Raja Kampus
“Bik, saya titip anak saya ya.” ucap seorang pria menodongkan anaknya kepada pembantunya.
“Tapi tuan?”
“Saya percaya sama bibik. Bibik tenang saja, untuk rumah semuanya sudah saya sediakan dan saya akan meminta orang untuk menjaga keamanan bibik.”
********
“Renoo..!! Renoo!! Renoo!!” suara terikan pendukungnya dipinggir garis lapangan.
Bola kini tepat berada didepannya, dengan fokus dan sambil berdoa ia memantapkan hati untuk menendang bola didepannya daannnn…
“GOLLLL…!!!”
Skor 3 : 0 akhirnya berhasil tercipta didetik-detik terakhir. Semua anggotanya berlari senang menuju Reno dan memeluknya bangga. Reno memang tak terkalahkan dalam urusan permainan bola, tak salah pelatihnya memilih dirinya menjadi seorang pemimpin.
“Reno..!!” teriak maknya membuat Reno langsung keluar lapangan berlari pulang ke rumah. Ia tak lagi memperdulikan kemenangannya. Yang pasti ia tau kini maknya telah murka.
“Sudah berapa kali Mak bilang, kamu jangan main bola lagi.”
“Iya mak, Reno minta maaf. tapi ini terakhir kali kok. Reno janji.” ucapnya memelas.
“Dari kemarin kamu juga bilangnya gitu terus, tapi apa? Kamu juga langgar terus.”
“Sampai kapan sih mak mengurung Reno di dalam rumah terus. Keluar tidak boleh, bermain tidak boleh. Reno bosen Mak di rumah terus. Reno sudah besar. Reno pengen merasakan seperti yang lain rasakan. Sedari kecil Reno sudah patuhin mak.”
PLAAKK..!!
Sebuah tamparan melayang diwajah putihnya. Bukan rasa sakit karena ditampar yang Reno rasakan. Tapi sakit hati kepada maknya yang ia rasakan karena ini adalah tamparan pertama yang maknya berikan dalam seumur hidupnya.
“Kamu tau, di luar itu banyak bahaya yang mengintaimu! Kalo terjadi apa-apa sama kamu, Mak akan sangat sedih.”
“Bahaya apa mak? Mak jangan terlalu berlebihan. Buktinya sampai sekarang Reno baik dan aman-aman saja. Lagi pula kalo ada yang mau nyerang atau nyulik Reno apa untungnya bagi mereka?” ucapnya sambil tertawa “Reno anak orang biasa dan mak nggak ada utang, pacar Reno juga nggak punya. Kecuali kalo Reno ini orang terkenal atau anak orang yang berpengaruh. Baru pasti banyak yang mengincar Reno. Mak ada-ada aj. Udah Reno mau mandi. Bau asem.” Maknya hanya tertegun tak bisa berkata apa-apa.
Besok seharusnya hari bahagianya, di mana ia masuk ke perguruan tinggi impiannya, yakni Universitas Kebanggaan Bangsa. tapi apalah daya, maknya sudah tidak mengizinkannya. Palingan ia harus kembali mengurus domba. Domba oh domba..
Tak terasa ia tertidur pulas hingga terbit fajar matahari. Sebenernya ia malas harus bekerja ngurus domba, tapi Reno memaksakan dirinya untuk bangun dan mandi. Bagaimana pun ia tak boleh malas-malasan. Usai mandi ketika akan mengambil baju gantti ia dikejutkan oleh bajunya yang hanya tersisa beberapa pasang.
“Nih baju pada kemana ya? perasaan semalam masih banyak.” Reno keluar mencari Maknya “Mak..Mak.. baju Reno..”ia terkejut Maknya sedang menyetrika bajunya.
“Kamu cepet siap-siap gi, nanti keberu bis ke Jakarta berangkat.” ucap Maknya.
“Tunggu.. ini maksudnya.. Mak ngusir Reno atau gimana?” Ia masih takut kalo maknya ngusir dia gara-gara masalah kemarin. Sedangkan dirinya hanya punya Mak aja.
“Kamu boleh lanjutkan studi kamu. Mak tau kalo kamu keterima di Universitas Kebanggaan Bangsa.”
“Beneran Mak? Reno noleh kuliah?”
“Iya, tapi kamu harus janji, jangan pernah cari masalah sama orang-orang di sana. Dan ini ada uang sisa dari ayah kandungmu.” Maknya memberikan Reno segepok uang yang entah berapa jumlahnya “meski ayahmu tidak turung langsung untuk merawatmu, tapi beliau selalu mengirimi uang untuk kebutuhanmu sehari-hari.”
“Ayah kadung?”
“Iya, namanya Pak Daniel di dalam uang ini ada fotonya juga. Siapa tau kalo kamu ada apa-apa kamu bisa langsung menghubungi beliau.” Reno hanya menerima uangnya tanpa ada rasa keinginantahuan untuk melihat foto ayahnya.
“Iya Mak. sekali lagi terima kasih ya mak sudah mengizinkan Reno untuk kuliah. Reno janji akan sukses dan membelikan rumah yang besar buat emak. Tanpa harus bergantung lagi sama orang.” yang ia maksudkan adalah ayahnya sendiri.
“Hati-hati ya nak.. Doa mak selalu untukmu.”
*****
“Pagi my dad and nenek sihir…!!” Sapa Maya mencium papanya dan mengabaikan ibu tirinya.
“MAYA! Sekarang ini ibu kamu. Papa minta kamu panggil dia mama.” tegas Tuan Albert.
“Pa, Maya sarapan di kampus aja. Dahh..” Seperti biasa Maya selalu mengindari untuk sarapan pagi bersama karena pasti pembahasannya itu-itu saja.
“Oh ya.. dan Mama Maya cuman 1 dan nggak boleh ada yang menggantikan.” tegasnya sebelum benar-benar meninggalkan istana mewahnya.
“MAYA!”
“Udah mas, gapapa. Dia mau menyapa aja aku udah seneng meskipun dengan sebutan nenek sihir. Mungkin aku juga masih kurang pendekatan sama Maya.” Nyonya Albert di depan suaminya itu.
“Makasih yaa..”
Sampai di kampus Maya sudah disambut the genk sultan yang terdiri anak-anak orang terkaya di kampus ini.
“Uhuii.. ada yang lagi naik ojek nih.” ucap mereka.
“Makasih ya pak. Ini ambil aja uang kembaliannya.” Maya memberikan uang kertas merah kepada bapak ojeknya.
“Makasih neng.”
Maya tak menghiraukan ucapan dari teman-temannya itu yang selalu membedakan kasta. Ia langsung masuk ke gedung perkuliahan. Tapi sampai di pintu kelas ia terjatuh gara-gara kaki Jesika, salah satu cewek yang sangat membencinya.
“Jes.. lo apa-apaan sih?” Luna teman Maya tak terima.
“Temen lo yang harusnya kaca matanya lebih ditebelin lagi.”
“Udah Lun, yo balik ke bangku.” ajak Maya yang tak mau mencari keributan.
“Awas ya loh..!” ancam Luna.
“Awas apa? Lagian lo kok mau sih temenan sama si cupu itu.” mata Jesika menunjuk pada Maya.
“Lo aja yang nggak tau siapa Maya.”
“Gue tau kok, anak ojek online kan?”
“Jesika!” bentak Jesika.
“Lun, udah.. diam.. gue lagi malas nyari masalah.” Maya berusaha menenangkan temannya itu.
“Lo kenapa sih May, semenjak baru pulang dari Australia sikap dan penampilanlo berubah 180 derajat?” tanya Luna heran sama temannya itu.
“Gue malas aja sama orang yang nyari muka. Lebih damai ginian, toh kalo mereka nerocos tinggal tutup kuping aja.” jawabnya santai.
“Serah lo aja.” Luna nyerah berdebat sama Maya.
Tepat pukul 7 jam perkuliahan di mulai, satu per satu dosen mulai memasuki ruangan. Hari ini di kelas Maya dosennya Pak Dudung. Tapi sampai pukul 8 bapaknya belum datang juga.
“Pulang yuk.. paling juga bapaknya lupa. Biasa udah tua pikunnya lagi kumat.” ucap salah seorang temannya.
“Nggak mau, bapaknya galak.” jjawab yang lain.
“Halah cemen kalian, Yuk Vin balik.. gue laper mau ke kafe.” ucap dkk pada Vino.
“Gass…” Vino orangnya yang lebih mengutamakan yang enak ia gas-gas aja tanpa memperdulikan konsekuensinya. Urusan konsekuensi belakang lagi pula bapaknya juga orang kaya paling di sogok duit mulutnya langsung pada diem.
“Gas.. gas… apa!” baru saja kaki mau sampe pintu eh orang yang diomongin datang.
“Eh bapak? habis mules ya pak? kok bau toiletnya masih ke bawa.” Ledek Vino.
“Enak aja asal ngomong. Duduk ke bangku sekarang!” bentak Pak Dudung.
“Mau ke kamar mandi pak kebelet.” Vino tetap cari cara untuk keluar kelas.
“Alesan, duduk!” akhirnya Vino kembali ke tempat duduknya.
“Selama pagi anak-anak!”
“Pagi pak!”
“Hari ini saya cuman sebentar. Saya mau menyampaikan pengumuman kalo besok saya kaan melanjutkan studi di Hongkong.”
“Yeeiii….!!” sorak gembira seluruh isi kelas.
“Sutttt diam.. Selama bapak pergi, bapak akan bantu oleh asisten bapak. Pak Ardi silahkan masuk!” seorang cowok dengan pakaian rapi klimis kulit putih tinggi seperti seorang atlit, paket lengkap pokoknya masuk ke dalam kelas.
“Kenalkan ini Pak Ardi.”
“Halo pak, kalo boleh tau bapak udah punya pacar?” tanya jesika to the poin.
Ardi hanya tersenyum “Kenalkan nama saya Ardi Wijaya, kalian bisa panggil saya Pak Ardi. ucapnya dingin tapi tetap tampan dimata para cewek.
“May, kayaknya gue pernah lihat foto nih cowok di tempat lo. Lo kenal dia nggak May.” ucap Luna membangunkan Maya penasaran tapi gadis itu tetap saja tidur karena semalam ia hanya tidur 2 jam karena pesta.
“Ya sudah saya tinggal dulu ya.. Semoga bapak betah. Kalo bisa ngajarnya yang kereng pak, soalnya kalo nggak kereng mereka semua akan nglunjak. Biasa anak orang kaya.” bisik Pak Dudung.
“Aman pak.”
“Bapak belum jawab pertanyaan saya yang tadi loh.” tagih jesika.
“Oh yang masalah pacar itu ya. Sudah.”
“Yah..”
“Sekarang kita akan perkenalan satu-satu lebih dulu agar pembelajaran kita lebih enak jika dapat mengenal satu sama lain. Apalagi kalian juga baru semester 1. Sudah pada kenal belum satu sama lain?” ucap Ardi mencairkan suasana.
“Belomm.” Jawab mereka kompak.
“Ya udah kita mulai perkenalan dari sebelah kanan dulu. Sebutkan nama dan cita-cita. Ayo di mulai dari sekarang.” Ardi menunjuk mahasiswa berbaju kuning yang ada di sebelah pojok depan yang paling kanan.
“Haloo, nama saya Linggar saya ingin menjadi seorang miliader seperti ayah saya yang memiliki banyak perusahaan. Dan saya juga ingin membangun lapangan sepak bola termewah.” ucap Linggar.
“Wow.. tepuk tangan.” ucap Ardi tepuk tangan.
Tidak hanya linggar yang ggaya bicaranya terlalu berlebihan. hampir semuanya juga begitu memarkan kekayaandari orang tuanya. Tapi inilah tempat orang kaya, meski ia kaya tapi ia selalu didik untuk tidak memamerkan kekayaan, mandiri, dan pekerja keras.
“Perkenalkan bapak calon suami. Saya Jesika, cita-cita saya ingin membangun sebuah mall besar dan sekarang udah hampir selesai. Kalian jangan lupa datang ke Mall ku yaa dijamin bakal ada diskon gede-gede an. Tempatnya di Jalan Ahmad Yani no 19.”Jesika malah promosi “ Dan saya juga ingin membangun sekolah elit yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang kelas atas saja. Nggak kelas bawah.” kali ini ucapannya melirik pada Maya yang masih tidur.
“Huuu…!!” sorak beberapa mahasiswa yang tidak setuju khususnya kalangan sedang kebawah.
“Ayo kamu Vino.” ucap Ardi yang ingat nama cowok yang ditegur Pak Dudung.
“Hallo nama saya Vino, cita-cita saya ingin menghabiskan uang ayah saya.”
Sekarang giliran Maya, Luna udah berusaha membangunkan Maya tapi masih belum berhasil. Alhasil Ardi turun tangan sendiri membangunkan Maya dengan membisikkan sesuatu yang membuat seluruh isi kelas menatap penasaran kepada mereka berdua.
“Pergi ke Rumah Pohon yuk!” Seketika Maya terbangun dan langsung memeluk pria di depannya setelah tau siapa orang itu.
“Abanggg!! Maya kangen banget sama Abang.” ucap Maya spontan membuat syok seluruh cewek khususnya Jesika.
“Ekhem. May dilihat banyak temen kamu.” ucap Ardi.
“Jadi cewek kegatelan banget sih.” ucap Jesika iri.
“Iri banget sih lo. Bilang aja pengen meluk Pak Ardi juga.” sewot Luna.
Mendengar suara Luna, Maya langsung melepaskan pelukannya. Ia lupa kalo masih di kelas. “Pak?” tanyanya.
“Karena kamu sudah tidak sopan sama saya, kamu kenalan sambil berdiri di depan sekaligus biar nggak tidur lagi.” ucap Ardi berusaha untuk professional.
“Oh maaf pak. Saya ke bawa mimpi.” ucap Maya menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat sedikit lega hati para cewek.
“Perkenalkan saya Maya, saya ingin menjadi seorang seniman.”
“Kamu tetap di situ, dan jangan lupa sambil anggkat kaki dan jewer kedua telinga sampai jam pelajaran selesai.” Maya hanya nurut saja tapi dia sudah menyiapkan pembalasan untuk sepupunya yang brengsek satu ini.
Materi pagi ini hanya diisi perkenalan dan sedikit diskusi kecil. Mereka sangat senang meski ada beberapa yang belum menyukai Ardi. Gaya bicaranya pun seperti seorang teman. Meski taka da materi tak terasa 1 setengah jam sudah mereka lalui. Ia lupa kali ini sedang menghukum adeknya.
“Baik teman-teman. Terima kasih atas partisipasinya yang aktif, saya harap kita bisa menjadi teman dan jangan sungkan untuk bertanya jika mata kuliah saya yang kesulitan. Saya akhiri, selamat siang.” ucap Ardi sebelum ia keluar meninggalkan kelas dan tak lupa ia membisikan..
“Makanya jangan ngebo mulu haha..” pada Maya.
“Lun bantuin gue don!” Luna langsung membantu Maya berjalan karena kakinya sudah keram.
“Lagian lo, kenapa sih meluk-meluk Pak Ardi segala. Emang bener ya, lo kena sama Pak Ardi?” tanya Luna penasaran.
“Nanti gue ceritain. Tunggu aja pembalasan gue nanti di rumah.” ucap Maya.
“Rumah? Kalian Serumah?” Luna tak sengaja kelepasan hingga keras.
“Sut, jangan keras-keras. Udah yuk balik dulu.”
“Kalian bener serumah? Apa jangan lo yang pacar pak Ardi?”
“Bawel lo.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments