakkan hpnya lalu memberesi mainan anaknya lagi. Arin mencoba berbicara pada anaknya. "Sayang, kalau mainan jangan dilempar ke mana-mana ya," ucapnya menasehati anak yang baru bisa berjalan itu.
Tapi dasar anak-anak mereka dinasehati pun percuma karena mereka belum mengerti. Apalagi seusia Flora. Anak kecil itu hanya nyengir ketika sang ibu berbicara.
"Bagaimana ibu bisa marah padamu jika senyummu membuat hati ibu meleleh," ucapnya pada sang anak.
Hari sudah mulai sore, Arin akan memandikan Flo. Karena dia masih kecil jadi Arin menyalakan kompor untuk memasak air. Setelah menyalakan kompor Flora menghampiri ibunya. "Ibu, mimik, mimik," rengek Flo. Arin pun membawanya ke kamar.
Matanya yang mengantuk membuat Arin tertidur. Tak lama kemudian ibunya berteriak. "Arin, ini yang masak air kamu?" tanya sang ibu. Arin pun berlari ke dapur.
"Iya, Bu. Maaf aku lupa mematikan kompornya. Flo ngajak ne*nen," ucapnya dengan jantung berdebar karena takut kebakaran.
"Lain kali kalau lagi masak air ditungguin aja. Ini lama-lama gasnya cepat habis kalau kamu begini caranya," omel sang ibu.
"MasyaAllah. Beginilah rasanya hidup numpang di rumah orang tua. Mas kapan kita pindah dari sini?" batin Arin menjerit.
Arin pun hanya bisa diam tanpa menjawab omelan ibunya. Dia memandikan anaknya setelah itu mengajaknya bermain.
"Flo sudah makan apa belum?" tanya Bu Nia pada Arin.
"Iya, Bu. Ini baru aku mau ambilin nasinya." Arin berjalan menuju ke dapur.
"Kalau anak sore gini jangan dibiarkan kelaparan." Lagi-lagi ibunya mengomel. Tapi ya sudahlah, pikir Arin. Ibunya memang seperti itu.
Menjelang petang, suaminya pulang. "Assalamualaikum, Dek."
"Waalaikumsalam, Ayah," jawab Arin. Dia senang sekali suaminya kembali. Flora pun berlari ke arah ayahnya.
"Ayah." Flo ingin memeluk Ikbal tapi Arin melarang.
"Ayah biar cuci tangan dulu ya sayang. Nanti peluk ayah kalau ayah sudah mandi. Jadi baunya wangi," ucapnya memberi pengertian pada sang anak.
"Ya sudah aku ke belakang ya sayang," pamit Ikbal pada istrinya.
Ikbal dan Arin adalah teman sejak SMP. Tapi mereka baru mulai menjalin hubungan ketika Arin sudah bekerja. Saat itu mereka bertemu ketika ada acara reuni. Ikbal terpesona dengan kecantikan Arin yang natural tanpa make up berlebih.
Sikap Arin yang disegani banyak temannya karena dia dulunya anak yang berprestasi di sekolah juga menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan kebanyakan pemuda di desanya memperebutkan cinta Arin. Mereka berlomba-lomba mendapatkan perhatian Arin. Tapi sayangnya gadis itu hanya tertarik pada Ikbal.
Wajah tampan dan postur tubuh tinggi serta kulit putih membuat Arin tak bisa menolak pesona Ikbal. Karakter Ikbal yang dingin di luar tapi lembut di dalam membuat Arin bersedia menerima pinangan laki-laki itu.
"Mas, mau aku buatin minuman apa?" tanya Arin pada suaminya.
"Biasa Yang kopi susu," jawabnya sambil tersenyum. Arin pun membalas senyuman suaminya. Selama menikah tak banyak pertengkaran yang berarti. Meski begitu mereka akan saling memaafkan satu sama lain.
"Rin, tawari suamimu makan. Pulang kerja dia tuh capek. Jadi istri nggak pengertian," tegur sang ibu.
"Ya Allah kalau bukan ibuku pasti aku sudah marah-marah. Astaghfirullah hal adzim," batin Arin dalam hati seraya mengelus dadanya.
"Mas aku ambilkan makan ya," tawarnya pada sang suami seraya meletakkan kopi susu kesukaan suaminya.
"Nggak usah, Dek. Aku sudah makan di luar. Diajakin makan sama teman-teman kerja tadi di warung bakso," jawabnya.
"Oh ya sudah," ucap Arin sambil tersenyum. Namun, Ikbal tidak akan diakui makan kalau ibunya itu belum lihat.
"Rin, suaminya ditawari makan," omel sang ibu.
"Bu, saya sudah makan di luar tadi," sela Ikbal dengan sopan.
"Nggak apa-apa. Makan lagi, nak," ucap ibunya dengan lembut.
"Ya Allah kalau sama mantu kesayangan aja suaranya dilembut-lembutin. Heran yang anak kandungnya itu aku apa Mas Ikbal sih," batin Arin kesal.
Setelah itu ibunya masuk karena Ikbal menolak makan lagi sebab perutnya sudah kenyang. Melihat istrinya yang cemberut Ikbal tahu kalau Arin sedang kesal. "Mukanya jangan ditekuk gitu, Dek," ledek Ikbal pada istrinya.
"Habisnya aku kesel mas sama ibu. Dia marah-marah mulu sama aku. Tapi kalau sama kamu ibu selalu berlaku halus," ungkapnya menyampaikan kekesalannya.
"Mungkin kamu melakukan kesalahan yang tidak kamu sadari," jawab Ikbal. Arin mengingat apa saja yang membuat ibunya kesal.
"Ya, aku memang banyak salah, Mas," ucapnya mengakui kesalahannya.
"Apa aja dek?" tanya Ikbal.
"Apa? Salahku?" tanya Arin memastikan. Ikbal mengangguk. Arin menghela nafas beratnya.
"Aku terlalu lama membalas chat customer. Flora berantakin mainan sampai tak sengaja terinjak oleh kaki ibu. Ibu mengira aku tak membereskan mainannya padahal aku sudah berkali-kali membereskan mainan. Tidak hanya itu aku tadi lupa mematikan kompor saat sedang memasak air," jawab Arin sambil mengerucutkan bibirnya.
"Makanya jangan kebanyakan main hp," tegur sang suami.
"Mas, aku main handphone kan buat jualan online. Kamu tahu kan gaji kamu itu pas-pasan jadi apa salahnya kalau aku sedikit membantumu," balas Arin.
Tanpa dia sadari ucapannya itu menyinggung perasaan suaminya. "Kamu kurang bersyukur. Selama ini semua gaji sudah kuberikan padamu. Jangan hanya menyalahkan aku seharusnya kamu pandai mengatur uang," bentak sang suami.
DEG
...♥️♥️♥️♥️...
Bagaimana Kisah Arin dan Ikbal selanjutnya?Assalamualaikum yuk ikutin novel berbau rumah tangga ini sampai akhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Irma Kirana
Nyesek 😬kayak kehidupan ku dulu 🤧
2023-04-17
0
Eril Athallah
MAU SUNGKEM MA UTHOR NYA ...
masyaallah related bgt sama kehidupan nyata ku ,, punya ortu kandung yg toxic tp bedanya rumah tangga ku LDR selama 10 taun..Ntah apa rencana Tuhan sampai lelah utk mempertahankan semuanya...
2023-03-29
1
UQies (IG: bulqies_uqies)
Aku mampir yah kak, fav dan 🌹untukmu, semangat 🥰
2023-02-16
0