Ellia satu-satunya wanita yang tidak menarik di mata setiap siswa di sekolahnya, justru mampu membuat seorang Anders Calvert terlena.
Masih terus mencum-bu wanita yang di bawah kuasanya, Anders benar-benar di buat gila. Ellia hanya menggeliat sesekali karena serangan Anders, namun mampu membuat nafsu remaja itu memuncak.
Perlahan tangan Anders membuka kancing longdress yang dikenakan Ellia, pemuda itu menelan salivanya melihat pemandangan indah yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Anders kembali melanjutkan aksinya, menghujani tubuh yang setengah polos itu dengan kecupannya. Entah berapa banyak jejak yang dibuatnya. Pakaian yang membalut tubuh keduanya akhirnya terlepas seluruhnya. Tubuh Anders bahkan sudah berada di atas Ellia. Nafsu benar-benar menguasai Anders.
Anders memposisikan dirinya, hingga membuat Ellia mengejang karena terkejut.
"Sakit..." Lirih Ellia saat Anders mencoba memasukinya, namun mata gadis itu tetap terpejam.
Anders yang sudah di kuasai oleh nafsu tidak mempedulikannya, ia terus saja berusaha untuk melakukan apa yang ia inginkan.
"Akh!" Pekik Ellia saat Anders berhasil menembus dinding pertahanannya. Tanpa sadar gadis itu mencengkram kedua lengan pria yang berada diatasnya. Air mata Ellia mengalir, namun gadis itu masih belum tersadar. .
Kemudian Anders meneruskan tindakannya, memacu tubuhnya dengan cepat. Anders benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya. Sampai akhirnya mencapai puncak dan mengerang di atas tubuh Ellia.
Setelah mendapat pelepasannya, Anders perlahan bangun dari atas tubuh Ellia dan menjatuhkan tubuhnya di samping Ellia sambil berusaha menormalkan deru nafasnya. Anders sempat memandang Ellia sejenak sebelum akhirnya matanya terpejam, dan keduanya akhirnya terlelap karena kelelahan akibat kegiatan panas yang baru saja mereka lakukan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Wajah remaja itu memucat, menyadari apa yang sudah di lakukannya pada Ellia. Anders menggelengkan kepalanya, berusaha menampik kenyataan. Dilihatnya wajah Ellia yang nampak lelah, dan juga mata gadis itu yang terlihat sembab. Dengan tangan gemetar, disingkapnya selimut yang membalut tubuh keduanya. Nampak tubuh mereka yang sama-sama polos. Dan juga kedua lengan miliknya masih terlihat memerah bekas cengkraman Ellia semalam.
Dengan asal Anders memakai pakaiannya dan menuju kamar mandi.
Air shower membasahi tubuhnya, Anders memejamkan matanya. Tak henti-hentinya ia menyalahkan dirinya sendiri
"Bodoh kau, Anders!" Makinya penuh sesal.
"Kenapa kau tidak bisa menahan diri? Dan bisa-bisanya kau merusak masa depan seorang gadis." Anders terus-terusan menyalahi dirinya sendiri. Remaja bermata hazel itu memukul-mukul dinding kamar mandi, hingga jari-jari tangannya nampak terluka dan berdarah. Anders mengusap wajahnya, terlihat kepanikan di manik hazelnya.
"Apa yang harus ku lakukan? Apa aku jujur saja mengatakan yang sudah terjadi pada Ellia? Tapi Ellia pasti akan marah dan membenciku, keluargaku juga pasti akan kecewa berat.... Atau sebaiknya aku menutupi kenyataan ini selamanya? Tapi bagaimana dengan Ellia nanti?" Tanyanya dalam hati.
Sepasang netra hazel Anders kembali terpejam, sebelum akhirnya ia mengambil keputusan.
Anders keluar dari kamar mandi, secepat kilat ia memakai kembali pakaiannya. Lelaki itu menatap nanar pada sosok yang masih terlelap di atas tempat tidur.
"Ellia, i'm sorry..." Lirihnya sebelum meninggalkan gadis itu seorang diri.
_
_
_
Sinar mentari pagi menembus kaca jendela, membuat gadis belia itu terusik, terjaga dari tidurnya. Pemilik manik cokelat itu mengerjap perlahan.
"Di mana ini?" Gumam Ellia saat matanya terbuka sempurna, ia mengedarkan pandangannya. Tempat ini sangat asing baginya. Ellia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, ia kembali memejamkan matanya singkat. Namun nihil, gadis itu tidak bisa mengingat apapun.
Ellia baru akan beranjak duduk, tapi kemudian ia begitu terkejut saat menyadari tubuhnya dalam keadaan polos, hanya selembar selimut tipis yang menutupinya.
"Kenapa aku bisa telanjang?" Ellia bertanya dalam hati.
Ellia mencengkram erat selimut itu, matanya melebar menyadari sesuatu yang sudah terjadi pada dirinya semalam. Gadis itu menggeleng perlahan, wajahnya memucat, jantungnya berdetak cepat. Ellia beranjak duduk dan merasakan nyeri pada daerah kewanitaannya.
"Tidak mungkin..." Lirihnya. Disibaknya selimut yang mambalut tubuhnya polosnya. Terlihat ada bercak darah yang telah mengering di atas sprei. Ellia menutup mulutnya, tangisnya tertahan, dadanya terasa sesak mengetahui fakta dirinya telah kehilangan kesuciannya.
"Kenapa semua ini terjadi padaku? Siapa yang telah melakukan semua ini?"
Ellia kembali mencoba mengingat kejadian semalam, tapi yang ia ingat hanya sebatas ketika Karen dan teman-temannya memaksa untuk minum hingga dirinya mabuk. Dan setelah itu... Gelap, Ellia tak bisa mengingat apapun lagi.
Dengan langkah tertatih Ellia berjalan menuju kamar mandi.
Dalam guyuran air shower Ellia menangis, mencoba menghapus begitu banyak tanda merah yang melekat di tubuhnya. Ia merasa sangat jijik pada dirinya sendiri.
"Kenapa semua ini terjadi padaku? Siapa yang sudah melakukan ini padaku?!" Pekiknya.
"Apa salahku Tuhan? Apa salahku? Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan pada ibuku nanti?" Suara isak tangisnya memenuhi kamar mandi penginapan itu.
Sempat terlintas pikiran buruk untuk mengakhiri hidupnya, sebuah gunting kecil yang tak sengaja ia temukan sudah berada di tangannya. Namun Ellia teringat pada sosok ibunya. Ibunya yang tak lagi muda, sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya, siapa yang akan menjaganya kelak?
Ellia menjatuhkan gunting tersebut, diiringi tangis yang larut bersama air yang mengalir.
_
_
_
Dengan melangkah perlahan, Ellia memasuki halaman rumahnya. Rasa sakit itu masih saja terasa membuatnya kesulitan untuk berjalan.
"Ya Tuhan Ellia, kau dari mana saja Nak? Kenapa baru pulang sekarang?" Tanya Ibu Ellia begitu Ellia sampai di rumah. Sedari tadi wanita itu mondar-mandir di depan rumahnya menunggu kedatangan putrinya.
"Maafkan Ellia Ibu, semalam Ellia menginap di tempat Karen. Teman yang kemarin menjemput Ellia, karena sudah terlalu larut malam jadi Ellia tak berani pulang. Ellia juga tak bisa menghubungi Ibu karena ponsel Ellia tertinggal." Jawab Ellia sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya agar ibunya tidak tahu kalau ia sedang berbohong.
"Oh, semalam kau menginap di tempat temanmu?" Tanyanya memastikan. Ellia mengangguk.
"Iya, Bu." Jawab Ellia.
"Ibu hanya khawatir terjadi apa-apa denganmu, tapi kau baik-baik saja kan?" Tanyanya lagi.
"Ellia baik-baik saja, Ibu." Ellia menatap Ibunya sejenak sambil tersenyum tipis.
"Ya sudah kalau begitu, kau istirahat saja. Ibu mau berangkat kerja dulu. Baik-baik di rumah ya." Wanita paruh baya itu mengusap pelan rambut Ellia.
"Iya Bu, hati-hati di jalan." Ellia mengecup punggung tangan sang ibu, Ellia menatap nanar punggung ibunya yang menjauh.
Begitu Ibunya pergi, Ellia segera mengunci pintu depan dan masuk ke dalam kamarnya.
Menangis sejadi-jadinya hanya itu yang bisa Ellia lakukan. Teringat saat ia akan pulang dari penginapan, bermaksud mencari informasi siapa yang sudah membawanya ke sana, tapi Ellia tak mendapatkan apapun.
......................
JANGAN LUPA LIKE dan KOMEN UNTUK SUPPORT AUTHORNYA 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Amara Agustina
eliia yg malang
2023-02-03
3