"Lancang sekali tanganmu! Jika kau tidak tahu aku, jangan pernah bermain-main denganku. Kau tidak mengenal aku dengan baik, tapi kau sudah cari masalah denganku!"
Jeff memajukan langkahnya sedikit dan meraih tangan Rindu yang tadinya digunakan untuk merobek kertas berharga yang sudah ia buat. Ia cengkram kuat-kuat pergelangan tangan mungil wanita itu.
Rindu tak bersuara meski ia kesakitan. Ia juga tak berusaha untuk melepas cengkraman itu karena ia tahu semakin ia berusaha untuk melepasnya, maka ia akan semakin kesakitan.
Hingga entah detik ke berapa, tatapan mereka masih bertemu tapi tak ada yang buka suara.
"Sampai kapan pun aku nggak akan pernah menuruti apa yang kamu minta. Mau kamu paksa seperti apa pun, aku nggak mau Mas. Kamu pikir pernikahan itu apa? Mainan?"
"Aku tidak peduli dengan pernikahan, yang aku pedulikan, dengan siapa aku menikah." Jeff melepas pergelangan tangan Istrinya dengan kasar.
Rindu refleks meringis kesakitan. Mata Jeff lalu tak sengaja melihat pergelangan tangan Rindu yang memerah bekas cengkramanya. Ia tidak peduli, ia lebih memilih untuk membawa kakinya ke lemari dan mengambil pakaian casual dari sana. Membawa dirinya ke kamar mandi dan menutup pintunya dengan ke sekencang-kencangnya.
"Nggak boleh nangis, harus kuat, tunjukkan sama Jeff kalau kamu bukan wanita lemah. Kamu kuat Rindu, kamu bisa." Rindu mengibas ngibaskan tangan ke wajahnya agar air matanya tak turun.
Rindu yang sebelumnya adalah wanita yang dimanjakan oleh kedua orang tuanya, kini harus berjuang dengan mati-matian untuk tetap bertahan di hiruk pikuk kehidupan rumah tangganya yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya.
Beberapa kali ia memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam dan ia keluarkan secara perlahan, ia lakukan itu berkali-kali hingga ia merasakan lebih tenang dan bisa menguasai dirinya.
Setelah cukup merasa bisa menguasai dirinya sendiri, Rindu membawa tubuhnya pergi dari tempatnya berdiri dan duduk di meja rias. Merogoh laci di sana dan mengambil kotak obat untuk mengobati pergelangan tangannya yang nampak memar.
Jeff muncul dari kamar mandi saat Rindu sibuk dengan tangannya. Ia sempat melihat sejenak, namun kembali acuh dan berjalan keluar kamar.
"Mau ke mana, Mas?" Rindu bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya pada tangan.
Mendengar suara Rindu membuat Jeff refleks berhenti melangkah, namun tak ada jawaban dari mulutnya. Seakan tidak ada apa pun, Jeff kembali melangkah tanpa menjawab.
"Kalau kamu nggak mau jawab, nanti kalau ada yang tanya aku jawab apa? Setidaknya kalau mau menikahi aku karena hartamu, beraktinglah menjadi suami istri saat berada di rumah. Percuma menikahi aku tapi kebencianmu kamu tunjukkan ke mereka. Sama saja bohong." Rindu berjalan menghampiri suaminya yang hampir berada di pintu.
"Aku nggak ke mana-mana." Jawaban yang cukup singkat ia layangkan untuk membungkam mulut istrinya.
Jeff berpikir benar juga apa yang dikatakan Rindu. Bisa saja ia akan sama-sama kehilangan miliknya jika ia memperlakukan Rindu dengan tidak baik di rumah. Ia yang tadinya ingin nekat keluar rumah entah ke mana, mengurungkan diri mendengar yang Rindu katakan.
****
Sesuai janji Jeff tadi pagi, ia yang berencana akan berkencan dengan Ratu saat jam makan siang tengah berpikir bagaimana caranya ia keluar rumah dengan memberikan alasan yang masuk akal. Sejak mendengar apa yang dikatakan Rindu tadi, jujur saja ia jadi kepikiran dan mulai mencari-cari alasan untuk keluar rumah.
"Mas, kenapa kamu duduk diam di kamar? Ayo kita makan, udah ditunggu sama Mama."
"Kita makan siang di luar. Kau harus mau dan tidak ada penolakan. Kau ganti baju, biar aku yang bilang sama Mama." Tanpa menunggu persetujuan dari Rindu, Jeff berjalan keluar kamar menghampiri ibunya.
Rindu hanya diam mematung, ingin bahagia, tapi tidak ada alasan untuk bahagia. Jika ia merasa bahagia dengan ajakan suaminya, rasanya terlalu bodoh untuk bahagia karena hal itu. Apa pun yang dilakukan Jeff sekarang tidak bisa membuat Rindu berpikir positif, karena tadi pagi ia sempat berpikir seperti itu, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Meskipun tidak tahu apa yang direncanakan oleh Jeff, Rindu tetap melaksanakan apa yang diperintahkan oleh suaminya. Bagaimana untuk mengetahui apa yang akan dilakukan olehnya, jika ia tidak mengikuti apa yang Jeff mau?
"Pilih baju yang benar, Rindu. Pilih baju yang benar dan berdandanlah juga yang benar. Buat suamimu siang ini secara tidak sadar mengagumi apa yang ada pada dirimu. Meskipun sulit dilakukan dan terlihat mustahil, tapi setidaknya kamu akan menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya, seperti novel-novel yang sudah kamu baca. Yakinlah bahwa nasibmu akan sama seperti pemeran utama di novel yang kamu koleksi. Wanita yang dibucini oleh suaminya." Rindu bergumam seraya tangannya mengotak-atik pakaian yang terlipat rapi di lemari.
Saat melihat kain berwarna putih, ia teringat bahwa itu adalah dress baru yang belum sempat ia pakai. Dengan segera ia menarik dress itu dan menjerengnya di depan wajahnya.
"Pas hanya untuk makan siang di restoran. Tidak terlalu mewah dan tapi tidak terlalu kampungan juga. It's oke not bad."
Berpikir Jeff sudah tidak kembali ke kamar, Rindu mengganti pakaiannya di tempat itu juga. Dengan percaya diri ia melepas semua pakaian tanpa mengunci pintu terlebih dahulu.
Saat Rindu melempar pakaian ke atas tempat tidur batapa terkejutnya dirinya karena melihat pintu yang tiba-tiba terbuka. Melihat hal itu, Rindu bukannya mengambil sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang tidak memakai apa pun, ia justru berdiri mematung menahan nafasnya. Seakan jika ia melakukan itu pintu bisa kembali tertutup tanpa ada yang masuk.
"Aaaaa." Rindu berteriak ketika menyadari Jeff yang membuka pintu dan malah berdiri mematung di tengah pintu. Pria itu juga nampak speechless dengan apa yang ia lihat.
"Apa-apaan kau ini? Apakah kau tidak pernah diajari orang tuamu cara mengunci pintu? Apakah kau juga tidak tahu fungsinya kamar mandi di dalam kamar itu, selain untuk mandi juga untuk mengganti pakaian? Kenapa malah kau ganti pakaian di kamar?" Jeff mengomel setelah berhasil memutar tubuhnya membelakangi Rindu.
Wanita itu panik, ia tidak melakukan apa pun selain terburu-buru memakai pakaian yang tadi diambil di lemari. Tangannya bergetar hebat. Tidak ada yang tahu bahwa kini dirinya tidak baik-baik saja karena insiden yang memalukan ini.
"Maaf, aku kira kamu nggak akan masuk kamar lagi jadi aku... " Rindu terasa berat melanjutkan kalimatnya.
Jeff yang merasa bodoh karena tetap berdiri mematung di tengah pintu segera berlalu dari sana tanpa mengucap sepatah kata pun. Jantungnya nampak tak baik-baik saja, hal itu terbukti dari wajahnya yang memucat dan tangan yang meraba dadanya. Ia adalah lelaki normal yang akan gugup juga jika melihat sesuatu yang selama ini ditutupi terbuka begitu saja. Pikirannya pun menjadi terfokus pada benda padat yang ia lihat dengan jelas bagaimana bentuknya dan ukurannya.
"Otakmu sudah benar-benar tidak bekerja dengan baik, Jeff. Bagaimana bisa pemandangan itu melekat di otak?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments