Sekitar pukul 8 malam, Salma baru tiba di rumah kontrakan di sebuah desa yang jauh dari kota.
"Kakak sudah pulang? " tanya Egi dengan perasaan khawatir.
"Kamu pasti cemas menunggu kepulangan kakak, maaf ya tadi montor kakak mogok. "
Salma setiap satu minggu sekali pergi ke kota untuk mencari lowongan pekerjaan, tapi sudah 4 minggu ini lamarannya di tolak lantaran hanya ijazah SMA yang ia punya.
"Siapa orang yang bersama Kakak ini?" tunjuk Egi pada seorang pria yang penampilannya berantakan. Kaos oblong penuh lubang dengan celana kolor.
"Eum, dia Abi. Dia yang mengantar kakak tadi." sahut Salma. Selama perjalanan tadi Abi dan Salma sudah berkenalan.
"Aku sudah sampai di rumahku dengan aman. Terima kasih sudah mengantarku. Kamu boleh pergi sekarang."
Mendadak air jatuh dari langit yang awalnya tadi hanya tetesan saja kini berubah menjadi lebih deras. Ditambah suara petir menggelegar.
"Aku tidak bisa pergi sekarang. Aku sebatang kara dan tak tahu jalan pulang. Izin kan aku tinggal di sini."
"Kamu gila ya, rumahku bukan tempat penampungan."
Egi yang merasa kasihan pun membujuk kakaknya.
Dengan terpaksa Salma mengizinkan Abi untuk menginap semalam di rumah kontrakannya yang terlihat kecil itu.
Salma menyuruh Abi untuk beristirahat bersama Egi.
Abi mengernyitkan dahi saat tahu betapa sempitnya bilik Egi.
"Bagaimana aku bisa tidur di tempat sepetak ini?" batinnya melas sambil mengedarkan pandang mengamati keadaan sekitar. Dia duduk sambil meluruskan kedua kakinya yang pegal. Perjalanan jauh yang ia rasa menguras habis tenaganya.
Kamar kecil dengan kasur di atas lantai yang kecil pula. Di sebelah kiri kasur ada lemari setinggi dada orang dewasa. Tak ada AC hanya jendela kecil sebagai ventilasi udara. Dindingnya pun sudah pudar warna catnya.
Egi diminta Salma untuk membawakan teh hangat kepada Abi.
"Silahkan diminum Kak Abi !" seru Egi sambil meletakkan gelas di samping Abi.
"Terima kasih, siapa namamu?" tanya Abi, bola matanya melirik gelas di sampingnya.
"Kamu tak perlu repot - repot membuatkan aku teh segala,"
" Aku Egi. Tidak apa Kak Abi, kak Salma yang mengajarkan padaku agar memuliakan tamu yang datang ke rumah kami. Ini juga hanya air kok." bocah yang baru kelas 2 SD itu mengamati punggung Abi. Abi mengenakan kaos putih yang sudah usang.
Merasa diperhatikan Abi bertanya, "Ada apa?"
"Punggung Kak Abi ada bercak darah." Egi lantas pergi meninggalkan kamarnya menemui Salma yang sedang berada di dapur menyiapkan makan malam.
Salma datang ke kamar Egi sambil membawa kotak obat.
"Egi bilang kamu terluka. Ini ada beberapa obat yang bisa kamu gunakan." Salma meletakkan kotak obat dan hendak berbalik.
"Mana bisa aku mengobati sendiri, sementara kedua mataku berada di depan." goda Abi, sebenarnya ia tak merasa kesakitan hanya perih saja.
Salma mengusap wajahnya kasar, "Cobaan hidup. Aku belum selesai masak. Jika aku mengurusmu, nanti kita bisa terlambat makan malam." cerocos Salma.
"Kak, tahunya sudah aku tiriskan!" terdengar suara Egi dari dapur. Itu tandanya makan malam sudah siap.
Salma mendesah kasar. Tangannya terulur membuka kotak obat. "Berbalik lah dan buka kaosmu!"
Abi terperangah. Kedua tangannya menutupi dadanya. "Kamu mau memperkosaku, aku masih perjaka."
Salma semakin kesal dengan cowok asing ini. "Gila ya kamu. Aku masih waras. Cepat berbalik!"
Abi menahan tawanya sambil berbalik, ia segera melepas kaosnya, terpampang jelas bentuk tubuhnya yang berotot.
Punggung Abi terlihat memar membentuk tiga garis dimana salah satunya memerah. Dengan telaten meski terpaksa Salma mengobati bekas luka cambukan itu. Kemudian makan malam bersama.
Saat di ruang tamu.
"Hanya ini?" komentar Abi dengan tatapan penuh.
"Maksud kamu apa, bersyukur aku menampungmu dan memberimu makan, kamu malah bertanya 'hanya ini' seolah tak ada makanan lain."
"Ya benar. Memang tidak ada makanan enak di sini selain nasi dan tahu."
"Jadi, pergilah mencari tempat lain yang memiliki makanan yang kamu inginkan!" Salma beranjak pergi ke dapur. Sebenarnya Salma tak setega itu mengucapkannya, hanya saja ia tersinggung dengan sikap Abi tadi yang tak memahami keadaannya.
Abi hanya berkata sekali, tapi gadis penolongnya menjawab lebih.
Egi berhenti mengunyah. "Kak Abi. Sebenarnya kak Salma itu orangnya baik. Dia memang cerewet. Kak Abi nikmati makanan yang ada saja ya, semoga dagangan kakak besok laris jadi kita bisa makan enak." terang Egi yang membuat Abi merasa terenyuh dengan keadaan ekonomi Salma.
"Aku tidak masalah dengan makanannya. Aku akan mengajak kakak kamu makan!" perintah Abi.
Abi bangkit mencari Salma yang sedang terisak di dapur. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menghinamu." Abi mengulurkan tangan.
Salma mengucek kedua matanya. Baru bertemu dengan cowok asing saja sudah membuatnya sedih, bagaimana kalau tinggal seatap dalam tempo yang lama?
Salma menerima permintaan maaf Abi. Mereka makan bersama dalam keheningan.
Saat berada di kamar Egi.
"Kak Abi belum tidur?"
"Banyak nyamuk. Nggak ada AC di sini?"
"Hah AC, jangankan AC, kipas saja aku nggak punya, ntar kalau para nyamuk udah kenyang bakal pergi sendiri kok. Yang sabar ya,"
Mendengar jawaban Egi, Abi mendesah kasar. Beberapa detik kemudian pintu kamar Egi terbuka. Salma yang hanya mengenakan daster tampak membawa selimut. Meski penampilan Salma sederhana tapi mampu menyihir Abi. Abi terkesima dengan kesederhanaan Salma.
"Eum, aku hanya membawakan kamu selimut. Di sini banyak nyamuk, mungkin kamu tidak terbiasa." Mengulurkan selimut.
"Terima kasih. Hanya nyamuk betina yang mengisap darah, ku rasa para nyamuk itu menyukaiku." gombal Abi.
Salma tersenyum kecil. Entah mengapa baru bertemu saja baru kali ini Abi melihat senyuman yang begitu manis dan tulus.
Salma berbalik namun langkahnya tertahan. "Selamat malam, Salma!"
Salma tak menoleh seolah tuli dan buru-buru pergi.
Abi memejamkan mata berharap bisa mimpi indah di malam yang penuh dengan nyamuk betina.
Keesokan paginya.
Abi terbangun, matanya menatap langit - langit seolah ada yang berubah. Sekian detik kemudian ia tersadar kalau dia bukanlah Abi yang bergelimang harta melainkan Abi yang miskin. Ia segera bangkit untuk mencari Salma.
Suasana begitu sepi, Abi mencari dua manusia namun yang ia cari tak ada. Perutnya mendadak bunyi. Mata Abi tertuju pada tudung saji di atas meja. Ia lantas membukanya dan menemukan satu porsi nasi goreng. Dengan segera ia menghabiskan menu sarapannya.
Tiga puluh menit kemudian, Salma pulang. Abi menyambut nya bahagia seolah dirinya adalah anak yang menunggu kepulangan ibunya.
"Salma, kamu dari mana saja, kenapa tak membangun kan aku?" tanya Abi seraya membantu Salma mengeluarkan barang belanjaan seperti minyak, garam dan bumbu dapur lainnya.
"Kamu bukan orang penting, untuk apa aku membangunkan kamu. "
"Belanjaan banyak banget, dari mana ? "
" Ya tentu beli lah, masa merampok! " ketus Salma, seperti tak suka dengan kedatangan Abi.
"Aku tahu kamu bukan perampok, tapi dirimu sudah merampok seluruh hatiku." batin Abi.
Salma melirik sekilas Abi yang terdiam, seolah merasa bersalah dengan ucapannya tadi. "Aku habis dari pasar." Seketika itu juga Salma mencium aroma tak sedap. "Kamu bau."
Abi mengendus kedua ketiaknya. " Hehehe, aku belum mandi, aku tak berani menggunakan fasilitas rumahmu sebelum minta izin padamu. Kecuali tadi aku memakan nasi goreng di meja sana." tunjuk Abi. "Aku lapar."
"Tak apa, itu memang jatah kamu."
Salma lupa kalau dia kedatangan mahkluk yang bernama cowok sok akrab itu hingga tak menyiapkan baju ganti.
"Aku punya kaos sepertinya pas untukmu." Salma menuju lemari yang berada lima langkah dari nya. Memberikan kaos berukuran XXL berwarna merah tua.
"Aku tak pernah memakainya karena kegedean. Untuk celana, besok aku akan membelikanmu di pasar loak. Tapi itu semua tidak gratis, kamu harus menggantinya. " terang Salma.
Abi mengangguk paham, setelah mengucapkan terima kasih ia segera mandi.
Salma sibuk menuang minyak ke wajan. Hari ini ia siap berjualan lagi. Beberapa tahu sudah ia goreng. Salma sesorang pedagang tahu goreng. Dagangannya tak tentu dalam sehari, kadang habis kadang juga tidak.
Abi yang merasa bosan keluar rumah dan menemukan sosok Salma yang sedang menggoreng tahu. Salma membuka kios di depan rumahnya.
"Salma, kamu seorang pedagang ternyata?" Abi terkejut dicampur kagum, seorang gadis cantik yang mau bergumul dengan urusan minyak dan penggorengan.
"Kamu nanya?" cibir Salma.
Abi mendekat dan memperhatikan Salma.
"Kapan kamu akan pergi dari rumahku?"
"Kamu mengusirku, jahat banget," Abi tak merasa tersinggung dengan pertanyaan Salma. Baginya ini adalah jalan dia mendekati calon kekasihnya.
"Kalau aku nggak mau, gimana?"
Salma melotot tajam ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mulaini
Semangat Abi untuk meluluhkan hati calon kekasih mu si Salma 💪💪
2023-03-19
0
Radya Arynda
ter baik👍👍👍👍👍
2023-03-08
0
Aisyah ais
next
2023-02-03
0