Rindu kembali keluar kamar setelah selesai menyiapkan baju ganti untuk suaminya yang baru saja masuk kamar mandi. Ia sedikit tersentak saat membuka pintu berdiri sosok Jeon di depan kamarnya.
"Kamu di sini? Ada apa?"
"Ah nggak apa-apa, Mbak. Benerin tali sepatu aja. Aku mau ke kamar."
Jeon meninggalkan Rindu setelah mendapat anggukan. Rindu berharap adik iparnya itu tidak mendengar apa pun yang ia ributkan dengan Jeff tadi.
Namun, yang terjdi adalah sebaliknya. Justru Jeon berhenti di depan kamar para kakaknya tadi adalah karena mendengar keributan yang diciptakan oleh Jeff. Suara lantang dari Jeff lah yang membuat Jeon menghentikan langkahnya.
Kasihan Rindu, dia harus menerima keegoisan dari orang-orang yang bahkan belum dia kenal.
Jeon menyambar tas kuliahnya. Di usianya yang dua puluh lima tahun ini, Jeon masih kuliah di Fakultas Kedokteran karena harus melanjutkan studinya yang mengambil spesialis kandungan. Ada sesuatu yang kelam kenapa Jeon memilih profesi itu.
Sebelum keluar kamar Jeon mengecek ponselnya sesaat, barangkali ada pesan yang penting atau hanya sekedar membalas pesan dari para teman-temannya. Sekitar lima menit Jeon berdiri dengan ponselnya, menyadari ia terlalu lama dengan dunianya sendiri, ia pun keluar kamar.
Di saat yang bersamaan, sang Kakak juga keluar kamar dengan jas rapinya dan juga aroma tubuh yang seperti biasa, selalu wangi meski tubuhnya penuh dengan keringat. Mereka saling tatap sejenak sebelum akhirnya Jeff meninggalkan adik angkatnya yang masih mematung di tempat.
"Kakak mau kerja?"
Langkah Jeff terhenti seketika. "Aku tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu." Jeff menjawab tanpa memutar tubuhnya untuk menatap Jeon. Dua detik setelah itu, Jeff kembali melanjutkan langkahnya.
Sudah biasa bagi Jeon menerima jawaban yang kurang mengenakan seperti itu dari lidah Jeff. Seakan sudah menjadi santapan setiap hari, Jeon tidak pernah ambil pusing apalagi sakit hati dengan perlakuan sang Kakak.
Awal mendapatkan perlakuan seperti itu sudah pasti ia merasakan sakit, namun seiring berjalannya waktu, hatinya sudah mulai terlatih untuk menerima setiap perlakuan atau ucapan yang tidak mengenakkan dari Jeff. Ia sadar bahwa dirinya memang bukan siapa-siapa di keluarga Lim. Ia hanya seorang laki-laki yang beruntung mendapatkan keluarga angkat Bu Merlin dan Pak Jo.
Begitu sampai lantai bawah, ia harus kembali mendengar Jeff dengan istrinya yang adu mulut. Kali ini tidak hanya mendengar, tapi juga menyaksikan ketegangan antara mereka berdua.
"Kamu baru menikah kemarin dan sekarang mau kerja? Mas, ayolah jangan seperti ini."
"Rindu, di usiamu yang sekarang aku merasa bahwa seharusnya kau belum pikun. Baru saja tadi aku katakan kalau kau jangan pernah mencampuri urusanku dan sekarang lihat dirimu."
"Sebanyak dan sesering apa pun kamu bicara seperti itu, aku akan terus mengingatkan kamu bahwa kita ini suami istri dan ada hak untukku atas dirimu."
Jeff tersenyum miring. "Aku menikahimu karena mempertahankan hakku. Aku tidak mau kehilangan semua asetku, semua hak yang seharusnya menjadi milikku, hanya karena aku menolak menikahimu. Jadi aku tekankan sekali lagi, kau tidak lebih dari orang asing bagiku."
"Apakah kamu berpikir bahwa aku menikahimu dengan sukarela? Kalau kamu menikahiku karena mempertahankan hartamu, aku juga menikah denganmu karena Papaku."
"Terserah!" sentak Jeff meninggalkan Rindu dengan hati remuk.
Rindu mengatur nafasnya yang sudah mulai menggebu. Nampaknya mulai sekarang ia harus menambah kesabaran dan kekuatan hatinya untuk menghadapi suaminya.
Ya, sebenarnya tidak ada yang mau dengan perjodohan ini. Hanya karena sebuah candaan dari kedua orang tua mereka beberapa tahun yang lalu, siapa sangka rupanya candaan itu berubah menjadi kenyataan saat Pak Jo mengetahui bahwa Jeff memiliki kekasih yang bukan tipe wanita yang diidamkan Pak Jo untuk menjadi menantunya.
Pak Jo sempat memperingatkan Jeff untuk meninggalkan Ratu. Namun peringatan itu tidak pernah digubris oleh anaknya. Sehingga menimbulkan kemurkaan dan membangkitkan amarah di hati Pak Jo. Dan akhirnya terbitlah perjodohannya dengan Rindu.
Bukan Jeff namanya jika ia langsung menerima kehendak sang Ayah. Jangan lupa bawa Ayah dan anak itu sama-sama memiliki watak yang keras kepala. Dengan lantang dan berani Jeff menentang keinginan ayahnya untuk menikah dengan wanita pilihannya.
"Baik kalau kamu tidak mau menikah dengan wanita pilihan Papa. Tinggalkan rumah ini tanpa membawa apa pun. Jangan harap harta seujung kuku pun dari papa jika kamu tidak mau menuruti apa yang Papa bilang."
"Aku masih punya hak atas apa yang Papa punya. Yang membesarkan perusahaan yang baru Papa bangun itu aku. Bagaimana bisa Papa tidak memberikan hakku?"
"Perusahaan itu masih atas nama Papa. Papa punya hak untuk memberikan padamu atau tidak. Bahkan Papa punya hak kalau Papa memberikan itu pada Jeon atau pada pengemis di luar sana sekali pun."
"Jeon Jeon Jeon. Anak itu terus yang selalu Papa bela, selalu Papa agungkan, selalu Papa puja. Sampai Papa lupa sama anak sendiri. Apa istimewanya anak yang Papa pungut dari...."
"CUKUP JEFF! Papa tahu kalimat apa yang akan kamu ucapkan. Papa tidak mau lagi berdebat denganmu, angkat kaki sekarang!"
Bu Merlin hanya bisa menatap anaknya dengan mata yang berkaca-kaca. Hanya melalui tatapan saja Bu Merlin sangat berharap anaknya itu mengerti dengan arti tatapannya.
"Jeff." Bu Merlin berucap dengan lirih.
"Iya, aku akan menuruti apa yang Papa minta demi Mama dan demi hak yang seharusnya aku dapat tanpa aku mengorbankan diri dan nasibku." Jeff melangkah pergi setelah itu.
Itulah singkat cerita asal muasal Jeff menerima pernikahan yang sebenarnya ia lebih takut kehilangan hartanya. Ia sangat tak rela jika apa yang harusnya ia dapat malah jatuh ke tangan Jeon, adik angkat yang sangat ia benci sedari kecil.
Jeon, satu-satunya manusia yang mengetahui bahwa hubungan mereka bak neraka terutama bagi Rindu, hanya bisa merasakan iba tanpa melakukan apa-apa.
Rindu menundukkan kepala di saat air matanya terjatuh dan di saat bersamaan, Jeon sampai di dekat Rindu.
"Mbak Rindu nggak apa-apa?" Jeon sedikit menelengkan kepala untuk melihat wajah Rindu, Kakak ipar yang usianya lebih muda darinya.
Rindu menghapus air matanya dan mendongak. "Ah nggak apa-apa, Je. Memang aku kenapa?" Rindu sangat pandai menyembunyikan perasaannya.
"Aku melihat apa yang baru saja terjadi."
"Jika kamu melihat semuanya, tolong jangan ceritakan ini ke siapa pun. Aku masih bisa mengatasi Mas Jeff. Aku nggak apa-apa."
"Kenapa? Kamu rela hatimu terus menerus disakiti sama Kak Jeff? Sementara semua manusia berhak untuk bahagia."
"Iya, aku tahu. Aku melakukannya untuk Papa. Papa sakit-sakitan dan sering keluar masuk rumah sakit beberapa tahun terakhir. Aku nggak mau kalau aku menolak perjodohan ini malah membuat jantung Papa kumat dan malah terjadi di apa-apa sama Papa. Kalau untuk masalah hatiku yang mungkin sedikit demi sedikit akan digerogoti dengan sikap Mas Jeff, mungkin itu sudah resiko yang harus aku terima. Aku nggak mau orang tua kita tahu kalau sebenarnya hubungan kami ini nggak baik-baik saja. Aku nggak mau menambah pikiran mereka di usia mereka yang sekarang ini. Jadi aku mohon apa pun yang kamu ketahui simpan untuk dirimu sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Serli Ati
kasihan rindu semoga ada jalan dan solusi yg baik utk mu rindu.
2023-05-27
0