Pandawa Mencari Cinta ( Versi A )
Sebelumnya baca dulu pandawa kecilku. Karena ini adalah kisah percintaan dari salah satu pandawa yakni Abigail Rizki putra dari Alvarendra Rizki bersama Sherly Salma.
Selamat Membaca, semoga terhibur!!!
Dan jangan lupa buat like, vote , komen serta hadiahnya 😘😘😘
...---------------...
Bugh !
Suara hantaman terdengar begitu keras menimpa perut seorang pria berkumis tipis.
"Kurang ajar kamu, kamu tahu siapa dia! Dia adalah calon istriku. Bulan depan kami akan menikah. Berani - beraninya kamu menggoda calon istriku dan rasakan ini!" umpat pria dengan pemilik nama panggilan Abi itu dengan sorotan mata penuh kecemburuan. Melayangkan pukulan sekali lagi.
Pria berkumis tipis itu menerima serangan lawan untuk kedua kali hingga dia merasakan ingin mengeluarkan semua isi perutnya, membungkuk sambil menahan sakit di perut. Tak ada niat untuk membalas, dari fisiknya saja sudah mampu terbaca kalau badannya tidak lemah. Hanya saja pria dengan pemilik nama Tio itu sedang tak ingin melawan.
Sedang wanita cantik berkulit putih, hidung mancung dan bermata coklat itu berteriak histeris. Menarik lengan Abi agar berhenti menghajar. "Berhenti, Abi!"
"Siapa pria ini! Apa dia kekasih barumu hah!" bentak pria yang lahir dua puluh lima tahun lalu.
"Hentikan Abi! Dia bukan siapa - siapa aku, kami hanya kebetulan saja bertemu di restoran ini. Aku sedang menunggu klienku di sini." terang wanita yang bekerja sebagai seorang pengacara itu.
Abi mengepalkan tangan dan siap menghajar lagi, darah nya mendidih tak rela kalau wanitanya di sentuh pria lain.
"Kalau kamu tak percaya, kamu bisa lihat CCTV restoran ini, kami tak melakukan apa - apa." terang Manda sambil memberi kode agar pacar gelap nya yang bernama Tio itu segera pergi.
Abi masih menata nafasnya yang memburu. Ia menyuruh hatinya untuk percaya pada sang kekasih. Bulan depan ia dan Manda akan menikah, sangat tidak baik jika tidak ada kepercayaan yang seharusnya sudah ditanamkan selama 5 tahun berpacaran.
Tio dengan langkah terseok meninggalkan restoran. "Tunggu pembalasan dariku, dasar Arogan!" umpatnya dalam diam.
Abigail tadi sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil mendengarkan musik shella on seven. Ia menuju ke restoran untuk bertemu dengan klien bisnisnya sambil makan siang, duduk di meja yang sudah ia pesan. Meskipun ia seorang CEO terkenal di perusahaan Astra Internasional, tapi tak ada satu pun media yang mengusik kehidupannya karena Abigail tak suka dengan keramaian.
Bola mata Abi berhenti bergerak saat jatuh pada titik yang familiar bagi hidupannya yang tengah bersama pria asing. Dengan gejolak hati yang panas, Abi beranjak menuju ke salah satu meja tak jauh dari arahnya. Menarik kerah baju dan langsung memberikan bogem mentah tepat di bagian perut lawan.
" Baik. Aku percaya padamu." ujar Abi kemudian. Rasa sesak di hatinya mulai menguap.
"Sayang, kamu sedang apa di sini?" tanya Manda seraya membenahi dasi. Penampilan Abi sedikit berantakan.
"Aku sedang ada janji dengan rekan kerjaku." sahut Abi, kemudian ia merogoh ponselnya yang mendadak berdering. Ternyata itu dari rekan kerjanya yang membatalkan pertemuan lantaran mendadak sakit. Abi memakluminya.
"Bagaimana kalau kita ke toko perhiasan sekarang?" tawar pemilik nama lengkap Abigail Rizki itu.
"Kamu nggak sibuk?" Mata Manda seolah bersinar terang setelah mendengar kata emas.
Abi menggeleng, keduanya pun membeli sepasang cincin kawin.
apa pun yang Manda inginkan.
...****************...
Tok ... tok ... tok ...!
"Ini sudah jatuh tempo, cepat bayar uang sewa, atau kamu dan adik kamu segera angkat kaki dari rumah ini!" Bentak seorang pria berjaket kulit paruh baya pemilik rumah kontrakan berukuran 10 meter persegi itu.
Seorang gadis berkulit putih dengan mata hitam pekat melonjak kaget dengan suara ketukan pintu yang beruntun.
Dengan langkah cepat ia membuka pintu agar suara berisik itu segera berhenti.
"Pak Teguh, ini sudah malam tidak enak di dengar tetangga jika Anda berbuat keributan seperti tadi." Gadis yang sudah hidup 20 tahun itu berkata dengan sopan.
"Makanya cepat bayar!" bentak pria berjaket kulit itu.
"Eum, tapi pemasukanku tidak banyak hari ini, bagaimana kalau satu minggu lagi," tawar gadis pemilik nama lengkap Salma Nuraini itu.
"Enak saja kamu mau menunda lagi, sekarang bayar atau aku usir kalian!" sepertinya pria paruh baya itu tak punya hati. Hari ini sudah malam, jika Salma dan Egi ke luar akan tinggal di mana mereka?
"Kak, ada apa?" suara pria kecil terdengar serak, dia terbangun karena suara keributan itu. Sesekali bocah berusia 8 tahun itu mengucek mata.
"Egi, kenapa kamu bangun, pergilah kembali tidur!"
"Aku dengar ada yang diusir, siapa Kak?" tanya nya serambi memperhatikan pak Teguh yang sejak tadi berkacak pinggang.
"Kamu dan Kakak kamu ini yang akan aku usir jika tak segera bayar uang sewa, sudah tiga bulan kalian belum juga bayar!" bentak pak Teguh sudah tak sabar lagi.
Salma bergemuruh hatinya, bagaimana caranya ia membayar hari ini sementara uangnya menipis untuk modal besok ditambah ia harus beli minyak goreng lagi. Persediaan minyak habis tinggal setengah botol apalagi sekarang harganya juga meroket.
Pak Teguh terus saja berteriak hingga memancing kerumunan. Salah satu pria bernama Aden datang mendekat.
"Mungkin masalah ini bisa diselesaikan dengan tenang," ujarnya membela Salma. Pria itu melirik Salma, ia menduga jika bersikap pahlawan seperti ini dapat dengan mudah mendapatkan hatinya.
Kemudian Aden mengeluarkan uang dari dompet menyerahkan semuanya pada pria tua itu.
Salma terlonjak kaget, dia sama sekali tak ingin merepotkan Aden yang terus membantunya.
Setelah pria tua itu mendapatkan apa yang di inginkan akhirnya ia pergi juga.
Terdapat kelegaan sedikit dengan datang nya Aden, tapi Salma menganggapnya sebagai pinjaman bukan pemberian meski pria lebih tua lima tahun darinya itu selalu memaksa untuk tidak mengembalikan uang yang telah ia berikan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Salma meminta Aden untuk pulang, itu pun dengan sopan karena hari memang sudah malam.
"Baiklah. Aku akan pulang sekarang." ucap Aden tapi hatinya berkata lain. Ia sedang menunggu kalimat Salma berharap mengatakan 'Oh Aden, kamu adalah pahlawanku yang selalu datang di setiap aku sedang berada dalam masalah.
Namun sudah sekian detik juga Salma tak mengatakan apa pun yang sesuai dengan harapannya selain memintanya untuk segera pulang.
"Kak, Egi ngantuk." satu kalimat yang berhasil membuat pria sok narsis itu benar - benar pergi.
"Iya, kita tidur lagi yuk!" hibur Salma yang kemudian melemparkan senyum sebelum ia menutup pintu.
Aden benar - benar di mabuk cinta saat itu juga.
...****************...
Langit begitu cerah tak ada tanda - tanda akan turun hujan meski musim saat ini sedang hujan.
Seorang pria dengan setelan kemeja hitam mengkilat dengan kacamata hitam juga bertengger di batang hidungnya berjalan dengan tegap menuju meja di sebuah restoran yang sudah ia pesan kemarin. Dari penampilannya saja semua orang yang berpapasan sudah pasti tahu ia adalah seorang pria konglomerat.
Begitu tiba di tempat yang ia tuju, ia melepas kacamatanya dan memberi salam pada seseorang yang sudah menunggunya beberapa menit lalu.
"Tuan Abigail, selamat datang, apakah aku terlalu cepat datang dari jadwal yang telah kita sepakati ?" pria berusia kepala tiga itu menyambut jabatan tangan Abi dengan tatapan mata penuh selidik. Dalam benaknya ia berfikir bagaimana bisa pria muda yang berada di depannya ini adalah seorang CEO dari perusahaan Astra Internasional yang berkembang cukup pesat di tanah air. Pria itu tak tahu kalau Abi dulunya adalah anak genius.
"Tidak Tuan Adam, ada sedikit kendala tadi di jalan. Silahkan duduk kembali!" Abi dan Adam duduk bersama dengan kursi berhadapan.
Setelah memesan makanan dan menikmati makan siang mereka membahas kerja sama yang cukup menguras pikiran. Tapi bagi Abi ini hal mudah. Ia menerima tawaran Adam untuk membangun cabang AI di bidang jasa yang sangat diperlukan oleh sebagian masyarakat yang baru lulus SMA atau sederajat.
Hampir dua jam mereka berdiskusi dan perpisahan diantara keduanya pun terjadi.
Bola mata Abi seperti sensor yang begitu peka ketika melihat seseorang yang tak asing baginya tengah makan berdua dengan pria lain. "Manda!" serunya dari jauh. Abi sudah tak sabar dan mempercepat langkah kakinya menuju meja kekasihnya.
Sudah pasti Abi akan memulai duluan membuat keributan. Dan kali ini Manda Kepergok kedua kali bersama pria yang sama. "Jangan bilang kamu akan beralasan sedang menunggu klienmu dan tanpa sengaja bertemu dengan pria ini lagi," ujar Abi meninggikan suaranya.
Manda kagetnya bukan main dengan kedatangan Abi yang secara tiba - tiba, seolah Abi tahu keberadaan dirinya. Dengan tergagap Manda menjelaskan. "A-Abi, ini tak sesuai dengan apa yang kamu pikirkan, sungguh aku dan Tio hanya berteman saja."
Tio yang sedang menikmati makan siangnya berhenti mengunyah dan berdiri menyambut Abi. Manda dibuatnya takut jika Tio berkata yang sebenarnya. "Anda Tuan Abigail bukan?" Tio mengulurkan tangannya namun Abi tak menggubris. Tio menarik tangannya kembali.
"Sejujurnya saya dan Manda sudah lama kenal." perkataan Tio terjeda membuat Abi menatap tajam ke arahnya. "Kami adalah teman satu kampus dulu dan tanpa sengaja bertemu kembali. Anda tak perlu cemburu pada saya. Karena saya sudah punya calon istri."
Mendengar ucapan Tio membuat hati Manda lega. Ia tak menyangka jika Tio bisa berbohong sebaik itu dan sepertinya Abi percaya. Reaksi Abi tak setegang tadi.
Tio undur diri dengan alasan sedang menjemput kekasihnya untuk membeli cincin kawin.
"Abi, kamu sudah makan ? Mau aku pesankan sesuatu untukmu?" tanya Manda seraya meminta Abi agar duduk di sampingnya.
"Aku masih kenyang." sahut Abi datar. Hatinya mulai gusar dengan wanita yang begitu ia cintai.
...****************...
Siang ini dagangan Salma tak begitu laris. Tahu goreng yang ia buat masih terlihat banyak. Hanya beberapa pembeli yang datang dan ada juga yang hanya melihat - lihat saja.
"Sepi, sepertinya aku tak cocok jadi kuliner. Apa aku tutup saja tokonya, tapi aku usaha apa lagi?" gerutu Salma sambil menuang minyak.
Dari jauh terlihat Egi baru pulang sekolah. Bajunya kotor dan penuh lumpur.
Salma segera menyambut kepulangan adiknya.
"Kamu berkelahi lagi?"
Seperti biasa Egi hanya menundukkan kepala tak berani menjawab.
"Kakak sudah bilang padamu untuk mengalah dan jangan melawan jika temanmu meledekmu lagi."
Egi mulai sesenggukan, ia tak mampu membendung rasa sedihnya.
"Kalau kamu masih bertengkar terus dan kakak di panggil kepala sekolah kamu lagi, jangan harap kamu bisa sekolah lagi."
"Kakak sudah capek - capek kerja buat biaya sekolah kamu dan hidup kita, tapi kenyataannya apa, kamu di sekolah berantem saja."
Egi sudah tak tahan dengan kakaknya yang cerewet itu. "Kak Salma jangan salahkan Egi terus, Kak Salma nggak tahu apa yang Egi rasakan, mereka mengatakan Egi tidak punya orang tua. Egi sakit mendengarnya." lalu Egi meninggalkan Salma yang tergugu.
"Maafkan kakak, Egi," lirihnya sambil mengusap air mata yang merembes begitu saja.
...****************...
"Kak Abi kenapa murung gitu, ih ilang nanti gantengnya," ujar Ethan adik bungsunya yang sedang menemuinya di balkon kamar.
"Siapa yang menyuruhmu masuk?" ketus Abi.
Ethan mengernyitkan dahi, "Apa Kak Abi sedang putus cinta, mau aku buatkan ramuan cinta?" goda Ethan lagi.
"Berisik kamu. Kalau tak ada urusan keluar sana!" usir Abi yang sebenarnya ia ingin sendirian.
"Jangan gitu dong Kak, jarang - jarang kita ngobrol seperti ini! Dua hari lagi aku akan kembali ke Australia. Apa Kakak tak rindu padaku?"
Abi membalik tubuhnya, lalu bersandar di balkon. "Apa kamu sudah punya pacar? Jika belum berarti aku tidak cocok curhat denganmu." vonisnya sepihak.
"Sudah aku duga ini masalah asmara. Meski pun aku tak punya pacar, aku tahu persoalan cinta serumit apa pun. Katakan Kak, ada masalah apa, bulan depan kamu kan akan menikah, belum terlambat untuk mengetahui kebenaran sebelum Kakak menyesal nanti."
Yang dikatakan Ethan ada benarnya juga. Kemudian Abi bercerita tentang hubungannya dengan Manda. Ethan menyimak dengan seksama lalu ia menemukan ide yang akan membongkar sifat asli Manda.
"Dari yang aku tangkap nih, sepertinya Manda tak serius mencintaimu, ia hanya mengincar posisi dan kekayaanmu saja."
"Percuma aku cerita padamu, kamu memang tak paham arti cinta."
"Tenang Kak Abi, aku punya solusi yang bisa membuktikan jika Manda yang kamu kagumi itu tulus mencintai kamu apa adanya."
Abi mengernyitkan dahi tak suka dengan penilaian Ethan terhadap Manda.
"Apa,"
"Berpenampilan lah seperti seorang pemuda yang miskin. Tinggalkan perusahaan dan mansion ini untuk sementara waktu. Katakan pada Manda, kalau Kakak sedang bangkrut dan tak lagi memiliki tempat tinggal. Aku pastikan sifat asli Manda akan terlihat. Dan dugaanku tentang Manda yang matre itu benar."
"Gila kamu ya, bahkan ayah dan ibu saja tak pernah membiarkan aku kesusahan sedikit pun. Kamu adikku atau bukan yang malah memintaku untuk hidup susah."
"Jerih payah ku korban kan untuk membangun perusahan besar, kamu malah memintaku untuk meninggalkan jabatanku yang diambang kesuksesan."
"Benar - benar ide gila. Aku tidak suka dengan idemu."
"Terserah Kakak. Satu bulan lagi Kak Abi dan Manda akan menikah. Tapi bila nyatanya dugaanku benar, maka habislah harta Kakak yang mungkin bisa dikuras oleh istri Kakak yang ternyata punya pria idaman lain." setelah memberi masukan pada Abi, Ethan keluar kamar.
Abi tergugu sejenak. Perkataan Ethan ada benarnya.
"Sepertinya tak masalah aku mencobanya, jika benar Manda hanya mengincar kekayaanku saja, aku takkan memaafkan dia bersama pacarnya itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Heni Linda Oriflame
lanjut mampir di karya mu senjutnya thor..tetap semngat
2023-03-08
0
Mulaini
Semangat Abi untuk menguji Manda dan mencari cinta sejati mu 💪💪
2023-03-08
0
Radya Arynda
semangaaaat, , , 💪💪💪💪💪💪
2023-03-08
0