Bab 2

Ini pertama kalinya Reno menginjakkan kakinya di Jakarta. Sejujurnya ia bingung harus kemana dulu, mencari ayahnya atau langsung mencari kos di deket kampus? tapi ia tak kenal siapapun di sini. Alamat kampus ketinggalan di lemari.

“Mending gue beli hp dulu.” ucapnya mencari konter terdekat.

Selama 23 tahun ia tak memiliki hp, hidupnya penuh dengan mengurus domba. Sampainya di konter karena tak paham merek hp, ia minta penjaganya yang memilihkan.Tterserah yang penting harganya kurang dari 2 juta karena masih banyak keperluan yang harus ia beli untuk kebutuhan hidupnya di Jakarta.

“Ini Mas, harganya 1,7 juta. Mau?” ucap penjual itu sambil menunjukkan hpnya.

“Ya udah mas mau. Ini tapi tinggal pakai aja kan?”

“Iya. Sudah saya setting tadi.”

setelah memiliki hp, ia langsung mencari alamat kampusnya baru kemudian mencari kost dekat kampus. Meski ia tak paham merek hp tapi Reno paham cara memakainya karena sewaktu SMA gurunya sering minta tolong untuk searching di internet.

“Jalan Ahmad Yani no 17. Ini Ahmad Yani no 14. Lumayan lah. Mending sekarang gue ke kampus dulu.. eh jambrettt..!!” teriaknya ketika satu tasnya di bawa oleh pencuri. Reno langsung berlari kencang mengejar penjambret itu.. Warga yang mengetahuinya hanya diam saja tak peduli..

“Nah, terpojok juga kan lo.” ucapnya senang.

Tanpa sepatah kata, penjambret itu langsung menyerang Reno dan memulukul tubuhnya yang tinggi kekar. Reno hanya diam saja menunggu lawannya lelah baru dia akan beraksi. Setelah lengah, Reno langsung menarik tangan lawannya dan mematahkannya seketika. Ia masih baik hati tidak memisahkan tangan penjambret itu dari tubuhnya.

“Tunggu aja pembalasan gue.” ucap penjambret itu sambil kesakitan sebelum kabur.

“Oke. Gue tunggu.” ucapnya sambil mengambil tasnya.

Tak lama kemudian seorang warga datang menghampiri Reno dan menepuk pundaknya yang kekar “Mas orang baru ya?” tanyanya.

“Iya pak, saya baru aja sampai di Jakarta.”

“Kalo boleh saya saran, mending mas jangan berurusan sama penjambret atau preman disini. Mereka sangat brutal.” jelas bapak “Dulu ada yang pernah berurusan sama mereka, tapi pada akhirnya satu keluarga itu di bantai hingga mati.” lanjutnya.

“Serem juga ya pak.” ucap Reno

“Iya, makanya jangan berurusan sama mereka. Apalagi melawan mereka. Jumlah mereka sangat banyak. Ya udah, bapak tinggal dulu ya.”

“Makasih ya pak.” tak lupa Reno menguapkan terima kasih atas informasi yang diberikan.

Pantas saja tak ada satu pun warga yang ikut mengejar saat Reno berteriak jambret. Reno kira karena kekurangmanusiaan ternyata mereka takut. Sudahlah, yang penting kini tasnya sudah kembali.

***********

Di gedung kosong, banyak preman yang antri menyetorkan hasil kerja mereka sehari kepada bosnya. Ada yang sampe 1 juta, 5 ratus ribu, paling minim 100 ribu lah dan itu jarang dan rata-rata lebih dari 100 ribu. Hal ini dikarenakan ketenaran mereka membuat para warga sekitur takut dan itu sangat mempermudah bagi mereka ketika melakukan aksi. Jangankan warga, polisi saja tidak ada yang berani menangkap mereka.

“Maaf bos, hari ini cuman dapat 200 ribu.” ucap seorang anak kecil.

“Tumben, biasanya lo yang paling banyak di antara semuanya. Kenapa emang?” tanya bos preman yang dikenal dengan Bos Gondrong karena rambutnya yang gondrong.

“Target sekarang lebih berhati-hati bos, bahkan untuk mengelabuhi kita ada yang sengaja menaruh dompet tebal di celana. Tapi ternyata isinya cuman uang mainan.” jelas bocil itu membuat bos gondrong tertawa.

“Makanya, besok harus lebih cerdik lagi dari mereka.” ucapnya tak marah. Beruntung bocil itu kesayangannya bos gondrong karena dia yang selalu dapat banyak dan termuda diantara semua anak buahnya. Usianya 15 tahun.

“Siap bos, besok gue nggak akan ketipu lagi sama mereka.” ucapnya dengan semangat membara.

“Bagus. Ya udah sana makan!” perintahnya.

Jadi, preman di sana memiliki aturan sendiri. Siapa yang setor itu yang makan. Bagaimana kalo tidak setor atau tidak dapat uang? ya, mereka harus menahan lapar sampai keesokan harinya.

“Bos Gondrong!” Panggil seseorang dengan lari tertatih-tatih dari luar. Orang itu tak lain adalah orang yang dihajar Reno.

“Kenapa lo?” tanya Bos Gondrong santai.

“Ada anak baru yang berani sama kita bos. Dia yang buat gue pincang dan patah tulang.”ujarnya.

“Berikan gambaran wajahnya ke Jack, biar dia yang urus.” ucapBos Gondrong.

Selama ini masalah yang adu jotos, Jack yang membereskan semuanya sehingga Bos Gondrong tak perlu turun lapangan dan mengotori tangannya.. Tubuh jack yang besar, hitam, kepala botak, kumis tebal, dan penuh tato membuat orang yang melihtanya takut..

“Baik bos.”

“Sekarang mana setoran lo!” Bos Gondrong tak lupa meminta uang, ia tak peduli anak buahnya pulang babak belur, mau patah tangannya hingga putus lehernya kalo datang ke tempatnya harus bawa uang terserah berapa yang penting uang dan di atas 100 ribu.

“Anu bos… uang gue diambil sama orang tadi.” ia berusaha mencari alasan agar tidak dihukum.

“Gue nggak peduli alasan lo. Yang gue peduli mana uang lo!” Bentaknya, karena bos satu ini sangat tidak menyukai orang yang banyak alasan.

“Maaf bos, besok gue akan nyari lebih banyak lagi.” ucapnya.

“Ini sudah ketiga kalinya. Daripada lo disini hanya menjadi sampah. Lo milih bunuh diri atau jack bunuh?” tanyanya membuat pria itu menelan ludah. “Di sana ada tali yang menggantung.” tunjuk Bos Gondrong pada tali yang menggantung di atap.

Pria itu memilih untuk gantung diri dibanding harus dibunuh oleh jack. Ia naik ke atas kursi untuk mengikat tali di lehernya dan…

“Buang mayatnya di hutan!”

Yaps.. orang itu mati.. semua orang yang di sana sudah terbiasa dengan sesuasana seperti ini. Ada yang merasakan takut, merinding ingin kabur, tapi semua itu hampir mustahil bagi mereka. Mata-mata Bos Gondrong tersebar luas dan dalam waktu singkat mereka juga akan tertangkap lagi.

“Kalian tenang saja, selama kalian pulang bawa uang hidup kalian akan aman.” ucap Bos Gondrong khususnya ditujukan untuk orang-orang yang baru ia beli.

*********

Setelah muter-muter seharian, akhirnya Reno mendapatkan kos. Sebenernya harganya mahal untuk ukurannya sebagai orang desa padahal itu yang termurah dibanding yang lain. Fasilitas kasur, wifi, lemari, meja belajar, dapur dan kamar mandi luar. Meski tempatnya nggak ada estetiknya sama sekali setidaknya bersih dan nyaman untuk tidur.

“Baru ya bang?” sapa seorang penghuni baru saat Reno antri ke kamar mandi.

“Iya.”

“Kenalkan saya Bajra Sadana Adirajasa bisa di panggil Sada, mahasiswa prodi manajemen bisnis di Universitas Kebangsaan Bangsa dari Jawa Tengah-Rembang-Bitingan.” pria itu memperkenalkan diri.

“Reno.” balas Reno singkat.

“Alah, panggil aja cupu.” sahut temannya yang baru keluar dari kamar mandi.

“Apa sih nyahut-nyahut.”

Karena tubuh Reno yang sudah terasa lengket, masuk ke kamar mandi lebih dulu membiarkan Sada dan temannya adu mulut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!