"Rat, Ratu. Buka pintunya!" Jeff berteriak menggedor pintu apartemen sang model majalah dewasa.
Si pemilik nama dengan wajah kesal membuka pintu dengan malas.
"Mau apa? Kenapa ke sini? Sana sama istrimu aja. Aku, kan bukan siapa-siapa."
Jeff membuka pintu lebih lebar dan masuk ke dalam. Menutup pintu dan mengunci tubuh Ratu di balik pintu. Rutinitas bercumbu yang sering mereka lakukan saat salah satu di antara mereka sedang merajuk pun terjadi beberapa detik setelah pintu tertutup.
"Berapa kali aku bilang kalau aku, hati aku, semua yang ada di aku punya kamu. Bersabarlah sampai aku bisa melakukan sesuatu untuk mengakhiri pernikahan ini. Bukankah aku sudah katakan aku tidak akan menyentuh siapa pun selain kamu? Kalau kamu cinta aku, harusnya aku nggak perlu bilang ini berkali-kali. Kamu harusnya percaya sama apa pun yang aku katakan. Sekarang katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu lebih sabar lagi nunggu aku." Jeff bicara dengan jarak dekat seraya tangannya mengelus bibir yang tadi ia santap.
"Kamu tinggal satu atap, satu kamar, ketemu dua puluh empat jam dalam sehari, mustahil kalau kamu suatu hari nanti nggak melakukan kesalahan. Kamu punya hasrat, Jeff. Aku mau kita pisah aja." Ratu menepis tangan Jeff yang sejak tadi menguncinya dan membawa tubuhnya ke dekat jendela.
Pergerakan Ratu tentu saja diikuti oleh Jeff. Entah apa yang membuat Jeff begitu mencintai dan seakan menyerahkan segala kehidupannya untuk kekasihnya itu. Mungkin kebersamaan mereka yang bertahun-tahun lamanya membuat cinta itu tumbuh melewati batas kewajaran dan akhirnya tercetaklah Jeff yang sekarang.
Jeff melingkarkan tangannya ke sepanjang perut Ratu, meletakkan dagunya di pundak sang kekasih dan
"Kamu tahu apa yang membuat aku menerima perjodohan ini. Beri aku waktu untuk mengubah semuanya. Aku janji akan mengakhirinya dengan cepat."
"Orang tua kamu aja nggak setuju sama hubungan kita. Aku harus nunggu kamu berapa lama? Aku sangat berharap kamu bisa menepati janji kamu, tapi setelah mendengar ucapan istrimu tadi aku jadi berpikir kalau aku hanya akan melakukan hal yang sia-sia jika nunggu kamu."
Belum sempat Jeff menjawab ucapan kekasihnya, Ratu sudah megamuk dan mendorong tubuh Jeff untuk keluar apartemennya. Jeff sudah berusaha untuk menenangkan wanitanya itu, tapi sepertinya emosinya belum stabil membuat Jeff kesulitan untuk mengendalikan emosi kekasihnya.
Hembusan nafas kasar terdengar setelah pintu dibanting hingga menimbulkan suara keras. Jika sudah seperti ini, Jeff tidak akan bisa membujuk, harus menunggu beberapa hari untuk mengembalikan mood kekasihnya.
***
Bu Merlin datang saat semua suami dan anak angkatnya sudah duduk di meja makan. Beliau melihat Rindu yang membantu Bibi menghidangkan makanan.
"Rindu duduklah. Bibi sudah terbiasa dengan aktivitasnya, nggak usah kamu bantu nggak apa-apa." Bu Merlin memundurkan kursi yang biasa beliau duduki saat makan.
"Nggak apa-apa, Ma. Lagipula aku hanya membantu menghidangkannya, nggak bantu masak."
"Jeff mana? Kenapa nggak turun-turun?" Pak Jo bertanya.
"Nah itu dia, Pa. Aku keluar dari kamar mandi tadi udah nggak kelihatan Mas Jeff di mana. Aku kira sudah di sini, makanya aku langsung turun, tapi ternyata nggak ada juga."
Lah bukannya Jeff keluar rumah untuk beli bubur ayam buat Rindu, tapi Rindu kok....
Tak berselang lama pria yang sedang dibicarakan nampak berjalan dengan lemas. Penampilannya yang masih mengenakan baju tidur dan datang dari luar rumah tentu saja menimbulkan pertanyaan di kepala Pak Jo.
"Jeff kamu dari mana? Jam segini udah keluar rumah, pakai piyama lagi."
"Ha? E itu aku habis..."
Ah mampus, lupa nggak beli bubur ayam.
Jeff memaksa kepalanya untuk berpikir keras. Ia melupakan sesuatu yang ia jadikan alasan untuk keluar rumah. Biasa berontak, tapi tidak biasa berbohong rupanya merepotkan juga bagi Jeff.
Bu Merlin menatap tangan Jeff yang kosong. Melihat hal itu membuat beliau berpikir bahwa Jeff menjadikan Rindu alasan untuk keluar rumah dengan tujuan pribadinya. Menyadari anaknya diam karena sedang memikirkan kebohongan berikutnya membuat Bu Merlin harus menyelamatkan anaknya dari kebohongan selanjutnya.
"Udah nggak usah kebanyakan mikir, kamu duduk sini, sarapan!" Bu Merlin memberi kode melalui matanya untuk meminta anaknya segera duduk.
Meski tak mengajukan kembali pertanyaan, Pak Jo masih menatap sang anak dengan tatapan tajamnya. Beliau khawatir jika anaknya itu masih berhubungan dengan kekasihnya, wanita yang auratnya diumbar dan tidak punya sopan santun begitu tidak pantas berhubungan dengan keluarganya. Itulah yang ada di pikiran Pak Jo ketika melihat Ratu saat Jeff membawanya ke rumah.
Saat sedang menikmati santapan paginya, entah pikiran dari mana, Jeff tiba-tiba terpikir sesuatu yang bisa memudahkan dirinya dan Ratu bertemu tanpa menciptakan kebohongan lebih banyak.
"Pa, Ma. Kalau aku sama Rindu tinggal di rumah sendiri bagaimana? Kayaknya kita akan lebih baik jika hidup mandiri. Sekalian belajar juga."
"Tidak! Papa nggak akan izinkan."
"Pa, aku sudah menikah dan jadi seorang suami. Aku kepala rumah tangga, aku juga mau... "
"Sekali tidak tetap tidak, Jeff."
"Papa kenapa, sih? Papa itu nggak pernah dukung aku, Papa nggak pernah mendukung kemauan aku, nggak pernah support aku. Aku ini anak Papa apa bukan?"
"Papa tahu apa yang ada dalam pikiran kamu. Jadi berhenti berusaha untuk membuat Papa percaya kamu bisa menjaga diri ketika sudah pisah rumah."
Rindu yang baru satu hari berada di rumah itu sedikit bingung dengan apa yang dibicarakan oleh suaminya dan juga Ayah mertuanya. Yang menjadi pertanyaan besar bagi Rindu adalah mengapa Ayah mertuanya itu justru tidak mendukung jika anaknya ingin berusaha mandiri? Apa Ayah mertuanya itu mengetahui kalau anaknya masih berhubungan dengan kekasihnya itu? Itulah beberapa pertanyaan yang mampir di kepala Rindu.
Tanpa kata lagi Jeff yang keras kepala dan gampang marah seketika berdiri dan berjalan ke kamar dengan wajah kesalnya. Kepergiannya diikuti oleh pandangan semua orang yang berada di meja makan.
Hal yang biasa seperti ini terjadi di keluarga Lim. Anak sulung dan ayahnya yang memiliki watak yang benar-benar sama membuat Bu Merlin seringkali merasa sedih dan stres dalam waktu bersamaan.
"Ma, Pa. Aku izin nyusul Mas Jeff dulu."
Rindu beringsut mundur dari meja makan setelah mendapat anggukan dari kedua mertuanya.
"Kamu dari mana, Mas?"
"Bukan urusanmu! Kau bukan siapa-siapa di kehidupanku. Tidak ada hak kau bertanya apalagi mencampuri urusanku. Urus sendiri dirimu dan aku juga akan melakukan hal yang sama."
"Mau kamu terima atau tidak, kita ini sudah suami istri, Mas. Apa yang kamu lakukan ini salah. Terlepas dari alasan kita menikah, status kita suami istri."
"Hanya status, tidak lebih. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menganggapmu istri. Yang menginginkan pernikahan ini bukan aku, tapi orang tuaku. Jadi sadar diri dan posisi. Aku sudah punya wanita lain dalam kehidupan dan hatiku, sampai kapan pun tidak ada yang bisa menggeser posisinya dalam tempatku."
Sungguh sesak dada Rindu mendengar penuturan suaminya yang secara terang-terangan tidak menganggap istri. Memang belum ada cinta di antara mereka, bahkan mereka belum mengenal lebih dalam pribadi masing-masing. Tapi bukankah pernikahan tetaplah pernikahan, siapa pun yang sedang menjalani fase kehidupan setelah pernikahan bukankah tetap harus menjaga ikatannya? Lupakan soal bagaimana dan kenapa mereka menikah, yang namanya pernikahan tetaplah ikatan suci dan sakral yang harus tetap dijaga kesuciannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Serli Ati
kok segitunya ya Jeff gak ada etikanya sedikit pun.
2023-05-27
0