Malamnya Reno tak bisa tidur karena suara bising di kamar sebelah. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi mencari udara malam. Ternyata Sada juga keluar dan kamar Sada tepat di depan kamar Reno.
“Nggak bisa tidur ya?” tanya Sada tapi Reno hanya acuh dan pergi meninggalkan Sada.
Meski begitu, Sada tetap jalan di belakang Reno sampai Reno berhenti di sebuah taman kecil dekat kos. Ia duduk di bangku berkarat di pinggir taman. Sada pun ikut duduk di samping Reno.
“Kamar sebelah emang ramai karaoke tiap malam.” ucap Sada seolah tau apa yang membuat Reno tidak bisa tidur “Tapi nggak ada yang berani menegurnya karena di senior di kos itu.” lanjutnya.
“Lo mahasiswa baru juga?” setelah lama berdiam Reno pun buka suara.
“Sebenernya tahun lalu, hanya mengulang.” jawabnya.
“Kenapa?”
“Karena tahun kemarin bapak sakit. Mau tak mau gue harus ulang dan menggantikan bapak bekerja.” Reno merasa kasian mendengar penjelasan Sada, dibalik sifatnya yang terus ngomong dia orang yang berbakti sama ortunya.
“Kenapa nggak lanjutkan bekerja sekalian memperbesar bisnis bapak lo?” tanya Reno.
“Ini aku masih meneruskan bisnis bapak berjualan bakso. Jadi pagi-sore kuliah malamnya jualan bakso “Anak Babe”. Bapak bercita-cita memiliki pabrik besar untuk baksonya.”
“Terus kenapa lo nggak jualan malam ini?”
“Lama-lama kamu kayak wartawan ya?” tanya Sada terkekeh.
“Kalo nggak mau jawab juga gapapa.” ucap Reno.
“Ya elah, bukan itu maksudku. Gerobakku lagi di benerin kemarin habis ketabrak mobil mahasiswa di kampus. Bukannya ganti rugi ehhh malah dia minta ganti rugi, alhasil aku yang harus ganti rugi kerusakan mobilnya. Mana besar pula biayanya. Kamu tau berapa?” Reno menggeleng “10 juta.”
“Gila.. bisa gue jual semua domba di kampung.” ucap Reno spontan.
“Makanya, setelah gerobakku bener aku harus bekerja keras ngumpulin duit. Kalo nggak..”
“Kalo nggak kenapa?”
“Kalo nggak, aku nggak akan bisa kuliah di sana lagi. Beasiswaku bakal ditarik karena pasti akan mengadukan ke bapaknya. Bapaknya itu orang yang memberikan beasiswa buat gue. Makanya, besok kalo kamu di kampus jangan mencari masalah sama anak orang kaya. Ribet urusannya. Apalagi di sana memiliki aturan siapa yang kaya dan kuat dia dialah raja kampus. Untuk detailnya besok deh aku ceritakan sama kenalkan siapa saja mereka pas waktu masuk perkuliahan.” Reno hanya tersenyum tipis, bayangannya tentang kenikmatan dan keindahan hidup di kota seolah hancur lebur.
“Udah yok balik, besok ada matkul pagi!” ajak Sada.
“Balik duluan aja.” Reno masih malas untuk balik karena percuma di kamarnya ia hanya akan mengumpat kamar sebelah.
“Nih kapas taruh di telinga biar nggak denger mereka karaokean. Soalnya besok kalo telat sedetik saja kamu nggak bakal di absen alias dianggap nggak hadir.” ucapan Sada membuat Reno menurutinya.
Paginya Sada dan Reno berangkat -30 menit untuk melihat-lihat kampusnya. Reno lebih fokus pada arsitektur kampus dan Sada lebih fokus pada setiap orang yang dilewatinya.
"Sada.. coba kau lihat cewek itu!" Sad menunjuk ke arah siswa cantik yang berjalan di lorong kampus. Rambutnya bergelombang, dres merah mudanya indah membentuk poster tubuhnya yang seksi.
"Namanya Karina bintang di kampus ini. Dia anak konglomerat yang menjadi investor terbesar di kampus ini." jelasnya.
"Oh." balas Reno tak tertarik sama sekali.
"Terus itu pacarnya, namanya Alvin. Dia anak pemilik kampus ini." tunjuk Sada pada cowok yang dihampiri Kirana "Selain anak dari pemilik kampus, pacar sang bintang, menjadi idola kampus, ia juga ketua dari Genk Serigala penguasa kampus." jelas Sada.
Sambil terus jalan Sada terus mengoceh menjalankan para mahasiswa terkenal yang ada di kampus. Reno hanya manggut-manggut saja tanpa menggubrisnya.
*******
"Kamu beneran nggak bareng Abang?" tanya Ardi.
"Nggak ah, nanti bisa-bisa jadi viral." ucap Maya.
"Terus kamu mau naik angkot?" Maya hanya mengacungkan jempolnya lalu ia pergi berjalan kaki menuju tempat pangkalan angkot.
Ardi yang melihatnya hanya menggeleng-geleng. Adiknya benar-benar berubah. Padahal dulu kalo tidak naik mobil ia tak akan berangkat sekolah. Alasannya pans lah, takut rambutnya rusak, dan sebagainya.
Tin... !! suara klakson mobil Ardi mengagetkan Maya.
"Udah siang May, kalo kamu naik angkot bakal telat." ucap Ardi.
Maya melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06.55 menit. Sedangkan dosennya pasti akan masuk 07.00 tepat.
"Sial." umpatnya "Abang duduk sebelah sana, biar aku aja yang nyetir."
"Nggak..nggak. Nanti kamu ngebut lagi." Ardi menolaknya.
"Nggak. Udah duduk sana." Maya melepaskan sabuk pengaman Ardi dan mendorongnya agar duduk di kursi sebelah.
Setelah masang sabuk pengamannya, ia langsung menancap gas tanpa menghiraukan Ardi sudah memakai sabuk pengamannya atu belum.
"May.. lol jangan gila. Nih jalanan rame banget loh.." ucap Ardi setengah merinding.
"Abang meragukan Maya?" tanyanya sabil menambah kecepatan gasnya.
"Mayyyy!!!" Ardi pada dasarnya orang yang kalem ia hanya bisa terus berteriak memanggil nama adiknya dan pasrah akan kerusakan mobilnya.
Tepat 5 menit, Maya berhasil memarkirkan mobil di parkiran tempat dosen "Bay, Maya tinggal dulu." ucapnya setelah cipika-cipiki abangnya.
Dengan terburu-buru, Ardi keluar mengecek keadaan mobil kesayangannya ini. Semua aman kecuali lecet sedikit di dekat lampu depan.
"Kurang ajar emang Maya, baru aja diservis kemarin udah harus servis lagi." gerutunya.
"Pagi Pak Ardi." sapa temannya.
"Pagi pak." Ardi berusaha menghilangkan badmood nya.
"Kenapa pak mobilnya?" tanya dosen itu yang melihat Ardi terus memandang lecet di mobilnya.
"Ini pak, tadi cuman kesenggol gerobak bakso dikit." jelasnya.
"Oalah tapi bapak tidak apa-apa kan?" Ardi hanya menggeleng dalam hati sambil berucap "Mau mati pak."
*********
Maya terus berlari menuju gedung perkuliahannya hingga tak sengaja menabrak cowok.
"Maaf.. maaf.." ucapnya tanpa melihat cowok itu lalu pergi.
Sampai di kelas ternyata masih belum ada dosennya. Dengan nafas tak beraturan, Maya melangkah perlahan menuju bangkunya.
"Tumben Lo telat May?" tanya Luna.
"Iya, bangun kesiangan. Tumben Pak Radit belum datang?"
"Nggak tau, tadi di chat pj juga masih centang 1." Jawab Luna.
Tak lama kemudian Ardi datang menginfokan di kelas Maya bahwa Pak Ardi tidak hadir karena istrinya sedang melahirkan. Sontak sekelas bersorak gembira. Sebelum pergi, Ardi tak lupa menatap tajam adiknya. Maya yang merasa hidupnya tak aman pura-pura tak melihatnya.
"Ke Mall yuk May!" ajak Luna.
"Boleh." ucap Maya.
"Hah, aku nggak salah denger?" tanya Jesika "Mending ke pasar aja lebih murah. Di mall barangnya mahal-mahal nanti takutnya uang kalian tidak cukup." lanjutnya.
"Yuk Lun!" Maya langsung menarik tangan Luna mengajaknya pergi sebelum terjadi pertengkaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments