Kepergianmu sudah cukup membuatku paham bahwa aku tak perlu lagi berharap terlalu tinggi. Aku bisa saja melupakanmu, tapi aku tidak mau. Sebab setelah kepergianmu, hanya kenangan yang tersisa. Biarkan ia tetap berada di tempatnya.
Saat cinta tak memberi arti lagi, hanya memberikan luka yang menyayat hati, seolah seperti malam hari, di mana hujan badai tak kunjung berhenti, namun semua ini harus kuhadapi karena perjalanan hidup itu tidak akan pernah berhenti.
Senja mengabaikan rasa sakit ditubuhnya karena tendangan Ayah Reno tadi. Rasa sakit itu tidaklah sesakit hatinya saat ini, ketika menyadari jika dirinya sendirian dalam menanggung semua yang telah dia lakukan dengan Langit.
Kembali Senja merangkak mendekati ayahnya dan bersimpuh di kaki pria itu. Senja masih berharap maaf dan belas kasihan dari laki-laki yang selama ini dia anggap ayah kandung.
"Ayah, maafkan aku! Aku janji tidak akan merepotkan Ayah dengan kehamilan aku ini. Aku bisa mencari nafkah sendiri. Biarkan aku di sini hingga anak dalam kandunganku ini lahir." Kembali Senja memohon pada pria yang dipanggilnya ayah itu.
"Pergi kau dari sini, sebelum aku makin emosi. Aku tidak mau jadi bahan gunjingan orang sekampung karena kau hamil di luar nikah!" ucap Ayah Reno dengan lantang.
Ayah Reno membuang semua isi lemari Senja. Begitu juga barang di atas meja belajar dijatuhkan semuanya. Foto dirinya dan Ibu jatuh ke lantai hingga kaca figur pecah berkeping-keping.
Air mata Senja makin deras turun membasahi pipinya. Dia mengumpulkan semua barang yang dibutuhkan. Saat berdiri ingin mengambil uang simpanan yang dia sembunyikan, kakinya menginjak kaca hingga berdarah. Namun, lagi-lagi Senja mengabaikan rasa sakit itu.
Dia melangkah dengan kaki yang terus mengeluarkan darah. Senja tetap berpamitan dengan ayahnya. Bagaimana pun pria itu yang telah membesarkan dirinya hingga seperti saat ini.
"Ayah, aku pamit. Semoga Ayah selalu sehat," ucap Senja. Dia mengulurkan tangan untuk bersalaman, tapi pria itu mengabaikannya.
Senja melangkahkan kakinya keluar dari rumah tempat di mana dia dibesarkan. Sebenarnya berat meninggalkan rumah yang penuh kenangan bersama ibunya itu.
Dengan langkah tertatih, Senja melangkahkan kakinya. Dia tidak tahu harus kemana membawa diri ini. Sepanjang perjalanan, air mata terus mengalir membasahi pipinya.
Awan hitam menutupi bintang-bintang. Langit tampak gelap, seperti hati Senja saat ini. Baru beberapa langkah, hujan deras turun membasahi bumi. Senja terus berjalan. Tidak peduli tubuhnya basah. Kakinya masih tetap mengeluarkan darah.
Hujan turunlah membasahi bumi, agar tidak ada yang tahu jika saat ini aku sedang menangis. Kepada langit mendung, aku meminta agar hujan segera memandikan jiwa-jiwa yang dirundung resah, menghanyutkan sampah-sampah di hati yang gundah. Hujan punya alasan kenapa ia jatuh, tapi aku tak mempunyai alasan mengapa hatiku jatuh kepadamu. Hingga aku menyerahkan segalanya padamu, Langit.
Saat hujan aku sangat merindukanmu dengan kesedihan. Hujan turun karena awan tidak bisa lagi menangani bebannya. Air mata jatuh karena hati tak mampu lagi menangani sakitnya. Aku suka momen saat hujan, itu mengingatkanku bahwa kadang-kadang dunia juga mengalami hari-hari yang menyedihkan.
Setelah cukup jauh melangkah, Senja merasakan kepalanya yang sangat pusing, hingga akhirnya dia jatuh pingsan.
***
Di rumah kediaman neneknya Langit, semua pekerja sedang sibuk menghubungi orang-orang kepercayaan orang tuanya. Saat ini nenek Langit sedang berada di ruang ICU.
Setelah mencoba beberapa nomor yang pernah diberikan Bu Renti, nenek Langit, akhirnya pekerja itu dapat tersambung dengan orang tuanya pria itu.
***
Dua hari kemudian,
Saat ini di rumah kediaman nenek Langit sedang ramai pera pelayat. Tadi pagi Bu Renti akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Langit dan kedua orang tuanya baru saja menginjakan kaki di desa tempat benaknya tinggal.
Langit tampak sedih atas kepergian neneknya. Hanya wanita tua itu yang memberikan perhatian lebih dengannya. Kedua orang tua Langit sibuk dengan bisnis mereka.
Saat menginjakan kaki di rumah itu, semua tampak telah bersiap akan ke kuburan. Langit memandangi satu persatu wajah para pelayat berharap di antara kerumunan orang-orang kampung terdapat Senja di sana.
"Kenapa Senja tidak tampak di antara para pelayat? Apakah dia belum mengetahui jika nenekku meninggal?" tanya Langit dalam hatinya.
Saat ini, jenazah nenek Langit akan segera di bawa ke pemakaman. Langit naik ke mobil ambulans di mana jenazah Bu Renti berada.
Langit ikut menguburkan neneknya. Masuk ke liang lahat. Setelah menurunkan tanah buat menutupi liang lahat, Langit dan kedua orang tuanya menaburkan bunga di atas pusara wanita tua itu.
Langit kembali mengedarkan pandangan, berharap ada Senja di antara para pelayat. Mami Angel yang memperhatikan putranya, menyadari pandangan Langit yang seolah mencari sesuatu. Dia mendekati Langit.
"Jangan melakukan sesuatu yang membuat kita malu. Fokuslah pada pemakaman. Apa yang kamu cari? Besok kita akan segera berangkat. Jangan membuat masalah!" ucap Mami Angel.
Langit memandangi wajah Maminya dengan penuh tanda tanya. Sejak kepergian dirinya dari desa ini, mengikuti orang tuanya, Langit merasa ada sesuatu yang disembunyikan kedua orang tuanya.
Di luar negeri sana, langkah Langit seolah diawasi. Dia tidak diizinkan menggunakan ponsel jika di luar rumah. Langit juga lupa nomor ponsel Senja sehingga tidak bisa mengabari kekasih hatinya itu.
Setelah acara penguburan selesai, seluruh pelayat satu persatu mulai meninggalkan kuburan. Tidak terlihat juga Senja di antara mereka.
Sampai kembali ke kediaman neneknya, Langit secara diam-diam keluar dan berjalan menuju rumah Senja. Beberapa kali di ketuk tidak ada sahutan.
Langit melihat tetangga Senja yang sedang mengambil pakaian terjemur lalu mendekati ibu-ibu itu.
"Selamat sore, Bu. Apa Ibu tahu kemana Senja? Dari tadi mengetuk pintu tidak ada sahutan."
"Nak Senja, kata ayahnya pergi merantau. Ibu juga tidak tahu kemana perginya," jawab ibu itu.
"Terima kasih, Bu. Aku pamit dulu. Jika Senja pulang, katakan Langit mencarinya."
"Baik, Nak."
Langit melangkahkan kakinya meninggalkan rumah kediaman Senja. Pupus sudah harapannya untuk bertemu wanita itu.
Bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta, namun ditakdirkan untuk tidak bersama? Tak pernah ada kata menyesal untuk mencintaimu. Namun, yang paling aku sesalkan adalah hubungan kita yang tak bisa dilanjutkan. Maaf ku pilih putus dan aku tak akan pernah melupakanmu karena kamu pernah menjadi orang yang mengisi hari-hari indahku.
Langit kembali ke kediaman neneknya. Dalam hatinya berpikir, mungkin hubungannya dengan Senja harus berakhir di sini. Mereka bertemu hanya untuk sementara.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sri Puryani
kenapa langit gk nyidam aja biar tau klo punya anak
2025-02-08
0
Jong Nyuk Tjen
laki2 mah gitu pemikirannya seperti langit krn enak d dia , ga enak d senja , menjadi pelajaran bt perempuan , jngan gampang percaya am mulut laki2.
2023-07-21
1
sherly
enak banget ya pikiranmu langit... situ enak senja yg merana..
2023-03-27
2