Aku Bukan Anak SMA

Aku Bukan Anak SMA

BAB 1 : Identitas yang Hilang

"Dimana ini?"

Saat Gisel membuka matanya dia hanya melihat langit-langit sebuah ruangan yang tidak dia kenali. Putih polos, tanpa lampu kristal yang biasanya ada di kamarnya.

Ruangan itu tidak gelap. Gisel bisa langsung mengetahui cerahnya ruangan itu disebabkan karena sinar matahari yang masuk melalui jendela. Masalahnya adalah gorden putih polos yang mengelilingi tempat tidurnya ini yang menghalangi sinar matahari itu masuk mengenainya.

"Rumah sakit. Ini pasti di rumah sakit. Cuma rumah sakit yang punya gorden kayak ginian," pikir Gisel.

Gisel mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi pada dirinya sebelumnya. Dia sedang mengendarai mobilnya menuju kantor. Hari ini ada rapat penting. Sekretarisnya sudah menelponnya dari pagi mengingatkan ini itu. Telepon masuk terus menerus tanpa henti dari rekan-rekan kerjanya.

Terlalu sulit menerima telepon sambil menyetir, karena itu Gisel mencari earpod nya. Saat akan memasangnya, earpod terlempar lalu jatuh ke bawah. Dia mencoba mencarinya di bawah kakinya. Kesalahan bodohnya adalah dia tidak menepikan mobilnya saat melakukan itu.

Gisel terus mendengar suara klakson dibunyikan. Tapi dia masih berusaha mencari earpod nya. Tepat disaat Gisel menemukannya, dia melihat sebuah truk sedang melaju ke arahnya.

Gisel mencoba membelokkan setir mobilnya, tapi entah mengapa mobil tidak berbelok. Begitu juga dengan pedal remnya. Berkali-kali Gisel menekannya, tapi tidak juga berhenti. Dan tabrakan itu tidak dapat dihindari.

Brak !!!

Dan saat terbangun, dirinya sudah berada di ruangan ini. Tentu saja, sudah pasti ini adalah rumah sakit.

Tapi ... "Sekretarisku bodohku pasti yang menutup semua gorden ini. Entah apa yang ada di kepalanya sampai dia harus menutup semuanya," pikir Gisel kesal.

Sayup-sayup, Gisel mendengar pembicaraan dua orang perempuan. Dia tidak mengenali siapa pemilik suara itu.

"Sepertinya bukan si bodoh itu. Suaranya terdengar lebih muda. Yang satu juga terlalu tua. Siapa mereka?," pikirnya penasaran.

Mereka sedang berbisik. Gisel berusaha keras mendengarkan pembicaraan mereka.

"Bisa-bisanya anak ini merepotkanku. Apa dia sengaja mau bunuh diri?," suara perempuan yang lebih tua terdengar sangat marah.

"Ya udah sih, Ma. Mati ya mati aja. Kita kan jadi nggak perlu repot-repot ngurusin dia," kali ini suara perempuan yang lebih muda.

Plak! "Aduh ..."

Terdengar suara tangan yang menepuk tubuh seseorang. Jika mendengar suara mengaduh dari perempuan yang lebih muda, sepertinya dia yang baru saja dipukul oleh ibunya.

"Kamu gila, ya? Apa kamu sudah lupa isi surat wasiat itu?"

"Surat wasiat? Wasiat apa? Siapa yang mati? Aku belum mati!!," batin Gisel.

"Kita ngomong di luar saja. Nanti dia bangun."

Setelah Gisel mendengar bunyi pintu yang ditutup. Perlahan, Gisel membuka kedua matanya. Dia memastikan sebentar tidak ada lagi suara orang lain di sana. Lalu, dengan gerakan cepat dia menaikkan tubuhnya.

"Aduh ...," kata Gisel sambil memegangi kepalanya. Rupanya gerakan naik tiba-tibanya itu menyebabkan kepalanya merasakan nyeri. Dia merasakan ada sesuatu yang membalut kepalanya.

"Oh, iya ... aku rasa kepalaku terhantam setir tadi," pikirnya.

"Tapi, siapa yang baru saja disini? Siapa mereka? Ngapain mereka disini? Apa mereka tidak tahu ini kamarnya orang? Numpang ngobrol kok di kamar orang. Nggak sopan!"

Saat Gisel akan turun dari tempat tidurnya, perhatiannya tertuju pada bayangan yang muncul pada TV yang tergantung di atasnya. TV itu dalam keadaan mati, karena itu bayangan seluruh sudut ruangan kamarnya muncul dalam TV itu seperti sebuah cermin.

Yang Gisel pikirkan bukan bayangan kamarnya, tapi bayangan dirinya sendiri yang dia lihat di TV itu. Meski terlihat jauh dan tidak jelas, Gisel tahu itu bukan bayangan dirinya. Sama sekali tidak mirip dirinya.

Gisel memastikan sekali lagi bahwa yang muncul di TV itu adalah bayangan dirinya.Tapi, tetap saja, sama sekali tidak terlihat seperti dirinya. Lalu, siapa yang ada di bayangan itu?

"AAAHHHH !!!!," teriak Gisel sekencang-kencangnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Seorang wanita setengah tua masuk ke kamarnya bersama dengan seorang gadis remaja. Gisel tidak mengenal mereka semua.

"Ada apa? Ada apa?," tanya wanita setengah tua yang terlihat sangat panik.

"AAAHHHH !!!" Sekali lagi Gisel berteriak lebih kencang dari yang tadi.

Tak lama kemudian, perawat datang dengan wajah panik. "Ada apa? Mengapa berteriak?"

"Kalian siapa?!?," teriak Gisel memandangi dua perempuan yang tidak dia kenali.

Sontak kedua orang ibu dan anak itu terkejut mendengar pertanyaan Gisel.

"Kamu lupa sama mama? Ini mama," kata wanita itu.

"Sejak kapan aku punya mama sejelek kamu?," bentak Gisel dengan tatapan tidak nyaman.

"Heh! Kamu jangan kurang ajar sama mamaku, ya," si gadis kini juga ikut membentak.

"Dia mamamu, kenapa ngaku-ngaku mamaku? Kalian siapa?," Gisel masih terus membentak kedua perempuan itu.

Perawat yang lain mulai berdatangan satu persatu. Sedangkan perawat yang pertama sepertinya memahami situasi yang sedang terjadi.

"Cepat panggil dokter. Katakan padanya ada komplikasi pada pasien kamar 31," perintah perawat itu yang segera dilaksanakan oleh perawat yang lain.

Setengah jam kemudian, dokter datang memeriksa Gisel. Kedua perempuan itu masih disana memandangi Gisel dengan tatapan takut, karena Gisel terus menatap tajam ke arah mereka. Gisel merasa tidak nyaman dengan kehadiran kedua perempuan itu.

"Semuanya normal. Tidak ada masalah dengan kondisi vitalnya. Bisa jadi ini karena luka di kepalanya. Ada kemungkinan dia amnesia," jelas dokternya.

"Amnesia apa? Saya nggak amnesia! Saya memang tidak kenal mereka. Bagaimana bisa itu dikatakan amnesia?," bentak Gisel yang mendelik pada dokter itu.

"Kamu beneran dokter, kan? Diagnosis macam apa itu? Amnesia?," teriak Gisel.

Dokter itu meminta sebuah cermin pada perawat yang ada di sampingnya. Setelah itu, dihadapkannya cermin itu ke Gisel.

Gisel melihat bayangan dirinya pada cermin itu dengan jelas kali ini. Lebih jelas dari yang dia lihat dari bayangan di TV tadi.

"Apa kamu tahu siapa yang ada di cermin ini?," tanya dokter itu.

Gisel memandangi bayangan dirinya dengan perasaan merinding di sekujur tubuhnya. Bagaimana bisa dia melihat bayangan yang berbeda dari yang biasanya dia lihat setiap hari? Siapa orang yang dia lihat di cermin itu?

"Apakah kamu tahu siapa nama orang yang ada di cermin itu?," tanya dokter itu lagi.

Gisel masih merinding memandangi cermin itu. Dia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dokter. Dia memang tidak tahu siapa yang dia lihat itu.

"Nama kamu Kanaya. Pernah dengar?"

"Kanaya? Aku? Bagaimana bisa?," pikir Gisel.

"Mereka mama dan kakak kamu. Ibu Clara dan Nabila. Ada sesuatu yang kamu ingat?"

"Siapa lagi itu? Aku punya mama, tapi bukan Clara namanya. Dan aku tidak punya saudara. Aku anak tunggal!," teriak Gisel dalam hatinya.

"Jadi, sudah jelas. Kamu amnesia," jelas dokter itu mempertegas sekali lagi diagnosisnya yang terakhir.

Gisel menatap dokter itu dengan tatapan tidak percaya. "Omong kosong macam apa ini?," batin Gisel yang masih saja tidak terima dengan kenyataan ini.

"Saya yang akan memutuskan apakah dia benar amnesia atau tidak."

Suara seorang pria tiba-tiba memecahkan keheningan yang terjadi di kamar itu. Pria setengah baya itu berdiri di belakang dua perempuan yang baru saja dinamai dengan Clara dan Nabila.

"Kali ini siapa lagi dia?," teriak Gisel berulang-ulang dalam kepalanya.

Terpopuler

Comments

Abizar zayra aLkiaana

Abizar zayra aLkiaana

👣

2023-06-23

2

Park Kyung Na

Park Kyung Na

mampir😊

2023-06-21

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Identitas yang Hilang
2 BAB 2 : Ingatan dan Emosi yang Tidak Dikenal
3 BAB 3 : Mencari Fakta tentang Gisel
4 BAB 4 : Di Dalam Raga yang Asing
5 BAB 5 : Dua Wajah Clara
6 BAB 6 : Menghadapi Ancaman Nabila
7 BAB 7 : Teman Lama, Musuh Baru
8 BAB 8 : Serangan Tak Terduga
9 BAB 9 : Bukti Serangan Nabila
10 BAB 10 : Kebiasaan Rey dan Perhatian Adit
11 BAB 11 : Gisel vs Tiga Teman Nabila
12 BAB 12 : Problema Hak Asuh Kanaya
13 BAB 13 : Identitas Gisel Akhirnya Terungkap
14 BAB 14 : Menghadapi Rafael Lagi
15 BAB 15 : Gisel vs Rafael dan Clara
16 BAB 16 : Potongan Puzzle Keluarga Bharatajaya
17 BAB 17 : Maksud Rey yang Tersembunyi
18 BAB 18 : Kejadian Tak Terduga, Rey Mulai Curiga
19 BAB 19 : Terjebak dalam Perjodohan yang Tidak Diinginkan
20 BAB 20 : Mimpi atau Realita? Bahaya yang Dihadapi Gisel
21 BAB 21 : Tujuh Hari Mencari Jalan Kembali
22 BAB 22 : Kecurigaan Adit dan Tika
23 BAB 23 : Misteri Hati Rey
24 BAB 24 : Melawan Keputusan Clara
25 BAB 25 : Rencana Rahasia Gisel
26 BAB 26 : Ancaman Baru, Rencana yang Sia-sia
27 BAB 27 : Penolong yang tak Terduga
28 BAB 28 : Pelaku Teror, Tertangkap Kau!
29 BAB 29 : Pelaku Sebenarnya Teror Kanaya
30 BAB 30 : Pertemuan yang Mengejutkan, Resolusi Adit
31 BAB 31 : Mewaspadai Ancaman, Menyingkap Rahasia
32 BAB 32 : Makan Malam Pembuka Topeng Rafael
33 BAB 33 : Percakapan yang Mencerahkan tapi Juga Mencengangkan
34 BAB 34 : Gisel vs Nabila
35 BAB 35 : Kemarahan Gisel : Rey vs Wina
36 BAB 36 : Gisel dan Rey vs Wina
37 BAB 37 : Intrik di Ruang Detensi
38 BAB 38 : Bukti dan Pembelaan
39 BAB 39 : Luka Masa Lalu
40 BAB 40 : Rencana Jahat Wina
41 BAB 41 : Terjebak dalam Rencana Wina
42 BAB 42 : Perspektif Gisel yang Baru
43 BAB 43 : Janji Rey
44 BAB 44 : Kawan atau Lawan?
45 BAB 45 : Nabila Mulai Memberontak
46 BAB 46 : Kerjasama yang Berbahaya
47 BAB 47 : Berburu Bukti Kebenaran
48 BAB 48 : Pertemuan yang Berbahaya
49 BAB 49 : Kendali dan Ancaman Corens
50 BAB 50 : Rencana Pelarian Gisel
51 BAB 51 : Rey Datang Menyelamatkan Lagi
52 BAB 52 : Reina dan Rahasia Rey
53 BAB 53 : Cara untuk Kembali
54 BAB 54 : Panggilan Maut dari Corens
55 BAB 55 : Musuh yang Tidak Terduga
56 BAB 56 : Kejutan di Detik Terakhir
57 BAB 57 : Konfrontasi yang Berbahaya
58 BAB 58 : Reina Di Perbatasan Antara Kehidupan dan Kematian
59 BAB 59 : Usaha Mengembalikan Kanaya
60 BAB 60 : Menemukan Jalan Pulang, Tanpa Rey
61 BAB 61 : Selamat Datang Kembali
62 BAB 62 : Melanjutkan Hidup, Awal yang Baru
63 Bab 63 : Akhir yang Dinantikan
64 Novel Baru : Cinta Itu (Tidak) Buta
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 : Identitas yang Hilang
2
BAB 2 : Ingatan dan Emosi yang Tidak Dikenal
3
BAB 3 : Mencari Fakta tentang Gisel
4
BAB 4 : Di Dalam Raga yang Asing
5
BAB 5 : Dua Wajah Clara
6
BAB 6 : Menghadapi Ancaman Nabila
7
BAB 7 : Teman Lama, Musuh Baru
8
BAB 8 : Serangan Tak Terduga
9
BAB 9 : Bukti Serangan Nabila
10
BAB 10 : Kebiasaan Rey dan Perhatian Adit
11
BAB 11 : Gisel vs Tiga Teman Nabila
12
BAB 12 : Problema Hak Asuh Kanaya
13
BAB 13 : Identitas Gisel Akhirnya Terungkap
14
BAB 14 : Menghadapi Rafael Lagi
15
BAB 15 : Gisel vs Rafael dan Clara
16
BAB 16 : Potongan Puzzle Keluarga Bharatajaya
17
BAB 17 : Maksud Rey yang Tersembunyi
18
BAB 18 : Kejadian Tak Terduga, Rey Mulai Curiga
19
BAB 19 : Terjebak dalam Perjodohan yang Tidak Diinginkan
20
BAB 20 : Mimpi atau Realita? Bahaya yang Dihadapi Gisel
21
BAB 21 : Tujuh Hari Mencari Jalan Kembali
22
BAB 22 : Kecurigaan Adit dan Tika
23
BAB 23 : Misteri Hati Rey
24
BAB 24 : Melawan Keputusan Clara
25
BAB 25 : Rencana Rahasia Gisel
26
BAB 26 : Ancaman Baru, Rencana yang Sia-sia
27
BAB 27 : Penolong yang tak Terduga
28
BAB 28 : Pelaku Teror, Tertangkap Kau!
29
BAB 29 : Pelaku Sebenarnya Teror Kanaya
30
BAB 30 : Pertemuan yang Mengejutkan, Resolusi Adit
31
BAB 31 : Mewaspadai Ancaman, Menyingkap Rahasia
32
BAB 32 : Makan Malam Pembuka Topeng Rafael
33
BAB 33 : Percakapan yang Mencerahkan tapi Juga Mencengangkan
34
BAB 34 : Gisel vs Nabila
35
BAB 35 : Kemarahan Gisel : Rey vs Wina
36
BAB 36 : Gisel dan Rey vs Wina
37
BAB 37 : Intrik di Ruang Detensi
38
BAB 38 : Bukti dan Pembelaan
39
BAB 39 : Luka Masa Lalu
40
BAB 40 : Rencana Jahat Wina
41
BAB 41 : Terjebak dalam Rencana Wina
42
BAB 42 : Perspektif Gisel yang Baru
43
BAB 43 : Janji Rey
44
BAB 44 : Kawan atau Lawan?
45
BAB 45 : Nabila Mulai Memberontak
46
BAB 46 : Kerjasama yang Berbahaya
47
BAB 47 : Berburu Bukti Kebenaran
48
BAB 48 : Pertemuan yang Berbahaya
49
BAB 49 : Kendali dan Ancaman Corens
50
BAB 50 : Rencana Pelarian Gisel
51
BAB 51 : Rey Datang Menyelamatkan Lagi
52
BAB 52 : Reina dan Rahasia Rey
53
BAB 53 : Cara untuk Kembali
54
BAB 54 : Panggilan Maut dari Corens
55
BAB 55 : Musuh yang Tidak Terduga
56
BAB 56 : Kejutan di Detik Terakhir
57
BAB 57 : Konfrontasi yang Berbahaya
58
BAB 58 : Reina Di Perbatasan Antara Kehidupan dan Kematian
59
BAB 59 : Usaha Mengembalikan Kanaya
60
BAB 60 : Menemukan Jalan Pulang, Tanpa Rey
61
BAB 61 : Selamat Datang Kembali
62
BAB 62 : Melanjutkan Hidup, Awal yang Baru
63
Bab 63 : Akhir yang Dinantikan
64
Novel Baru : Cinta Itu (Tidak) Buta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!