BAB 5 : Dua Wajah Clara

"Aya ..."

Panggilan yang terdengar penuh kecemasan dari mulut Tika membangunkan Gisel dari ketidaksadarannya. Pikirannya yang sedari bangun mulai berkelana kemana-kemana, kini sudah kembali ke sarangnya.

Gisel memandangi Tika yang sekarang ini sedang menatap cemas ke arahnya. Begitu juga dengan Adit yang sedang berdiri di belakangnya.

"Aku nggak apa-apa. Sungguh," kata Gisel menyakinkan mereka. "Maaf membuat kalian khawatir."

"Kata dokter kamu kecapekan. Seharusnya aku nggak bawa kamu ke atas tadi," kata Adit penuh sesal.

"Aku yang salah. Aku yang memaksa kamu. Jangan dengarkan dokter. Biasanya mereka hanya suka cari-cari alasan," kata Gisel.

"Sudah. Pokoknya kamu dilarang kemana-mana mulai sekarang sampai kamu keluar dari rumah sakit. Paham, Aya?," seru Tika.

"Hmm ...," jawab Gisel singkat.

Setelah dua hari Gisel dirawat, dokter akhirnya mengijinkan Gisel untuk keluar dari rumah sakit. Kecemasan barunya saat ini adalah bagaimana dirinya di rumahnya yang baru. Tentu saja baru, itu rumah Kanaya, bukan miliknya. Bagaimana dia akan membiasakan dirinya di rumah yang tidak dia kenali sama sekali?

Bagas dan Clara hari ini yang datang ke rumah sakit untuk mengurus kepulangannya. Sedangkan anak-anak yang lain sedang bersekolah saat ini. "Syukurlah, aku bisa menghindar dari ratu drama sementara ini," pikir Gisel.

"Untuk sementara ini kamu istirahat dulu saja di rumah, ya. Jangan sekolah dulu sampai kamu benar-benar pulih," kata Clara sambil membelai lembut kepalanya. Sementara, kepala Gisel beringsut menjauh dari tangan Clara. Hatinya sulit mempercayai apa yang sedang dilakukan Clara saat ini semenjak dia melihat ingatan Kanaya tentang wanita ini.

"Kamu tunggu di sini dulu ya. Om ke kantor administrasi dulu," kata Bagas sebelum akhirnya dia keluar dari kamar rawatnya.

Setelah memastikan Bagas benar-benar pergi, barulah topeng Clara yang sebenarnya mulai dipasang.

"Heh! Denger, ya anak kurang ajar," kata Clara seraya menarik lengan Gisel dengan kasar. Gisel terus menahan rasa amarahnya. Dia berniat membiarkannya terlebih dahulu untuk memastikan apa yang dia lihat dalam mimpi itu benar.

"Kamu nggak usah banyak drama sakit ini itu. Pulang dari sini aku akan bikin perhitungan sama kamu. Nggak usah banyak ngomong sama Bagas tentang Nabila. Awas kamu, ya kalau sampai melibatkan Nabila," ancam Clara.

Gisel hanya memandanginya dengan tatapan tajam.

"Nggak usah ngeliatin kayak gitu! Mau dicolok matanya?," kata Clara ketus.

Tak lama setelah itu, Bagas masuk dan Clara kembali berubah menjadi lebih manis. "Kukira aku sudah selamat bisa menghindar dari Tika. Tapi sekarang, ada yang lain lagi. Ternyata hidupmu benar-benar luar biasa, ya Kanaya," kata Gisel dalam hatinya.

Perjalanan pulang ke rumah Kanaya terasa lama sekali. Gisel yang duduk di bangku penumpang hanya memandangi jalanan dari kaca jendela. Tanpa ekspresi, tanpa berpikir apapun. Baginya saat ini semua terasa biasa saja.

Yang tidak biasa saat ini adalah tubuhnya sendiri. Tapi, menikmati jalanan lebih menenangkan daripada memikirkan bagaimana hidupnya ke depan nanti. Memikirkan dia akan kembali ke sekolah setelah benar-benar pulih nanti, sudah benar-benar melelahkan baginya.

Entah berapa lama perjalanan yang ditempuhnya, Gisel hanya tahu mobil yang dia tumpangi perlahan-lahan mengurangi kecepatannya lalu berhenti tepat di sebuah rumah yang cukup besar. Tidak sebesar rumah miliknya, tapi cukup nyaman terlihat.

Dengan memasang topeng keibuan, Clara menuntunnya masuk ke dalam rumah, sedangkan Bagas menurunkan tas dari dalam mobil dan diserahkan kepada seorang pria setengah tua untuk dibawa masuk. Gisel mengira mungkin orang itu bekerja di rumah itu.

Seorang wanita yang tidak terlalu tua datang menyambutnya saat Gisel memasuki rumah. Dia memeluk Gisel dan terus mengusap lembut lengannya. Clara kemudian menyerahkan Gisel pada wanita itu untuk dibawa ke kamarnya.

"Nah ... ini kamarnya Non Aya. Non istirahat saja dulu, nanti kalau butuh apa-apa, panggil Bik Idah saja, ya," kata wanita itu, yang ternyata adalah asisten rumah tangga.

Setelah Bik Idah keluar dari kamarnya, Gisel mulai menjelajah kamar milik Kanaya itu. Bukan kamar yang besar, tapi cukup nyaman. Ada beberapa barang yang standard dimiliki anak seusia Kanaya. Rak buku, meja belajar, boneka, konsol permainan. "Hhmm .... tidak buruk juga," pikir Gisel.

Pria yang tadi membawa tas miliknya kini telah pergi setelah meletakkan tas-tas itu di kamarnya. Gisel kembali menjelajah kamar Kanaya, kali ini dia memperhatikan ponsel dan juga laptop yang ada di atasnya. "Milik Kanaya kah?"

Tiba-tiba suara Bagas mengagetkan dirinya. "Om akan pulang dulu, ya. Tentang CCTV sepertinya masih ada masalah, jadi masih diurus dulu. Mungkin sebentar lagi sudah akan ada kabarnya," kata Bagas sebelum dia berbalik pergi.

Tapi, baru beberapa langkah, Bagas kembali lagi, "Oh iya, nanti siang sepulang sekolah Tika dan Adit akan datang kemari."

Dan kali ini, Bagas benar-benar pergi.

Gisel kembali penasaran dengan ponsel dan laptop milik Kanaya itu. Saat dia menekan tombol on pada ponselnya, tidak ada reaksi setelah itu. "Sepertinya habis baterai," kata Gisel lirih.

Dia lalu membuka satu persatu laci meja belajar untuk mencari charger ponsel itu. Dan tak lama kemudian, ponsel sudah terkoneksi dengan chargernya.

Selanjutnya, Gisel mencoba menyalakan laptop yang ada di samping ponsel tadi. Tapi, saat Gisel akan mencoba menyalakannya, Clara tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, lalu menarik lengannya dengan kasar.

"Ayo, berdiri. Kerjakan tugasmu seperti biasa. Keluar dari rumah sakit bukan berarti enak-enakan. Bangun!," bentak Clara.

"Wanita tua itu benar-benar keterlaluan," rutuk Gisel dalam hatinya.

Clara terus menarik Gisel hingga keluar kamarnya. Gisel yang tidak suka diperlakukan layaknya binatang tidak bernilai, merasa harga dirinya serasa diinjak-injak oleh Clara. Dia ingin sekali membentak wanita gila yang ada di hadapannya ini seperti saat dia melakukan itu pada orang lain, tapi diurungkan niatnya. Gisel masih harus bertahan untuk mencari tahu bagaimana keluarga ini sebenarnya.

"Aduh ..."

Otak di kepala Gisel tiba-tiba menemukan caranya, dan langsung mempraktekkannya. Dia memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan.

"Aduh, kepalaku ... sakit ... Aduh ..." Gisel terus mengaduh kesakitan. Dia bahkan terduduk di lantai untuk mendukung aktingnya.

"A-ada apa? ... K-kamu ngapain? ..."

Gisel bisa melihat Clara hampir panik. Dia pun mengaduh semakin keras. Bahkan Bik Idah langsung berlari ke atas, tempat kamarnya berada.

"Aduh ... sepertinya amnesiaku ..."

"S-sudah, sudah ... K-kamu di kamar saja. Bik, antar dia ke kamarnya," bentak Clara, lalu pergi meninggalkan Gisel dan Bik Idah.

"Nyonya ya masak begitu. Non Aya baru juga keluar dari rumah sakit, sudah disuruh kerja aja," kata Bik Idah seraya memapah Gisel masuk kembali ke kamarnya.

Gisel masih mempertahankan akting luar biasanya itu hingga ke kamarnya, dan hingga Bik Idah benar-benar sudah meninggalkannya. Setelah dirasa aman, dia kembali melihat-lihat barang-barang milik Kanaya, terutama laptopnya itu.

"Kalau aku bisa menyalakan ini, mungkin aku bisa tahu seperti apa Kanaya itu. Dan juga laptop ini bisa aku manfaatkan untuk menghubungi orang-orangku di Skylar," kata Gisel.

Beberapa detik setelah terbuka, laptop itu meminta password.

"Password apa? Apa-apaan pakai password segala," kata Gisel kesal.

"Kanaya, apa kamu tidak bisa memberikan ingatan password laptopmu?"

Gisel mengira dirinya sedang berbicara dengan Kanaya, tapi yang terlihat Gisel seperti sedang berbicara sendiri. Mau bagaimana lagi, hanya itu yang dipikirkan saat teringat Kanaya juga ada di dalam tubuhnya.

"Ah sudahlah ... biar aku cari caranya nanti," kata Gisel seraya merobohkan dirinya sendiri ke atas tempat tidurnya.

Rasanya sangat nyaman, hingga membuat Gisel perlahan menutup kedua matanya itu dan menikmati kenyamanannya. Terlepas dari semua masalah yang sedang dihadapinya, tidur di atas kasur itu benar-benar membuat seluruh tubuhnya terasa ringan tanpa beban.

"Mungkin setelah ini .... Kanaya akan memberikan ingatannya saat aku ... tidur," ucap Kanaya lirih.

Terpopuler

Comments

Park Kyung Na

Park Kyung Na

😊😊

2023-06-23

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Identitas yang Hilang
2 BAB 2 : Ingatan dan Emosi yang Tidak Dikenal
3 BAB 3 : Mencari Fakta tentang Gisel
4 BAB 4 : Di Dalam Raga yang Asing
5 BAB 5 : Dua Wajah Clara
6 BAB 6 : Menghadapi Ancaman Nabila
7 BAB 7 : Teman Lama, Musuh Baru
8 BAB 8 : Serangan Tak Terduga
9 BAB 9 : Bukti Serangan Nabila
10 BAB 10 : Kebiasaan Rey dan Perhatian Adit
11 BAB 11 : Gisel vs Tiga Teman Nabila
12 BAB 12 : Problema Hak Asuh Kanaya
13 BAB 13 : Identitas Gisel Akhirnya Terungkap
14 BAB 14 : Menghadapi Rafael Lagi
15 BAB 15 : Gisel vs Rafael dan Clara
16 BAB 16 : Potongan Puzzle Keluarga Bharatajaya
17 BAB 17 : Maksud Rey yang Tersembunyi
18 BAB 18 : Kejadian Tak Terduga, Rey Mulai Curiga
19 BAB 19 : Terjebak dalam Perjodohan yang Tidak Diinginkan
20 BAB 20 : Mimpi atau Realita? Bahaya yang Dihadapi Gisel
21 BAB 21 : Tujuh Hari Mencari Jalan Kembali
22 BAB 22 : Kecurigaan Adit dan Tika
23 BAB 23 : Misteri Hati Rey
24 BAB 24 : Melawan Keputusan Clara
25 BAB 25 : Rencana Rahasia Gisel
26 BAB 26 : Ancaman Baru, Rencana yang Sia-sia
27 BAB 27 : Penolong yang tak Terduga
28 BAB 28 : Pelaku Teror, Tertangkap Kau!
29 BAB 29 : Pelaku Sebenarnya Teror Kanaya
30 BAB 30 : Pertemuan yang Mengejutkan, Resolusi Adit
31 BAB 31 : Mewaspadai Ancaman, Menyingkap Rahasia
32 BAB 32 : Makan Malam Pembuka Topeng Rafael
33 BAB 33 : Percakapan yang Mencerahkan tapi Juga Mencengangkan
34 BAB 34 : Gisel vs Nabila
35 BAB 35 : Kemarahan Gisel : Rey vs Wina
36 BAB 36 : Gisel dan Rey vs Wina
37 BAB 37 : Intrik di Ruang Detensi
38 BAB 38 : Bukti dan Pembelaan
39 BAB 39 : Luka Masa Lalu
40 BAB 40 : Rencana Jahat Wina
41 BAB 41 : Terjebak dalam Rencana Wina
42 BAB 42 : Perspektif Gisel yang Baru
43 BAB 43 : Janji Rey
44 BAB 44 : Kawan atau Lawan?
45 BAB 45 : Nabila Mulai Memberontak
46 BAB 46 : Kerjasama yang Berbahaya
47 BAB 47 : Berburu Bukti Kebenaran
48 BAB 48 : Pertemuan yang Berbahaya
49 BAB 49 : Kendali dan Ancaman Corens
50 BAB 50 : Rencana Pelarian Gisel
51 BAB 51 : Rey Datang Menyelamatkan Lagi
52 BAB 52 : Reina dan Rahasia Rey
53 BAB 53 : Cara untuk Kembali
54 BAB 54 : Panggilan Maut dari Corens
55 BAB 55 : Musuh yang Tidak Terduga
56 BAB 56 : Kejutan di Detik Terakhir
57 BAB 57 : Konfrontasi yang Berbahaya
58 BAB 58 : Reina Di Perbatasan Antara Kehidupan dan Kematian
59 BAB 59 : Usaha Mengembalikan Kanaya
60 BAB 60 : Menemukan Jalan Pulang, Tanpa Rey
61 BAB 61 : Selamat Datang Kembali
62 BAB 62 : Melanjutkan Hidup, Awal yang Baru
63 Bab 63 : Akhir yang Dinantikan
64 Novel Baru : Cinta Itu (Tidak) Buta
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 : Identitas yang Hilang
2
BAB 2 : Ingatan dan Emosi yang Tidak Dikenal
3
BAB 3 : Mencari Fakta tentang Gisel
4
BAB 4 : Di Dalam Raga yang Asing
5
BAB 5 : Dua Wajah Clara
6
BAB 6 : Menghadapi Ancaman Nabila
7
BAB 7 : Teman Lama, Musuh Baru
8
BAB 8 : Serangan Tak Terduga
9
BAB 9 : Bukti Serangan Nabila
10
BAB 10 : Kebiasaan Rey dan Perhatian Adit
11
BAB 11 : Gisel vs Tiga Teman Nabila
12
BAB 12 : Problema Hak Asuh Kanaya
13
BAB 13 : Identitas Gisel Akhirnya Terungkap
14
BAB 14 : Menghadapi Rafael Lagi
15
BAB 15 : Gisel vs Rafael dan Clara
16
BAB 16 : Potongan Puzzle Keluarga Bharatajaya
17
BAB 17 : Maksud Rey yang Tersembunyi
18
BAB 18 : Kejadian Tak Terduga, Rey Mulai Curiga
19
BAB 19 : Terjebak dalam Perjodohan yang Tidak Diinginkan
20
BAB 20 : Mimpi atau Realita? Bahaya yang Dihadapi Gisel
21
BAB 21 : Tujuh Hari Mencari Jalan Kembali
22
BAB 22 : Kecurigaan Adit dan Tika
23
BAB 23 : Misteri Hati Rey
24
BAB 24 : Melawan Keputusan Clara
25
BAB 25 : Rencana Rahasia Gisel
26
BAB 26 : Ancaman Baru, Rencana yang Sia-sia
27
BAB 27 : Penolong yang tak Terduga
28
BAB 28 : Pelaku Teror, Tertangkap Kau!
29
BAB 29 : Pelaku Sebenarnya Teror Kanaya
30
BAB 30 : Pertemuan yang Mengejutkan, Resolusi Adit
31
BAB 31 : Mewaspadai Ancaman, Menyingkap Rahasia
32
BAB 32 : Makan Malam Pembuka Topeng Rafael
33
BAB 33 : Percakapan yang Mencerahkan tapi Juga Mencengangkan
34
BAB 34 : Gisel vs Nabila
35
BAB 35 : Kemarahan Gisel : Rey vs Wina
36
BAB 36 : Gisel dan Rey vs Wina
37
BAB 37 : Intrik di Ruang Detensi
38
BAB 38 : Bukti dan Pembelaan
39
BAB 39 : Luka Masa Lalu
40
BAB 40 : Rencana Jahat Wina
41
BAB 41 : Terjebak dalam Rencana Wina
42
BAB 42 : Perspektif Gisel yang Baru
43
BAB 43 : Janji Rey
44
BAB 44 : Kawan atau Lawan?
45
BAB 45 : Nabila Mulai Memberontak
46
BAB 46 : Kerjasama yang Berbahaya
47
BAB 47 : Berburu Bukti Kebenaran
48
BAB 48 : Pertemuan yang Berbahaya
49
BAB 49 : Kendali dan Ancaman Corens
50
BAB 50 : Rencana Pelarian Gisel
51
BAB 51 : Rey Datang Menyelamatkan Lagi
52
BAB 52 : Reina dan Rahasia Rey
53
BAB 53 : Cara untuk Kembali
54
BAB 54 : Panggilan Maut dari Corens
55
BAB 55 : Musuh yang Tidak Terduga
56
BAB 56 : Kejutan di Detik Terakhir
57
BAB 57 : Konfrontasi yang Berbahaya
58
BAB 58 : Reina Di Perbatasan Antara Kehidupan dan Kematian
59
BAB 59 : Usaha Mengembalikan Kanaya
60
BAB 60 : Menemukan Jalan Pulang, Tanpa Rey
61
BAB 61 : Selamat Datang Kembali
62
BAB 62 : Melanjutkan Hidup, Awal yang Baru
63
Bab 63 : Akhir yang Dinantikan
64
Novel Baru : Cinta Itu (Tidak) Buta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!