Ellia Im Sorry
Matahari masih belum menampakan diri dari peraduannya, saat ini masih pagi buta. Di dalam sebuah kamar penginapan sederhana dengan cahaya temaram, dua insan muda terlihat tidur dalam satu ranjang dan satu balutan selimut. Pakaian mereka berserakan di bawah lantai, raut lelah nampak di wajah keduanya.
Suara dering ponsel terdengar begitu nyaring mengusik tidur remaja pria berusia delapan belas tahun tersebut, tangannya meraba, meraih benda pipih yang berada di atas nakas. Sedangkan sang gadis masih terlelap dalam tidurnya, tidak terusik sama sekali.
"Hallo." Ucapnya tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
"Anders kau di mana? Mommy baru saja mendapat kabar kalau sakit Daddy mu kambuh."
Seketika mata hazel milik remaja itu melebar mendengar suara panik di balik ponselnya.
"Sakit Daddy kambuh? Lalu bagaimana keadaan Daddy, Mom?" Tanya Anders khawatir karena setahunya Daddy nya sedang berada di luar kota.
"Mommy tidak tahu. Belum ada kabar terbaru lagi yang Mommy terima. Lebih baik kau pulang sekarang. Mommy benar-benar mengkhawatirkan Daddy mu." Suara wanita itu terdengar bergetar menahan tangis.
"Iya Mom. Aku pulang sekarang." Anders menutup teleponnya.
Sejenak kemudian Anders tersadar, kalau dirinya berada di tempat asing.
"Di mana ini? Ini bukan kamarku." Gumam Anders, matanya menatap sekeliling. Kemudian berhenti pada sosok yang sedang tertidur di sampingnya. Anders memperhatikan wajah yang terlihat tidak asing itu, walau hanya dengan cahaya temaram ia masih bisa melihat cukup jelas wajah sang gadis.
"Ellia?!"
Ya gadis itu Ellia, teman satu sekolahnya!
Kenapa Ellia bisa bersamanya? Apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Ellia hingga berada di satu tempat tidur?
Pemuda itu berusaha mengingat apa yang telah terjadi semalam. Jantung Anders berdetak lebih cepat, sepasang matanya membulat saat kepingan kejadian semalam perlahan hadir.
Dirinya membantu Ellia saat Karen dan teman-temannya membuat gadis itu mabuk berat. Berniat mengantarkan Ellia pulang, tapi ia malah membawa Ellia ke penginapan dan.....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Elliana Scherie, seorang gadis muda yang awalnya merasa sangat beruntung karena mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan menengah atasnya di sekolah paling elite di kota tempat tinggalnya. Justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia terima. Hanya karena ia bukan dari keluarga berada serta berpenampilan culun dengan rambut panjang yang diikat dua dan kacamata tebal yang menghiasi wajahnya, Ellia malah menjadi bahan bullyan di sekolahnya.
Hampir tiap hari ada saja hinaan dan keisengan yang ia terima dari teman-teman di sekolahnya. Tapi yang lainnya seakan tutup mata akan apa yang di terima Ellia di sekolah itu, tidak ada yang peduli apalagi membelanya. Semua tak lepas karena pengaruh uang. Yang bisa Ellia lakukan hanyalah selalu bersabar, dan berharap semua akan cepat berlalu. Ia juga merahasiakan perlakuan yang diterimanya di sekolah dari ibunya.
Setelah tiga tahun, akhirnya Ellia mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Walaupun harus melewati semua itu dengan tidak mudah.
Hari ini sekolah mengadakan pesta perpisahan, Ellia sudah memutuskan untuk tidak datang ke acara tersebut. Untuk apa datang ke sana? Teman-temannya pun tak akan ada yang mengharapkan kehadirannya, dan yang ada ia hanya kembali menjadi bahan bullyan di pesta itu.
_
_
_
Semburat jingga sudah nampak di atas langit. Ellia sedang duduk bersantai di teras rumah sederhananya menikmati senja. Sambil melihat ijazah sekolah yang sudah ia terima pagi tadi, nilainya di atas rata-rata. Ellia merasa cukup puas dengan nilai yang ia dapatkan, dan ia ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Tapi sepertinya keadaan ekonomi keluarganya kurang mendukung keinginannya.
Ibunya yang sudah tidak muda lagi, tak sesehat dulu lagi. Tak mungkin untuk terus bekerja demi biaya kuliahnya. Sedangkan sang ayah sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Tak jarang Ellia meminta sang ibu untuk berhenti bekerja, biar dia saja yang bekerja paruh waktu, tapi ibunya selalu menolak dan mengatakan kalau pendidikan itu penting. Setidaknya sampai ia lulus sekolah menengah atas. Dan setelah ini Ellia sudah memutuskan akan bekerja saja, agar ibunya bisa bersantai menikmati masa tuanya.
Lamunan Ellia buyar ketika melihat sebuah mobil mewah masuk ke halaman rumahnya. Mata cokelat milik gadis itu menyipit melihat seseorang yang keluar dari mobil tersebut.
"Karen?" Gumamnya sambil berdiri dari duduknya.
Karen adalah teman sekelas Ellia yang hampir tiap hari menjahili dirinya. Karen terlihat menghampiri Ellia, di ikuti dengan ketiga temannya yang berjalan di belakangnya.
"Hai Ellia!" Sapa Karen dengan ramahnya, senyum manis tercetak jelas di bibirnya. Tidak jutek seperti hari-hari biasanya. Ellia mengerutkan keningnya. Sejak kapan Karen jadi ramah padanya?
"Em, hai..." Balas Ellia ragu.
"Ayo kita ke pesta!" Ajak Karen yang begitu semangat. Tapi Ellia malah tercengang mendengar ajakan Karen.
"Ke pesta?" Tanya Ellia heran, mata di balik lensa kacamata itu nampak mengerjap beberapa kali.
"Iya, pesta. Bukankah hari ini hari perpisahan sekolah kita? Kami sengaja datang kemari untuk menjemputmu." Celoteh Karen di iringi anggukan dari ketiga temannya yang berdiri di belakangannya. Lagi-lagi membuat Ellia tercengang.
"Ma... Maaf. Aku tak bisa pergi, Karen." Ellia mencoba menolak.
"Kami tidak menerima penolakan, Ellia. Cepat ganti bajumu." Tukas Linda, salah satu teman Karen.
"Ta... Tapi aku tidak..."
"Ellia, ada apa?" Tanya Ibu Ellia yang baru keluar dari kamarnya. Hari ini jatah liburnya, jadi Ibu Ellia tidak bekerja.
"Halo Tante, perkenalkan kami teman sekolah Ellia." Sapa Karen dengan ramah.
"Kami datang kemari untuk menjemput Ellia. Karena hari ini hari perpisahan sekolah kami, jadi sekolah kami mengadakan pesta. Dan semua murid di minta untuk hadir, termasuk Ellia." Jelas Karen lagi dengan sopan.
Ibu Ellia sejenak memandang Karen dan teman-temannya yang nampak berdandan sangat cantik dan elegan. Mereka pasti mengenakan gaun mahal dari rancangan designer terkenal.
"Ellia, apa kau akan pergi?'' Tanya wanita paruh baya itu menatap putri tunggalnya. Ellia menggeleng.
"Emm, Ellia tak ingin pergi, Bu..." Jawab Ellia pelan.
"Ellia, ayolah. Ini pesta terakhir kita bersama teman-teman yang lainnya. Dan kau wajib untuk ikut serta." Bujuk Karen sedikit memaksa.
"Ellia, pergilah..." Ujar Ibu Ellia sambil tersenyum lembut.
"Ibu, Ellia tidak ingin pergi..." Ulang Ellia.
Ellia memang tak pernah ikut serta jika sekolahnya itu mengadakan acara. Untuk apa hadir di sana? Yang ada dirinya hanya jadi bulan-bulanan teman-temannya saja di sana.
"Ellia, kau tak pernah ikut jika sekolah kita mengadakan acara. Dan sekarang, pesta terakhir pun kau tak ikut?" Tanya Karen dengan wajah memelas. Ellia sempat di buat bingung dengan perubahan sikap Karen padanya. Kenapa Karen tiba-tiba jadi ramah begini? Ke mana Karen si nona sombong dan arogan yang selalu menghinanya?
......................
Selamat datang di cerita baruku, semoga para readers suka 😁😁
JANGAN LUPA LIKE dan KOMEN UNTUK SUPPORT AUTHORNYA 😊
TERIMA KASIH 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Tiana
Anders kenapa bawa elia ke penginapan ?? dia masih polos
2023-03-02
0