Jeon mengangguk. "Aku akan rahasikan ini. Mungkin kita baru kenal, tapi kamu kalau ada apa-apa boleh cerita ke aku. Sekuat apa pun seorang manusia, kita tetaplah manusia yang pasti akan ada titik di mana kita butuh teman atau hanya butuh telinga hanya untuk mendengarkan keluh kesah kita. Selama kamu di sini jadikan aku temanmu."
Rindu tersenyum simpul. "Terima kasih, Je. Kamu mau kuliah? Ya udah sana gih berangkat, nanti telat!"
"Iya, nitip Mama, ya."
Rindu hanya mengangguk pelan. Ia menatap kepergian Jeon dengan tas punggungnya. Ia berpikir dalam hati kenapa wajah Jeon sangat berbeda dari kedua orang tuanya mau pun kakaknya? Sama sekali tidak ada kemiripan barang seujung kulit pun. Kulit Jeon cenderung lebih putih dibandingkan dengan kedua orang tuanya ataupun Jeff. Dari segi wajah dan bentuk lainnya juga tidak ada warisan dari kedua kedua orang tuanya.
***
Jeff tak langsung kantor, ia melipir ke apartemen Ratu terlebih dahulu. Sungguh kali ini ia tidak tenang dengan merajuknya Ratu. Jika biasanya ia sabar menunggu beberapa hari, entah kenapa kali ini ia tidak mau sabar.
Saat ia baru saja turun dari mobil. Tampak Ratu yang sedang berjalan di luar apartemennya. Bukankah ini momen yang pas?
"Sayang, kamu ada pemotretan? Aku antar."
Ratu terdiam sejenak. Ia mengamati Jeff dari atas hingga bawah. Pakaian kerjanya mungkin membuatnya bertanya-tanya. Bukankah tidak ada manusia yang langsung bekerja sehari setelah menikah?
"Nggak usah. Aku bisa berangkat sendiri."
"Sayang, udah dong marahnya. Kamu tahu aku nggak bisa kamu giniin. Please udah, ya. Kita shopping mau? Atau liburan?"
Mendengar kata shopping mana ada wanita yang menolak? Semarah apa pun mereka, ada beberapa wanita yang mendadak lupa dengan amarahnya hanya mendengar ajakan shopping.
"Nanti jam istirahat temui aku di tempat biasa. Aku ada pemotretan di sana. Aku mau berangkat sendiri aja." Ratu kembali berjalan.
"Jangan naik mobil. Naik taksi aja, nanti aku antar pulangnya. Aku pesankan taksi online."
Baru saja meraih ponselnya di saku. Ponsel yang sejak tadi hening tiba-tiba berdering saat berada di tangan Jeff. Ia melirik kekasihnya yang ternyata juga menatap dirinya.
"Papa, aku angkat sebentar, ya. Kamu bisa naik ke mobil kalau kamu berubah pikiran." Jeff sedikit menjauh dari kekasihnya.
Setelah menemukan tempat yang dirasa aman, Jeff menggeser tombol penerima panggilan.
"Iya, Pa? Ada apa?"
"Ada apa kamu bilang? Pulang kamu sekarang!"
Pulang? Papa tahu aku ngak di rumah? Ini pasti kerjaan Rindu. Dia ngadu sama Papa. Wanita tidak tahu diuntung.
"Aku mau ke kantor sebentar."
"Nggak ada alasan untuk kamu datang ke kantor. Jangan buat Papa kembali murka sama tingkah kamu, ya Jeff."
"Iya, aku pulang."
Jeff kembali ke mobil dengan bersungut-sungut. Gagal sudah rencananya untuk menghabiskan waktu dengan Ratu. Ia sudah berceloteh dalam hati akan memberi pelajaran pada istrinya itu.
"Sayang, maaf..."
"Udah nggak usah dilanjutin. Aku ngerti kok kamu pasti udah ditelepon sama istrimu itu, kan? Disuruh pulang, kan kamu." Ratu membuang muka dan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Tadi Papa yang telepon, bukan Rindu. Udah marahnya. Kan tadi udah aku bilang kalau Papa yang telepon. Udah yuk, aku antar ke lokasi, ya. Jangan marah, nggak usah pesan taksi."
Jeff hendak menggeret kekasihnya itu ke dalam mobil, namun di saat yang bersamaan, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan mereka.
"Dengan mbak Ratu?" Seorang pria bertanya setelah membuka kaca jendelanya.
"Iya, saya sendiri, Pak." Ratu melepas paksa pegangan tangan Jeff yang masih terpaut di pergelangan tangannya. Namun rupanya, Jeff menggenggam tangan Ratu dengan tenaganya.
"Lepas, Jeff! Aku terlambat!"
Dengan kuat Ratu mendorong dada Jeff hingga pria itu sedikit memundurkan langkahnya karena tak bisa menahan tubuhnya dari serangan mendadak. Karena pergerakannya itu, Jeff sedikit lengah dan akhirnya genggamannya terlepas. Dan Ratu akhirnya terbebas dari cengkraman kekasihnya.
Jeff hanya mematung melihat Ratu yang masuk ke dalam mobil dan berlalu begitu saja. Meskipun ia ingin mencegah, ia harus bisa menahan dirinya untuk tidak terlihat menjadi budak cinta Ratu di depan orang. Ia harus tetap menjaga harga dirinya agar tidak terluka, meskipun sebenarnya ia dalam hati begitu meronta ingin membujuknya.
Teringat dengan apa yang membuat pertengkarannya semakin rumit, ia segera kembali untuk pulang ke rumah dan memberikan pelajaran berharga bagi Rindu. Di saat emosinya sedang di ubun-ubun, ia teringat dengan sesuatu yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari sebelum menikah. Ia sudah pernah menunjukkannya pada Rindu, namun wanita itu enggan untuk menyetujuinya, dan sekarang Jeff harus benar-benar membuat istrinya menyepakati apa yang sudah ia buat.
***
"Rin, ke mana Jeff? Mama nggak lihat dia setelah dia pergi pagi-pagi buta tadi." Bu Merlin mendatangi menantunya yang sedang duduk sendirian di depan televisi.
"Pergi ke kantor, Ma. Katanya ada urusan sebentar tadi." Rindu sedikit gugup dan gelagapan menjawab pertanyaan Ibu mertuanya.
"Ke kantor?" Bu Merlin tanpa sadar sedikit memekik. "Kamu nggak lagi berantem sama Jeff, kan? Hubungan kalian baik-baik saja, kan? Maksudnya Mama, nggak ada masalah?" Mengingat tadi Jeff berbohong membuat Bu Merlin sedikit was-was.
"Nggak, nggak ada masalah apa-apa kok, Ma. Kami baik-baik saja. Katanya tadi hanya sebentar."
Bu Merlin hanya mengangguk meski tidak yakin dengan jawaban menantunya.
Tak berselang lama, pria yang dibicarakan menampakan batang hidungnya.
"Rin, ikut aku ke kamar yuk!" Rindu hanya mengangguk patuh meski dalam hati ia merasakan jantungnya tiba-tiba jumpalitan.
Bagaimana tidak? Sebelum berangkat ke kantor tadi, ia dan suaminya bertengkar hebat dan sekarang tiba-tiba pria itu mengajaknya ke kamar. Ada apa gerangan yang membuat suaminya itu tiba-tiba berkata dengan lembut? Apakah dia sudah menyesali perbuatannya? Apakah dirinya ada niatan untuk menerima kenyataan bahwa mereka memang sudah suami istri dan sepatutnya yang memperlakukan pasangan dengan baik layaknya pasangan suami istri pada umumnya? Rindu berusaha mengeluarkan pikiran-pikiran positif agar yang terjadi juga positif. Setidaknya itulah yang ia percayai hingga detik ini.
"Ada apa, Mas?" Rindu bertanya ketika keduanya sudah masuk kamar.
Jeff diam tak terucap, ia membuka lemari dan merogoh salah satu laci yang berada di sana dan mengeluarkan sebuah berkas.
"Beberapa waktu lalu aku memberikan ini padamu dan kau menolak mentah-mentah apa yang aku minta. Sekarang lakukan apa yang aku minta sebelum aku melakukan sesuatu yang membuatmu menyesal."
Tanpa membuka berkas itu, Rindu ingat bahwa dirinya pernah menolak untuk menandatangani berkas surat kontrak pernikahan. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Jeff berpikiran seperti itu? Di mana akalnya mempermainkan sebuah ikatan yang suci dan sakral?
Rindu mengambil berkas yang disodorkan oleh suaminya dan dengan tanpa ragu dan mantap, ia merobek surat perjanjian nikah kontrak itu di depan wajah sang suami.
Jeff yang melihat keberanian Rindu seketika mengepalkan kedua tangannya dan menampilkan wajah yang menyeramkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Serli Ati
bagus rindu lawan aja pria tak berakhlak itu, uuuu....sebel bacanya.
2023-05-27
0