5 tahun kemudian...
Dorr!! Dorr! Dorr!
Terjadi pembantaian di sebuah gudang dekat lada jagung. Tembakan bertubi-tubi terdengar sangat memekikkan telinga. Mereka yang menjadi korban adalah sepasang suami istri yang sudah tidak berdaya.
Bahkan sebelum di eksekusi, keduanya sudah menerima banyak siksaan terlebih dulu. Mulai dari cambukan, pemukulan dan juga tendangan di seluruh badan mereka, tanpa terkecuali.
Mereka dibiarkan sekarat dengan beberapa luka tembak di bagian tubuhnya. Keduanya bisa mati perlahan karena kehabisan darah. Sebelum akhirnya mereka di berondong peluru yang mencabik-cabik tubuh mereka.
Lebih kejamnya lagi, hal itu disaksikan langsung oleh putri tunggalnya yang masih berusia 18 tahun. Dia di ikat pada sebuah kursi dan dipaksa melihat orang tuanya di perlakukan dengan begitu sadis.
“AAARRRRRGGGGHHHHHHH!!”
Kaniya, nama gadis malang itu tidak bisa melakukan apa-apa. Yang bisa dia lakukan hanya memandangi kedua orang tuanya tewas dengan cara yang tragis.
Gadis malang itu berteriak meminta untuk para penjahat itu berhenti. Orang tuanya sudah meninggal, tapi mereka tetap menyiksanya.
“HENTIKANN!!”
Dia berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kakinya secara brutal. Namun tetap saja dia tidak bisa melepaskan diri, yang ada malah pergelangan tangannya terluka dan mengeluarkan darah.
Gelak tawa terdengar setelah kedua orang tuanya benar-benar terkapar tak bergerak.
Badannya gemetar dengan airmata yang mengalir tanpa suara isak. Ekspresi wajahnya benar-benar kosong, jiwanya hancur sampai dia merasa seperti sudah mati saat ini.
Entah apa kesalahan dari Ayah dan Ibunya, sampai mereka harus menerima perlakuan keji itu.
Kaniya hanya bisa menangis sejadi-jadinya, bahkan suaranya sudah berubah serak karena terus menjerit.
“Boss, apa sekalian kita bunuh saja anak ini?” tanya salah satu pria.
Pria paruh baya berpakaian rapi itu menghampiri Kaniya yang masih memberontak minta dilepaskan.
“Apa kau mau seperti mereka, sayang?” tanya pria tersebut.
Kaniya tak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Dia hanya menatap kosong kearah tubuh Ayah dan Ibunya.
“Mereka tampak sangat tenang sekarang. Bukankah seperti itu?!”
Mata Kaniya bergerak dengan cepat, kini sorot matanya tampak lebih tajam dari semula. Pria paruh baya itu menyadarinya, namun bukannya merasa iba dia justru tertawa dengan sangat puas.
“AKU AKAN MEMILIKI SEMUANYA!! HAHAHAHA” teriaknya dengan kesetanan.
Kaniya kembali meronta, bahkan sekarang lebih mirip seperti orang yang kerasukan.
“AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN!! AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN!!”
Kaniya berteriak dengan airmata yang terus mengalir, namun bibirnya tertawa dengan sangat lepas.
Ketiga pria dewasa lainnya itu hanya diam dan melihat Kaniya dengan pandangan kasihan. Sepertinya atasan mereka yang sebentar lagi datang, akan benar-benar membunuh remaja tak bersalah itu.
“Bos, apa kita buang saja dia ke laut?” usul salah satu anak buahnya.
Pria yang menjadi Bos nya itu tampak berpikir sejenak, dia kembali memperhatikan Kaniya yang sebenarnya sudah tidak berdaya. Kaki dan tangannya juga sudah terluka akibat goresan dari tali yang mengikatnya.
“Aku tidak berani memutuskannya, Tuan Joshua sendiri yang akan memutuskannya. Antara membunuhnya, atau melepaskannya!” lirih Eric dengan ekspresi murung.
“Tuan Kenzo datang, Bos!” kata salah satu anak buahnya.
Eric yang mendengarnya segera menyambut kedatangan Gabriel Kenzo. Disana, Gabriel turun dari mobil pribadinya. Beberapa bodyguard mengawal nya ditengah.
Walaupun Gabriel lebih muda darinya, namun Gabriel adalah pemegang kekuasaan tertinggi di aliansi ini.
“Eric, apa kau sudah selesai menghabisi keluarga itu?” tanya Gabriel sembari memakai sarung tangannya.
Gabriel melihat kondisi ruangan yang sudah penuh warna merah. Didepannya terdapat dua tubuh manusia yang sudah tidak bergerak. Dia tersenyum tipis, ternyata mereka sudah membunuhnya.
“Maaf Tuan, kami belum membunuh putrinya.”
“Kenapa?!” bentak Gabriel. “Kalian hanya membuang-buang waktu saja!”
Eric tampak ketakutan, mata Gabriel mendelik marah kearahnya. Laki-laki ini sangatlah menakutkan, bahkan untuk menatapnya saja Eric tidak berani.
“Menurut saya, gadis itu tidak bersalah. Jadi kami tidak bisa membunuhnya.” Ungkap Eric.
“Kau pikir siapa kau, hah?! Tau apa kau berani bicara seperti itu kepadaku!” maki Gabriel yang kesal.
Gabriel menoleh, dia melihat kondisi gadis itu yang sudah tidak berdaya.
“Apa, salah orang tuaku? Kenapa kalian membunuh mereka?” tanya Kaniya sembari menangis.
“Orang tuamu? Dia tidak membayar hutangnya, dan semua itu karena dirimu”
Tanpa diduga oleh semua orang, Gabriel mengambil alih pistol yang ada di tangan Eric. Tidak ada keraguan dalam dirinya, Gabriel mulai menarik pelatuk pistol mengarahkannya kerah Kaniya.
Dor!!!
Hanya perlu satu tembakan, gadis itu langsung ambruk dengan aliran darah yang mengalir dari perutnya. Eric benar-benar syok dengan hal itu, dia menoleh kearah Gabriel yang tetap berekspresi datar.
Laki-laki itu seperti tidak memiliki hati nurani sama sekali. Dia telah membunuh Kaniya yang tidak bersalah apa-apa. Setelah membunuhnya, Joshua langsung kembali ke mobilnya tanpa rasa bersalah.
“Hilangkan semua jejaknya, jangan sampai Polisi menemukan bukti!” ujar Gabriel sebelum pergi.
Semua orang mengangguk patuh, tidak ada yang berani membantahnya. Karena mereka tau, jika mereka berani membantah. Nasib mereka akan berakhir seperti Kaniya.
...***...
“Dasar manusia tidak tau diri, sudah tau tidak punya. Tapi berani berhutang dalam jumlah yang banyak. Sekarang, aku kehilangan banyak uang karena mereka” gerutu Gabriel yang masih kesal.
Keluarga yang dia bunuh adalah keluarga Edward, mereka berhutang hanya untuk mendaftarkan putrinya ke sebuah Universitas Tinggi di Jerman. Namun sayangnya, anaknya yang bodoh itu tetap tidak bisa diterima oleh pihak Kampus.
Alhasil mereka kehilangan semua uang mereka begitu saja. Dan mereka tidak bisa mengembalikan nya lagi kepada Joshua, karena tidak punya pilihan lain. Gabriel harus membunuh mereka demi menutupi sindikatnya.
Dia melepas sarung tangannya, kemudian mengambil ponselnya. Gabriel kembali berkutat dengan pekerjaan Kantornya.
Selain dia menjadi seorang Mafia, Gabriel juga memiliki bisnis yang melindungi nama besarnya. Dia membangun Perusahaan BEMZ Company yang berjalan di bidang pemasaran.
“Maaf Tuan, apa kita akan kembali ke rumah sekarang?” tanya sopir pribadinya, Simon.
Gabriel yang saat itu sedang asyik dengan Ponselnya, beralih memandangnya. Simon sendiri sangat takut dengan pandangan tajam Gabriel, dia terlihat semakin mengerikan setelah kematian Ayahnya satu tahun yang lalu.
“Nenek menghubungimu lagi?”
Simon hanya bisa menganggukkan kepalanya. Faktanya memang Nyonya Bram sudah berulang kali menghubunginya, agar membawakan cucunya ini kepadanya.
Gabriel mendesah pelan. “Sebenarnya apa mau Nenek, kenapa dia bersikeras ingin menjodohkan ku.”
“Maaf Tuan, jika saya sedikit lancang. Akan tetapi, Nyonya besar sangat mengharapkan kedatangan anda pada jamuan makan malam ini” tutur Simon memberi taunya.
“Baiklah kalau begitu, kita pulang sekarang” putus Gabriel pada akhirnya.
Simon mengangguk dan segera memutar kembali mobilnya. Gabriel mencari nomor Lucas dengan segera, dia pun menghubungi Paman sekaligus orang yang bisa dia percayai.
[Hallo, Boss? Ada yang bisa saya lakukan?]
Suara Lucas terdengar dari Ponselnya.
“Siapkan penerbangan besok hari untuk ke Indonesia!”
Setelah mengatakannya, Gabriel langsung memutus panggilan nya. Simon yang mendengarnya hanya bisa menghela napas pelan, dia tau jika Gabriel ingin menghindari perjodohan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments