My BigBoss Mafia

My BigBoss Mafia

BAB 1. KECELAKAAN BESAR

Gabriel Kenzo, mengendarai mobilnya dengan sangat kencang. Dia sudah tidak peduli jika harus mati saat ini juga. Kepergian Ibundanya membuat pria itu sangat terpukul dan enggan untuk melanjutkan hidup.

Selama ini Sang Ibu satu-satunya orang yang dia percaya, satu-satunya wanita memperhatikannya dan juga menjadi penyemangat ketika Sang Ayah memaksanya untuk menjadi seorang Mafia sepertinya.

Sekarang, hidupnya sudah berubah. Ibunya sudah meninggalkannya sendirian. Tidak ada lagi orang yang akan memahaminya, Gabriel benar-benar terpuruk.

“Argh!” teriaknya sangat frustasi.

Gabriel kembali menginjak pedal gas nya lebih kuat. Mobilnya melaju tanpa rem, semua mobil yang dia lewati memilih untuk menyingkir dari pada harus bertabrakan dengannya.

Gabriel melakukan aksinya di Jalan Tol yang terkenal bebas tanpa hambatan. Namun bukan berarti disana tidak ada pengendara lain yang melewatinya.

“Mamah— hiks”

Airmata laki-laki itu mulai menetes deras, dia menangis sejadi-jadinya. Masih belum bisa menerima dengan apa yang terjadi.

“SIAL!!”

Gabriel membanting setirnya kearah kiri, ketika dia tidak menyadari jika ada sebuah Bus umum yang melaju pelan didepannya.

Mobil itu tidak sempat berhasil menghindari Bus. Body kirinya masih menyentuh badan Bus yang membuat keduanya sama-sama terbentur dengan keras.

Gabriel tidak lagi bisa mengingat apa yang terjadi setelahnya. Yang jelas, mobilnya mengalami perputaran hingga beberapa kali. Ketika dia membuka mata, hanya ada asap putih yang mengepul di depannya.

Dia merasakan sakit di seluruh tubuhnya, beberapa teriakan kesakitan bisa Gabriel dengar dari dalam Bus yang sudah ia tabrak.

“Uhuk! Uhuk!” darah segar keluar dari mulutnya.

Pria itu benar-benar kesakitan sekarang. Dalam benaknya terlintas, kenapa dia tidak mati sekalian. Kenapa Tuhan masih membuatnya merasakan rasa sakit ketika tulang rusuknya patah.

Kondisinya semakin dramatis ketika air hujan mulai turun. Asap yang mengepul dari mesin mobilnya, mulai mereda. Gabriel bisa melihat kondisi Bus yang juga terbalik, banyak orang-orang yang berhasil keluar dari dalamnya. Namun juga banyak orang masih terjebak didalamnya.

Setidaknya masih ada orang yang hidup. Gabriel kembali menutup matanya, menunggu hingga kematian benar-benar menjemputnya.

Gabriel terdiam beberapa saat, matanya kembali terbuka ketika dia mulai mendengar suara benda yang dipaksa untuk patah.

KRAK! KRAK!

“Hey! Apa kamu bisa mendengar ku? Tolong jawab!”

Apakah ini mimpi yang menjadi halusinasi Gabriel sebelum kematian datang. Dia seperti mendengar suara seorang perempuan.

Samar-sama Gabriel bisa melihat seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA tengah berusaha membuka pintu mobilnya. Gabriel tercenung beberapa saat, gadis itu berusaha menolongnya.

Dengan tangan kosong, gadis asing itu memukul-mukul kacanya yang sudah pecah. Wajah gadis itu sendiri penuh dengan luka, namun dia tidak menghiraukan luka yang dia alami sendiri.

“Kamu harus tetap sadar!!” teriak gadis itu.

Dia membantu Gabriel untuk tidak kehilangan kesadarannya, karena bisa saja Gabriel kehilangan nyawanya saat itu juga.

Melihat usaha gadis itu yang tidak main-main. Gabriel mulai meresponnya dengan sedikit bangkit dari posisinya.

“Bagus, tetap bangun. Aku akan mengeluarkan mu sebentar lagi, bertahanlah!” ujar gadis itu, tangannya terus mematahkan pecahan kaca yang sudah retak.

Gabriel melihat tangan gadis itu sudah penuh dengan luka gores, tapi dia tetap tidak mau berhenti. Sayangnya Gabriel sudah tidak mampu bersuara, dia benar-benar lemah akibat kehilangan banyak darah.

Gadis itu sudah berhasil menyingkirkan kaca-kaca yang menghalanginya, kini dia mengulurkan tangan untuk menggapai Gabriel.

“Kak! pegang tanganku dan keluarlah dari sana!” kata gadis itu dengan melambaikan tangannya.

Gabriel Joshua masih memandanginya, laki-laki itu masih sedikit ragu. Antara dia masih ingin melanjutkan hidupnya, atau dia ingin berhenti sekarang.

Wajahnya terlihat putus asa, tapi teriakan gadis itu seolah membuatnya sadar jika dia harus tetap keluar dari mobil ini.

“Ayo! Cepat keluar!”

GREP!

Gabriel berhasil menggenggam tangan gadis itu dengan kuat. Dengan perlahan, gadis itu menarik Gabriel merangkak keluar dari mobilnya yang terbalik.

Setelah membutuhkan usaha yang sangat keras, akhirnya Gabriel berhasil selamat dari ledakan mobilnya yang terjadi hanya selisih dua menit saja.

Gabriel jatuh ambruk di pinggir jalan bersama dengan gadis itu disebelahnya. Sejenak dia menatap gadis asing yang sudah mau berkorban nyawa untuknya.

Dari kepala gadis itu mengalir darah yang menutupi sebagian mukanya. Mereka berdua terluka di area yang sama.

“Bagus! Kamu harus hidup. Karena kamu harus menebus semuanya,” lirih gadis itu sembari menangis.

Entah alasan apa, gadis itu mulai terisak. Gabriel bisa mendengar dengan jelas suara tangisan gadis itu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Yang dia bisa lakukan hanyalah memandangi si gadis dengan penuh tanda tanya.

Rintik hujan jatuh di atas tubuh keduanya yang sama-sama lemah, hingga akhirnya para Polisi datang dan segera melarikan keduanya menuju ke Rumah Sakit.

...***...

Brak!!

“Gabriel! Dimana putraku? Dia harus tetap selamat!”

Tuan Bram Kenzo memasuki Rumah Sakit dengan perasaan yang penuh kekhawatiran. Beliau langsung terbang ke Indonesia setelah mendapat kabar jika putra semata wayangnya mengalami kecelakaan.

“Bos, tolong tenang. Gabriel baik-baik saja, dia sedang dirawat sekarang.” Kata Lucas coba menenangkannya.

Lucas adalah tangan kanan Bram dan Gabriel putranya, mereka masih memiliki hubungan kerabat. Dan juga, sebenarnya Lucas adalah orang yang mengetahui tentang depresi yang dialami oleh Gabriel.

“Gabriel tidak boleh mati! Dia harus tetap selamat, karena dia satu-satunya orang yang bisa melanjutkan bisnis ini!” tegas Tuan Bram, memiliki maksud tersembunyi.

“Aku tau, Bos.” Jawab Lucas seadanya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke ruangan Gabriel di rawat. Tanpa diketahui Bram, seorang gadis berjalan dengan sedikit sempoyongan. Di kepalanya terbalut sebuah perban, dia juga mengenakan seragam Rumah Sakit.

Wajah gadis itu tampak sangat frustasi, dia berjalan dengan tertatih-tatih menuju sebuah ruangan yang ada di sudut sana. Kantong matanya terlihat sembab, membuktikan jika dia sudah menangis semalam penuh.

“Nona Nabila!” seru seorang Perawat Rumah Sakit.

Gadis bernama Nabila itu menoleh, ternyata yang memanggilnya adalah Laura yang tidak lain adalah perawat yang kemarin membantunya. Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nabila yang masih bergeming.

Laura menghampiri Nabila, tanpa banyak bicara dia langsung memeluk gadis malang tersebut.

Seketika airmata Nabila langsung jatuh. Gadis itu masih diam dengan airmata yang terus mengalir dari kedua matanya.

“Saya turut berduka cita, Nona” Bisik Laura merasa yang merasa iba.

Seperti di tikam ribuan kali, Nabila jatuh terduduk dengan kaki yang lemas. Gadis SMU itu menangis tersedu-sedu, ia meratapi kepergian Ayahnya yang begitu mengenaskan.

“Nona, tenanglah. Kamu harus bisa bersabar, ini semua sudah terjadi. Kamu harus tetap semangat untuk Ayahmu!”

Laura berusaha membantu Nabila untuk tetap tegar. Gadis itu melepaskan pelukannya, dia menatap wajah Nabila yang tampak pucat. Tatapannya begitu kosong seperti tidak ada lagi niat melanjutkan hidup.

Begitu hancurkah dia?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!