My Twin Brother'S Ghost

My Twin Brother'S Ghost

1. New House

"Kamu lihat orang yang datang dengan mobil bagus tadi? Mereka akan mengadopsi salah satu dari kita," seru Faiz, memberitahukan pada adik-adiknya.

"Benarkah? Aku harap, kali ini giliranku. Aku ingin masuk ke keluarga kaya agar tidak lagi hidup susah," celetuk Ayu, bersemangat.

Rinna hanya diam, melirik keluar jendela dan memperhatikan dua orang suami-istri yang menuju gedung peristirahatan mereka.

Deg ....

Kedua manik mata Rinna berpapasan dengan wanita itu, wanita cantik yang langsung mengulum senyum cantik begitu melihatnya dari bawah.

"Dia cantik," gumam Rinna, kagum dengan wajah sang istri dari pasangan suami-istri itu.

"Hey, berbarislah. Ibu Tyas datang bersama dengan para tamu," ucap Azmar, lelaki berkulit coklat yang memiliki wajah manis dan perawakan dingin.

Ke-18 anak itu segera berlari ke dekat pintu, berbaris di depan pintu, menunggu kedatangan pengurus panti dan tamu yang di tungggu-tunggu oleh mereka dengan tak sabaran.

Bu Tyas tersenyum lembut melihat anak-anaknya sudah berbaris dan menatap kedatangan mereka dengan tatapan antusias.

"Apakah mereka anak-anak yang Ibu maksud?" tanya wanita cantik itu, menatap wajah anak-anak yang ada di sana dengan saksama.

"Iya, Bu. Betul sekali. Mereka sudah besar-besar. Yang paling kecil, hanya anak berusia 2 tahun, dan yang paling besar berusia 18 tahun," ucap Bu Tyas, memberitahukan.

Kedua suami istri itu tampak berunding dengan sesekali memantap ke arah mereka dengan saksama. Seakan tengah memilih dan berdiskusi tentang siapa yang akan mereka bawa pulang.

"Bisakah kita pergi ke kantor Ibu untuk berbicara?" tanya sang wanita, kepada Bu Tyas.

Bu Tyas mengangguk dan berjalan terlebih dahulu, membimbing mereka ke ruangannya.

18 anak itu menghela napas lega, menatap masing-masing dengan tatapan senang.

"Menurutmu, siapa yang akan mereka bawa?" tanya Dalia, gadis berusia 13 tahun dengan rambut kribo yang lebat dan gigi yang berlubang di bagian depannya.

"Entahlah, aku tidak tahu. Siapa pun yang akan di bawa oleh mereka, dia patut bersyukur," jawab Rinna, tampak acuh.

Tak lama kemudian Bu Tyas keluar dari ruangannya, menghampiri mereka dan menatap Rinna yang tengah berkumpul dengan anak-anak perempuan lainnya.

"Rinna, ikut dengan Ibu bertemu mereka, ya?" ucap Bu Tyas, dengan suara lembut dan tatapan teduhnya.

Semua anak di sana, langsung menatap Rinna dengan tatapan iri dan senang di saat bersamaan. Namun berbeda dengan Rinna yang malah merasa aneh dengan dirinya yang sudah di panggil oleh mereka.

"Kenapa aku, Bu? Bukannya masih ada yang lebih kecil dan pintar?" tanya Rinna, jujur. Karena dia tak berencana mendapatkan keluarga di panti asuhan ini.

Yang Rinna cita-citakan hanya keluar dengan tenang dan mencari kerja seperti seorang wanita keren lainnya.

"Hem, mungkin karena Rinna mencuri hati istrinya. Sudah, jangan banyak bicara dan ayo ikut masuk bersama Ibu."

Bu Tyas menarik tangan Rinna, membawanya masuk ke dalam ruangannya dan mempertemukannya dengan kedua pasangan muda itu.

Rina menatap keduanya beberapa saat, sebelum menundukkan kepalanya singkat, menyapa mereka dengan sopan. "Selamat siang, Tuan dan Nyonya. Nama saya Corrina Keyln. Anak-anak yang lain bisa memanggil saya dengan sebutan Rinna. Senang bertemu dengan kalian berdua."

"Ah, sopan sekali. Sepertinya kami tidak perlu banyak mempertimbangkan, Bu. Tolong siapkan dokumennya. Kami akan langsung membawanya hari ini juga!" ucap wanita itu, tampak senang.

Bu Tyas tersenyum, menatap Rinna dengan tatapan bangga. "Baik, Bu. Akan segera saya siapkan. Dan Rinna, kemasi barang-barang kamu dan kembali ke sini setelah kamu selesai, ya?"

Rinna hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan itu. Tentu saja setelah pamit pada kedua pasangan suami-istri tersebut.

Klap ....

Rinna menatap teman-temannya yang berdiri di luar pintu dengan tatapan buas. Buas akan berita yang akan dia sampaikan!

"Bagaimana? Kenapa kamu keluar begitu cepat?" tanya Dalia, menatap Rinna dengan tatapan setengah sedih, takut jika Rinna di tolak oleh mereka.

"Ah, aku di minta membereskan barang-barang. Aku akan ikut mereka hari ini," jelas Rinna, tanpa menunjukkan ekspresi senang atau sedih. Hanya wajah datar yang dia perlihatkan pada mereka.

Greb!

Beberapa anak yang dekat dengan Rina, langsung memeluknya sambil menangis.

Mereka mengucapkan selamat dengan ekspresi wajah iri yang terkesan bahagia.

"Kita tidak akan bertemu lagi, huhu ... jaga dirimu, ya?" ucap mereka, bersahut-sahutan.

Rinna hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam, balas memeluk mereka dengan mengumbar rindu sebelum kata "Ya" keluar dari mulutnya.

"Aku pasti akan merindukan kalian."

***

"Turunlah lebih dahulu dan ikut dengan Mama ke dalam. Ayah akan membawakan barang kamu ke dalam," ucap lelaki bernama Ezar, kepada Rinna.

Rinna yang duduk di kursi belakang, hanya menganggukkan kepalanya pelan dan berjalan keluar mobil di ikuti wanita bernama Maya, orang yang menyandang gelar istri Ezar sekaligus Mama baru Rinna.

"Ayo sayang, ada yang menunggu kita di dalam. Kamu pasti senang bertemu dengannya," ucap Maya, menggandeng masuk gadis berusia 16 tahun itu, tanpa canggung.

Rinna hanya tersenyum dan mengikuti ke mana langkah wanita itu pergi.

"Arta! Atha! Coba lihat siapa yang Mama bawa pulang!" teriak Maya, dengan suara lantang dan wajah ceria.

Dua anak lelaki keluar dari kamarnya, menatap Ibu mereka di depan pintu, menggandeng wanita asing berusia 1 tahun lebih muda darinya.

"Mama benar-benar mengadopsi seseorang?" tanya Arta, lelaki tampan yang tampak lemah dan pucat.

"Hahhh ... menyusahkan saja. Kenapa juga Mama membawa pulang anak perempuan? Aku tidak suka adik perempuan karena dia cerewet dan cengeng," celetuk Atha, lelaki berpenampilan mencolok yang sayangnya sangat cocok dan terlihat tak berlebihan untuknya.

"Apa-apaan kedua anak itu? Mereka sangat aneh," batin Rinna, memilih memalingkan wajahnya dan menatap sekeliling dengan tatapan takjub.

"Jangan begitu pada adik kalian! Mama tidak akan membawanya jika Mama bisa hamil anak perempuan. Ck, jangan menghina anggota keluarga yang aku bawa, anak sialan!" pekik Maya, membuat Rinna menoleh padanya dengan tatapan terkejut.

Rinna menatap Maya dengan tatapan terkejut. "Dia mengumpat? Di depan anak-anaknya?" batinnya, tak menyangka.

Maya yang menyadari tatapan Rinna, langsung menoleh padanya dan tersenyum masam. "Maaf, Mama tidak sengaja mengumpat karena terlalu kesal dengan kedua kakak lelakimu. Jangan di tiru ya?!" ucapnya, sambil membelai rambut Rinna penuh sayang.

Rinna pun mengulas senyuman lebar, menatap Maya dengan tatapan palsu yang tetap memabukkan. "Aku tahu, Ma. Jangan khawatir."

Maya mengangguk dan berjalan meninggalkannya. "Ini adalah kamarmu, Mama sudah mendekorasinya dengan–"

Rinna terpaku, telinganya tiba-tiba menjadi tuli. Tatapannya fokus menatap ke depan, menatap dua buah kaki yang menggantung di dalam ruangan, yang baru saja di buka oleh Maya.

"A-apa yang ada di dalam sana?" batin Rinna, gemetar takut.

Terpopuler

Comments

imah

imah

baru mampir kk

2023-02-10

1

Iin Suci Romita

Iin Suci Romita

awal yang seruuuh

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!