Terselip Didua Hati
Sepasang manusia yang dipaksa menikah oleh kedua orang tua mereka kini baru saja masuk ke kamar yang sama.
"Nih, taruh sendiri baju-bajumu. Cari tempat yang kosong jangan letakkan bajumu berdekatan dengan bajuku apalagi satu tempat atau bertumpukkan." Jeff mendorong koper besar milik istrinya dengan kasar.
Rindu diam, entah tak ada jawaban, tak ada keberanian, atau memang ia sedang lelah untuk mendebat. Ia diam seribu bahasa seraya menyeret kopernya ke dekat lemari.
Rindu membuka semua pintu lemari besar itu. Terdapat lima pintu di sana. Dan semua sudah terisi dengan baju pria yang baru saja menjadi suami karena perjodohan.
Karena ada satu ruang yang tidak terisi penuh akhirnya Rindu memindahkan beberapa baju Jeff ke ruang yang lain agar menjadi satu tempat.
Jeef yang baru saja keluar kamar mandi terbelalak melihat Rindu dengan lancang memindahkan beberapa pakaiannya.
"Heh, lepaskan! Siapa suruh kau memindahkan bajuku." Jeff merebut pakaian yang berada di tangan istrinya.
"Di ruang yang ini bajumu tidak penuh, makanya aku pindah agar aku bisa meletakkan bajuku di sini. Kalau nggak mau aku pindahin, ya artinya baju ini akan satu ruang dengan bajuku. Tadi yang bilang nggak mau satu ruang sama bajuku siapa?"
Jeff hendak menjawab ucapan Rindu, namun dering ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur membuat perhatiannya teralihkan ke benda pipih itu.
Ratu?
Jeff beringsut ke balkon. Ia menantang angin malam agar pembicaraannya dengan sang kekasih tidak terdengar oleh istrinya yang sebenarnya tak masalah juga jika wanita yang baru dua puluh dua tahun itu mendengarnya.
"Nggak, siapa yang sentuh dia, sih? Kamu tahu aku nggak kenal sama dia. Kamu tahu aku, cinta aku cuman buat kamu, kasih aku kepercayaan dong, Sayang."
"Udah nangisnya, aku nggak bisa ke sana. Kan nggak lucu kalau aku keluar rumah habis nikah. Ketahuan sama Mama, Papa gimana? Iya janji besok kita habiskan waktu seharian."
Jeff mendengus kesal. Ia sangat benci hari ini. Hari di mana semua kebebasannya berakhir dan hubungannya dengan sang kekasih yang sudah ia pacari lima tahun harus ia jalani dengan sembunyi-sembunyi.
Pernikahan yang terjadi hari ini bukanlah pernikahan yang ia mau. Ia rela melakukan dan mengambil keputusan besar ini hanya karena satu hal.
Jeff kembali ke kamar setelah perbincangan itu usai beberapa menit yang lalu. Melihat Rindu yang sedang berkemas dengan wajah polosnya terkadang mengundang rasa kasihan jika ia harus menyakiti hatinya baik dengan kata-kata atau tindakan. Biar bagaimanapun, ia juga terpaksa menerima perjodohan ini.
Apaan, sih Jeff! Nggak lucu lo kasihan sama dia. Yang ada diri lo sendiri yang harus dikasihani. Banyak yang lo korbankan buat mempertahankan hak yang seharusnya jadi milik lo.
Jeff membawa langkahnya ke dalam kamar. Kakinya ia bawa ke ranjang, bukan untuk tidur, tapi untuk memindahkan satu bantal ke atas sofa.
"Ini adalah tempat tidurmu, jangan sekali-kali kau berani membawa tubuhmu ke ranjang ku." Tatapan yang diberikan Jeff sungguh mematikan. Bahkan nyamuk yang hendak melewati wajahnya saja sampai putar arah karena tatapan pria yang di juluki anak Sultan itu.
Rindu menoleh ke sumber suara. Sama seperti nasib nyamuk tadi, ia hendak menjawab ucapannya, namun tatapan yang Jeff lempar seakan bekerja seperti santet yang bisa membunuh tanpa menyentuh. Dan akhirnya ia memilih diam dan berjalan menuju sofa.
Dan akhirnya malam itu habis dengan sendirinya karena mereka yang sama-sama terlelap dibuai dan dibelai mimpi.
Rindu bangun dengan tubuh yang terasa pegal. Sofa kecil itu sungguh menyakiti tubuhnya yang mulus dan mungil. Ia merenggangkan sedikit otot-otot yang terasa kaku, dan di saat bersamaan telepon yang berada di meja dekat ranjang suaminya meronta ingin diperhatikan. Takut ada yang penting, ia menghampiri benda tipis itu.
"Ratuku?"
Lama Rindu membawa ponsel suaminya, Hingga akhirnya sebuah tangan merebut ponsel itu dan membuatnya terkejut. Karena terkejutnya itu ia hampir melempar benda yang bisa jadi sangat berguna bagi suaminya.
"Jangan lancang!"
Jeff menyibak selimut yang menutupi kakinya dan bangkit dari ranjang. Namun sianya, kakinya sedikit tersangkut di selimut dan membuatnya tersungkur ke lantai, bukan-bukan, bukan ke lantai, lebih tepatnya jatuh tepat di atas wanita yang ia benci namun ia nikahi.
Tinggal satu gerakan lagi, satu saja gerakan di kepala Jeff, maka kedua bibir yang semalam digunakan untuk adu mulut mendarat dengan sempurna di bibir tebal Rindu. Sudah seperti sinetron atau serial drama, di saat moment seperti itu pasti mereka akan saling tatap dalam diam dan seakan telinga mereka terdengar lantunan lagu yang begitu mendayu-dayu.
Berada sedekat ini dengan seorang laki-laki membuat Rindu merasakan jantung yang terasa ingin melompat dari tempatnya.
Tampan.
Itulah satu kata dan pikiran yang saat ini menguasai kepala Rindu. Ia baru mengenal Jeff beberapa bulan yang lalu. Baginya ia adalah pria yang biasa saja, bahkan cenderung galak dan tua, tapi entah kenapa berada di dekatnya dengan jarak sedekat ini, Rindu seperti melihat sisi lain di diri suaminya.
"Jauhkan tubuhmu dari tubuhku atau nanti kita akan melakukan yang seharusnya kita lakukan semalam."
Jeff seketika gelagapan. Ia bangkit dari tengkurapnya dan membersihkan pakaiannya untuk menutupi kegugupannya.
"Halo, Jeff. Kamu habis ngapain sih?"
Ternyata kesialan yang dialami Jeff tidak berhenti di situ. Ponsel yang sudah ia genggam sebelum terjatuh ternyata tak sengaja tergeser dan menerima panggilan dari sang kekasih.
"Ha? Nggak sayang aku... aku tadi nggak sengaja tersandung dan dia hanya menolongku itu saja kok." Jeff melangkah menjauhi Rindu.
"Ribut nggak tuh." Rindu cekikikan seraya berjalan ke kamar mandi.
Sementara di balkon, Jeff sedang pusing dengan kekasihnya yang sedang merajuk.
"Ah sialan, ini semua gara-gara Rindu."
Jeff tergesa-gesa berjalan keluar kamar, pria itu hendak ke apartemen kekasihnya. Kecintaannya terhadap Ratu tidak perlu diragukan lagi bagi siapa pun yang mengenal mereka.
"Jeff mau ke mana pagi-pagi begini? Bahkan kamu belum cuci muka udah keluar rumah?" Bu Merlin yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah terkejut dengan langkah sang anak yang berjalan dengan tergesa-gesa.
"Eee. Itu Ma.. Eee Rindu pengen bubur ayam. Iya Rindu ingin bubur ayam, makanya aku tergesa-gesa untuk membelikan makanan itu untuknya."
"Bubur ayam?" ulang Bu Merlin mengerutkan dahi.
"Iya. Aku pergi dulu, ya Ma. Kasihan dia nanti nunggu lama." Jeff kali ini bukan lagi tergesa-gesa, tapi ia sudah mengajak kakinya untuk berlari. Ia menunggangi motor sang adik agar bisa sampai di apartemen Ratu lebih cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments