Begitu Ibunya pergi, Ellia segera mengunci pintu depan dan masuk ke dalam kamarnya.
Menangis sejadi-jadinya hanya itu yang bisa Ellia lakukan. Teringat saat ia akan pulang dari penginapan, bermaksud mencari informasi siapa yang sudah membawanya ke sana, tapi Ellia tak mendapatkan apapun. Tak ada seorang pun yang tahu siapa pria yang bersamanya malam itu, karena pria itu menggunakan tanda pengenal Ellia untuk memesan kamar di sana.
Hendak bertanya pada Karen? Yang ada ia akan menjadi bulan-bulanan wanita itu. Mengingat semalam Karen lah yang memaksanya untuk minum sampai ia mabuk.
"Siapa yang sudah melakukan ini padaku... Kenapa dia tega sekali menghancurkan masa depanku..."
Ellia terduduk di lantai kamarnya, menutup wajahnya dengan kedua lutut. Menangisi masa depannya telah hancur oleh lelaki yang bahkan ia tak tahu siapa.
"Aku akan melupakan semuanya... Aku akan menganggap yang terjadi semalam hanyalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang tidak perlu di ingat lagi." Tekat Ellia dalam hati.
_
_
_
Satu bulan berlalu, semuanya nampak baik-baik saja. Ellia menyimpan dengan rapat rahasianya. Tidak mengatakan pada siapapun tentang apa yang sudah terjadi pada dirinya malam itu, termasuk ibunya sendiri. Sejak itu pula ia tidak pernah bertemu dengan Karen lagi.
Kini Ellia bekerja di salah satu rumah makan, tempat ibunya bekerja dulu. Ibu Ellia tak lagi bekerja, karena di gantikan olehnya. Ellia selalu semangat dalam bekerja, karena baginya bekerja adalah hal menyenangkan dan juga menghasilkan uang. Dan yang terpenting ia merasa sebagai anak yang berguna.
"Ellia, tolong kau antarkan makanan ini ke meja nomor 6 ya." Pinta salah satu temannya yang bernama Wina ketika sudah selesai menata makanan di atas nampan.
"Baik." Jawab Ellia dengan semangat.
Ellia mengangkat nampan yang berisi dua piring makanan yang masih panas dan mengeluarkan uapnya tersebut. Namun mendadak Ellia merasa mual ketika aroma makanan itu menusuk hidungnya.
"Ada apa Ellia?" Tanya Wina.
Ellia menggeleng cepat. Ia meletakkan kembali makanan itu di atas meja, dan berlari kecil menuju toilet. Wina segera menyusulnya karena khawatir Ellia kenapa-kenapa.
"Ellia, kau kenapa? Apa kau sakit?" Tanya Wina, tapi Ellia tak menjawab. Ia langsung masuk ke toilet dan memuntahkan isi perutnya di dalam sana.
Tak lama pintu itu kembali terbuka. Wajah Ellia nampak pucat setelah keluar dari toilet, ia mengusap pelan mulutnya. Rasa mual itu masih saja terasa.
"Ellia, kau baik-baik saja?" Tanya Wina yang menunggunya di depan pintu, wanita itu terlihat cemas.
"Em, entahlah... Aku..." Belum sempat Ellia menjawab, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas tak bertenaga dan seketika Ellia terjatuh tak sadarkan diri.
"Ellia?! Kau kenapa?!" Wina berteriak panik, menarik perhatian beberapa pegawai di sana.
"Wina, ada apa? Kenapa berteriak? Ellia kenapa?" Tanya salah seorang temannya, ia terkejut melihat Ellia yang tergelatak di lantai.
"Ellia tiba-tiba pingsan. Ayo cepat bantu aku!"
_
_
_
Tangisan lirih itu masih terdengar, entah sudah berapa lama keduanya dalam posisi seperti itu. Ellia duduk bersimpuh di hadapan sang ibu. Wanita paruh baya itu benar-benar terkejut dengan apa yang sudah terjadi dengan anak perempuannya.
Ketika pingsan tadi, Ellia di bawa ke klinik yang berada di dekat rumah makan tempatnya bekerja. Dan Wina langsung menghubungi Ibu Ellia sebelum dokter selesai memeriksanya.
Ketika tiba di klinik betapa terkejutnya Ibu Ellia saat dokter mengatakan kalau Ellia sedang hamil, dan usia kandungnya sudah menginjak lima minggu.
"Ibu, maafkan Ellia...." Ucap gadis muda itu di iringi isak tangis.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya pada ibu?" Tanya Ibu Ellia dengan suara tercekat.
"Ellia takut, Ellia takut Ibu sedih dan kecewa. Dan Ellia juga tidak tahu, kalau kejadian malam itu membuat Ellia hamil..."
Tadi Ellia terpaksa menceritakan semuanya, semua yang terjadi pada malam itu setelah keduanya kembali dari klinik. Tentang dirinya yang di paksa mabuk oleh Karen dan juga di renggut kesuciannya oleh seseorang yang ia tidak tahu siapa.
"Maafkan Ibu, semua ini salah Ibu. Seandainya hari itu Ibu tak mengizinkanmu untuk pergi, semua ini tak akan terjadi..." Raut penyesalan nampak jelas di wajah ibu Ellia. Hatinya begitu hancur, mengetahui putri satu-satunya telah kehilangan kesuciannya dan kini tengah hamil tanpa tahu siapa ayah dari bayi yang di kandungnya.
"Tidak Ibu..." Ellia menggeleng.
"Semua bukan salah Ibu..." Ellia menggenggam erat jemari sang ibu.
"Ellia..." Ibu Ellia terlihat memegang dadanya yang mendadak terasa sesak.
"Ibu, Ibu kenapa?" Ellia panik saat melihat ibunya kesulitan bernafas.
"Ibu...!" Jerit Ellia, Ibu Ellia tak sadarkan diri.
_
_
_
Ellia menangis dalam gelapnya malam. Ibunya, satu-satunya keluarga yang di miliknya pergi meninggalkannya selama-lamanya.
Dokter mengatakan kalau Ibu Ellia terkena serangan jantung, dan sudah meninggal saat dalam perjalanan menuju klinik. Bagai petir di siang bolong Ellia mendengarnya. Ia menangis sejadi-jadinya di samping jasad sang ibu.
Dan ternyata penderitaan Ellia tidak hanya sampai di situ. Sekembalinya Ellia dari pemakaman, para tetangga yang mengetahui bahwa dirinya telah hamil sebelum menikah malah tega mengusirnya bahkan sebelum Ellia sampai di rumahnya.
Karena mereka menganggap Ellia adalah aib, dan bisa membuat lingkungan sekitar yang terkena karmanya. Padahal Ellia sudah mengatakan bahwa dirinya adalah korban pemerkosaan, tapi tak ada satupun dari mereka yang mau mendengarkan penjelasannya.
Mereka tetap mengusir Ellia, tanpa rasa kasihan sedikit pun dengan keadaannya yang tengah berduka dan hamil muda.
"Dasar perempuan murahan! Dari luarnya terlihat baik, tapi siapa sangka aslinya begitu murahan!"
"Baru saja lulus SMA, tapi sudah hamil. Mengaku sebagai korban pemerkosaan, kau fikir kami tidak tahu bagaimana kehidupan anak muda seusiamu di luar sana!"
"Pergi dari sini! Kami tidak mau lingkungan kami tercemar oleh wanita murahan sepertimu!"
"Kami juga tidak mau menganggung aib atas perbuatanmu itu, Ellia! Bisa-bisa kami yang kena imbasnya nanti!"
Ellia hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya mendengar berbagai tuduhan dan makian yang di layangkan padanya. Semua ini bukan salah dirinya sepenuhnya, tapi mereka begitu tega menghakiminya seperti itu. Terpaksa Ellia pergi dari rumahnya sendiri tanpa membawa bekal apapun.
Dengan langkah gontai Ellia menyusuri gelapnya malam. Air mata masih terus mengalir di wajahnya dan membasahi kacamatanya.
"Tuhan... Apa salahku? Kenapa aku harus kehilangan ibuku atas kesalahan orang yang bahkan tidak ku kenal? Dan kenapa juga harus aku yang menanggung semua ini?" Isaknya dalam tangis.
Ellia menjatuhkan tubuhnya di pinggir jembatan layang yang nampak sepi.
"Siapapun laki-laki itu, aku benar-benar membencimu! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
...****************...
JANGAN LUPA LIKE dan KOMEN UNTUK SUPPORT AUTHORNYA 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
ya ampun para tetangga yang minim akhlak,, bukannya di rangkul Ellia nya malah di usir,, padahal Ellia masih berduka
lagian juga bukan keinginan Ellia hamil diluar nikah,,dia aja kaga tau sapa yg udah perkosa n mpe hamil pula
2023-02-13
1
Amara Agustina
lanjut kak
2023-02-03
2