"Ellia, kau tak pernah ikut jika sekolah kita mengadakan acara. Dan sekarang, pesta terakhir pun kau tak ikut?" Tanya Karen dengan wajah memelas. Ellia sempat di buat bingung dengan perubahan sikap Karen padanya. Kenapa Karen tiba-tiba jadi ramah begini? Ke mana Karen si nona sombong dan arogan yang selalu menghinanya?
"Ellia pergilah. Benar kata temanmu, selama ini kau tak pernah ikut acara sekolah. Apa salahnya jika sekarang kau pergi?" Ujar ibu Ellia lagi. Ellia terlihat bimbang. Ia tak ingin pergi tapi Ibunya mengizinkannya, apalagi Karen ikut memaksanya.
"Lihatkan? Ibumu bahkan sudah memberimu izin untuk pergi." Sahut Karen.
"Ayo cepat ganti bajumu." Karen menarik tangan Ellia masuk ke rumahnya sendiri. Mau tak mau Ellia menurutinya.
"Di mana kamarmu?" Tanya Karen sambil mengedarkan pandangannya.
"Rumahnya kecil sekali. Ini tak jauh beda dengan gudang di rumahku." Karen memaki dalam hati.
"Di sana." Jawab Ellia menunjuk sebuah pintu kayu berwarna putih.
Mereka berdua masuk kedalam kamar tersebut, Ellia mendudukkan tubuhnya di sisi tempat tidur. Sedangkan Karen membuka lemari dan mengacak-ngacak isinya tanpa meminta izin dulu dari pemiliknya. Ellia hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan Karen.
"Apa kau tak punya gaun pesta?" Tanya Karen setelah membuat isi lemari itu berantakan.
"Aku tidak punya gaun, lagipula aku tidak pernah ke pesta." Jawab Ellia apa adanya.
"Ck, kau ini." Decak Karen sambil memutar bola matanya. Ia kembali melihat-lihat tumpukan baju yang sudah acak-acakan tersebut.
"Nah, kau pakai ini saja!" Serunya ketika menemukan sebuah longdress kemeja dengan warna biru tua yang hampir memudar.
"Cepat pakai!" Perintah Karen sambil menyerahkan baju tersebut. Ellia memandang pakaian itu, pakaian itu sangat tidak cocok jika dipakai ke pesta. Itu hanyalah sebuah baju rumahan.
"Karen, tapi..."
"Cepatlah Ellia, acaranya sebentar lagi di mulai. Dan aku tidak ingin kita terlambat hanya gara-gara baju." Tukas Karen. Ellia membuang nafas berat, mau tak mau ia menerima longdress tersebut dan berjalan keluar kamar menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur untuk berganti baju. Sementara itu mata Karen mengedar mengelilingi kamar tersebut.
"Kamar tidurnya kecil sekali, tak ada kamar mandi di dalamnya. Dan lihatlah baju-bajunya yang ketinggalan jaman itu. Dia benar-benar gadis miskin dan culun." Maki Karen dalam hati.
Tak lama Ellia kembali ke kamarnya.
"Hei lihatlah, kau cantik sekali." Puji Karen ketika Ellia masuk kembali ke dalam kamarnya, berbanding terbalik dengan hatinya yang memaki penampilan Ellia.
"Hah, gadis culun ini benar-benar terlihat kampungan." Batin Karen.
Ellia menunduk melihat penampilannya. Tidak ada yang istimewa, sangat biasa sekali. Sudah pasti Karen berbohong.
"Ayo cepat, rapikan rambutmu." Perintah Karen lagi. Dan lagi, Ellia hanya menurut. Diikatnya rambut hitam legamnya, leher jenjang nan putih mulus nampak terlihat.
"Sudah tak perlu make-up. Kita berangkat sekarang, karena kita sudah hampir terlambat." Ajak Karen sambil menarik tangan Ellia. Lagi, Ellia hanya pasrah dan mengikuti langkah Karen.
Di depan teras terlihat Ibu Ellia sedang mengobrol dengan Linda dan juga yang lainnya.
"Ibu, Ellia pergi dulu. Ellia akan cepat kembali." Pamit Ellia.
"Iya, Nak. Kau baik-baik ya di sana." Pesan Ibunya.
"Tante, kami permisi dulu." Pamit Karen diikuti teman-temannya.
"Iya, hati-hati di jalan. Tante titip Ellia."
"Tante tenang saja, kami akan menjaga Ellia dengan sangat baik." Jawab Karen dengan senyum manisnya yang diiringi anggukkan oleh teman-temannya.
_
_
_
Perjalanan mereka di penuhi dengan obrolan antara Karen dan teman-temannya. Sedangkan Ellia hanya diam saja, sambil sesekali tersenyum menanggapi obrolan mereka yang membahas baju dan tas keluaran designer terbaru dan menjadi trend saat ini.
Ellia memandang dirinya sendiri yang nampak begitu berbeda. Mereka berdandan dengan full makeup dan gaun pesta yang mewah, sedangkan dirinya hanya memakai longdress kemeja yang berwarna pudar tanpa makeup apapun di wajahnya. Hanya kacamata tebal yang menghiasi wajah polosnya.
Ellia menghela napas panjang, ia mulai menyesali keputusannya menerima ajakan Karen. Seharusnya tadi ia bisa menolaknya dan tak ikut bersama mereka. Bagaimanapun level mereka jauh berbeda, dan itu membuatnya mulai merasa tak nyaman. Tapi tidak mungkin juga meminta pada Karen untuk putar balik dan kembali ke rumahnya. Bisa-bisa yang ada dirinya malah diturunkan di tengah jalan oleh karen.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit, mobil yang mereka tumpangi berhenti di salah satu hotel mewah berbintang, tempat pesta itu di adakan.
_
_
_
Suara gemerlap musik menyatu dengan cahaya redup di sebuah ballrom hotel menjadi saksi betapa bahagianya para remaja yang rata-rata berusia delapan belas tahun tersebut. Pesta yang sangat meriah. Tak heran, karena para siswa yang sekolah di sana bukan anak dari orang sembarangan. Sangat mudah bagi mereka untuk mengadakan pesta semacam itu.
Di sudut ruangan nampak beberapa gadis sedang berkumpul. Seorang di antara mereka nampak duduk di sebuah kursi, dan di kelilingi oleh gadis lain seusianya.
"Ayo cepat Ellia, minum ini!" Perintah Karen sambil menyerahkan segelas anggur pada Ellia.
"Aku tidak mau. Tolong jangan paksa aku." Tolak Ellia sambil menutup mulutnya.
"Aku tidak menerima penolakan! Kau pikir untuk apa aku dan teman-temanku mau repot-repot menjemputmu kalau bukan untuk menjadikanmu mainan kami malam ini?!" Ketus Karen diiringi senyum jahat di bibirnya.
Hilang sudah keramahan yang tadi di perlihatkannya saat menjemput Ellia tadi. Seperti inilah sikap asli Karen yang sebenarnya terhadap Ellia.
"Karen, aku mohon jangan. Lebih baik aku pulang saja." Pinta Ellia memelas. Baru saja dirinya akan bangkit, tapi teman-teman Karen yang lain langsung mencegahnya.
"Jangan berani untuk kabur, Ellia!" Seru Linda sambil menekan bahu Ellia.
Ellia menggelengkan kepalanya, kedua telapak tangannya masih menutupi mulutnya. Matanya berkeliling melihat sekitar, berharap ada yang mau menolongnya. Tapi sepertinya semua sia-sia, tidak ada seorang pun yang peduli padanya di tempat itu sama seperti saat dirinya di sekolah.
"Ayo cepat, paksa dia membuka mulut!" Perintah Karen lagi.
Teman-teman Karen yang berjumlah tiga orang itupun terus memaksa Ellia, memegangi tangannya dan wajahnya. Sampai akhirnya Elia menyerah. Ia tak memiliki tenaga lagi untuk melawan mereka.
"Hahahaha....!" Tawa Karen dan teman-temannya pecah ketika melihat Ellia terpaksa meminum segelas anggur tersebut.
"Bagaimana Ellia? Rasanya enak bukan?" Tanya Karen masih dengan tawa jahatnya.
Ellia hanya mampu menahan air matanya, merasakan rasa pahit dan panas yang seakan membakar kerongkongannya.
"Ini, kau harus meminumnya lagi!" Linda kembali menyodorkan paksa segelas anggur pada Ellia.
......................
JANGAN LUPA LIKE dan KOMEN UNTUK SUPPORT AUTHORNYA 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
tuh bener kan si Karen sm temennya punya niat jahat,,Allie di paksa minum minuman keras
2023-02-11
0
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
senyum penuh kepalsuan ntu si Karen sm temennya,,
2023-02-11
1