Jerat Cinta Sang Playboy
"Sshhh mmhhh ..."
Sebuah suara sexy melantun indah dari bibir merah seorang wanita. Mata wanita itu terpejam merasakan kenikmat*n diarea sensitifnya.
"K-Key .... Uhhh aku gak kuat," rintih wanita itu mencengkram tangan pria disampingnya.
Pria yang dipanggil Key itu tersenyum miring. Ia membelai wajah wanita itu. Lalu, dengan cepat menyambar bibir wanita tersebut. Kedua tanganya tak tinggal diam, segera tangan itu meraup dua bongkahan kenyal tanpa penghalang apapun itu.
"Ahh, Key! Ouhhh ...." Wanita itu mendesah tak mau berhenti. "Aku mohon, Key! Jangan siksa aku seperti ini. Lakukanlah aku mohon!" pintanya dengan tangan sudah meraba-raba senjata milik pria itu yang masih terbungkus celana.
"Cukup!" Pria itu menjauh dan menepis tangan si wanita yang mulai nakal. "Lu boleh pergi!" titahnya tanpa dosa.
Seketika wanita itu menghentikan aksi benda bergetar yang kini tengah memanjakan area pribadinya. Wajah cantik itu tampak cemas akan sikap pria itu. "Maafin aku, Key! Maksudku-"
"Bukankah lu sudah tau aturan mainnya?" selanya mencengkram dagu wanita itu dengan tatapan tajam.
"I-iya," balas sang wanita ketakutan.
"Apa?" tanya Key.
"Ta-tanpa penyatuan," lanjutnya terbata.
"Good girl!" ucap Key menyeringai, menepuk pucuk kepala wanita itu. Lalu pria itu berdiri setelah mengenakan kembali kemeja ditubuhnya.
Wanita itu terisak lirih, antara takut dan kecewa merasa telah diabaikan. "Tapi kenapa, Key?" tanyanya.
Seketika Key kembali berbalik dengan menautkan alisnya. "Kenapa?"
Wanita itu memberanikan diri mendongak ke arah Key. "Kenapa kamu gak mau melakukannya denganku?"
Key tertawa mendengar pertanyaan itu. Lalu, kembali mendekat kearah si wanita "Lu mau tau alasanya?" tanyanya dan diangguki sang wanita.
"Gue bukan orang seperti lu, paham 'kan?" jelas Key begitu menusuk hati wanita tersebut, hingga air matanya keluar begitu saja.
Tentu sang wanita sadar, jika dirinya bukanlah wanita suci. Namun, perlakuan Key lebih kejam dari pada pria hidung belang. Status kekasih benar-benar hanya sebuah status tanpa sebuah perasaan. Berbeda dengan dirinya yang sudah terlanjur mencintai pria itu.
"Mulai sekarang, lu berhenti ngikutin gue!" final Key dan berlalu keluar dari ruangan itu.
"Nggak, Key! Kamu jangan ninggalin aku. Kumohon maafin aku," pinta wanita itu memelas. Namun tidak didengar pria itu.
"Key! Key!" teriak wanita itu diiringi tangis dibibirnya.
Arkyano Abigail Permana, pria tampan yang biasa disapa Key itu keluar dari kamar sebuah hotel seraya mengancingkan kembali kemejanya, dengan menyisakan tiga kancing atas saja yang masih dibiarkan terbuka. Ia mengusap bibir menggunakan ibu jari, lalu menyugar rambutnya agar tidak berantakan.
Cool! Itulah kesan pertama yang dilihat dari pria tampan bejuta pesona itu. Hingga wanita manapun, tidak dapat menolak pesona seorang Key. Bahkan pria itu, harus rela menjadi piala bergilir untuk para gadis yang memujanya. Tidak ada kata lama dalam status pacaran yang dijalaninya. Bagi pria itu semua wanita hanyalah 'mainan' yang tidak perlu didasari rasa cinta.
**
Ceklek!
"Dari mana?" Pertanyaan datar dari seseornag membuat Key sedikit terlonjak. Ia lupa, jika hari ini hari libur. Dimana sang pemilik rumah akan pulang.
"Main," balas Key singkat.
"Berhenti bermain-main!" peringat pria paruh baya itu masih dengan ekspersi yang sama.
Key tersenyum sinis. "Sudahlah, Papa gak perlu memperhatikan aku. Ini bukan waktu yang tepat," balasnya.
"Key!" Seorang wanita paruh baya menghampiri kedua laki-laki itu.
"Aku capek, Ma. Mau istirahat, kita ngobrol lagi nanti," ucap Key berubah lembut. "Selamat malam!"
Pria itu pun berlenggang menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju kamarnya. Kedua paruh baya itu hanya mampu memperhatikan putra tunggal mereka, yang diakhiri hembusan napas panjang.
"Sudahlah, Pa. Gak perlu terlalu keras menghadapinya!" ucap mama Sena, ibu dari Key.
"Aku tau, maka itu aku merasa gagal menjadi seorang ayah," balas papa Abi sendu, ayah dari Key.
Mama Sena mendekat dan segera memeluk tubuh yang masih tegap itu. "Kamu gak gagal. Ini diluar kehendak kita. Daddy bekerja keras untuk anak cucunya. Dan sekarang sudah kewajiban kamu untuk meneruskan apa yang sudah Daddy dan Mommy perjuangin, hem?"
"Aku sangat berdosa pada putraku sendiri," lanjutnya diiringi isak.
"Nggak, kamu sudah melakukan yang terbaik," balas mama Sena yang sudah berderai air mata.
"Maafin aku, maafin aku!" papa Abi mengeratkan pelukan pada sang istri, hingga pasangan suami istri itu saling menyalurkan rasa bersalah dan sesal karena sudah gagal membimbing dan mendidik putra mereka.
Tanpa mereka ketahui, Key belum memasuki kamarnya. Ia masih berdiri dibalik tembok mendengar percakapan kedua orang tuanya itu. Satu tetes bulir hangat jatuh begitu saja dari ujung matanya.
"Maafin aku! Aku gak bermaksud seperti itu. Rasa kecewalah yang membuatku seperti ini. Aku hanya butuh waktu untuk memahami apa yang kalian lakukan, memang untuk kebahagiaanku kelak."
**
Ditempat lain, tepatnya disebuah desa yang masih sejuk dengan hawa pegunungan, sorang gadis cantik tengah mengemas pakaian kedalam tas besar.
"Udah semua, Neng?" tanya seorang wanita menghampirinya.
"Iya, udah Bu," balas gadis itu.
"Ini," Wanita paruh baya itu menyodorkan secarik kertas, sebuah alamat pada sang gadis.
"Ini apa, Bu?" tanya gadis itu heran.
"Ini teh alamat rumah, Ibu Sena sama Bapak Abi. Ibu sudah bilang sama mereka, kalo besok teh kamu mau berangkat kesana. Jadi, kamu teh bisa tinggal sama mereka," balas sang ibu dengan logat khas sundanya.
"Tapi, Bu. Kenapa atuh Nay harus tinggal dirumah mereka? Kenapa gak cari kostan aja?" tanyanya bingung.
"Eleh-eleh, kamu mah sih belum tau kehidupan kota itu kayak apa? Disana itu rawan sekali kejahatan. Ibu gak mau atuh Neng geulis (Neng Cantik) Ibu, dalam bahaya," balas sang ibu mencubit hidung gadis itu hingga meringis.
"Isshh si Ibu mah, berhenti panggil Neng geulis atuh. Isin (malu) ah," protes sang gadis.
Sang ibu tergelak mendengar protesan gadis itu. Naya memang tidak terlalu suka dipanggil dengan sebutan 'Neng'. Namun, sang ibu bersikukuh menyematkan nama itu. Hingga canda tawa mengiringi malam mereka sebelum terlelap.
Kannaya Putri, ia adalah gadis cantik yang memiliki otak diatas rata-rata. Setelah lulus SMA, ia mendaftar untuk mengikuti tes mendapatkan beasiswa. Dengan kemampuan yang dimilikinya, ternyata ia diterima disebuah universitas ternama di kota. Sungguh hal itu membuat gadis yang biasa disapa Naya ini begitu senang dan siap mengejar impian di Universitas tersebut. Meski sang ibu sempat menolak dikarenakan jarak yang terlalu jauh, namun gadis itu berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
**
Tibalah sekarang gadis itu sudah siap berangkat menuju kota. Santi, sang ibu hanya bisa mengantar anak gadisnya sampai di terminal bus saja.
"Hati-hati ya, Neng!" peringat ibu Santi. "Ingat pesan, Ibu. Jangan pernah lengah, ya!"
"Iya, Bu. Ibu teh doain aja, smoga Nay sampai ditempat tujuan dengan selamat, ya!" balas Naya. "Ibu juga jaga kesehatan! Jangan banyak pikiran, Naya akan sering hubungi, Ibu. Hem?"
Akhirnya setelah pamitan, ibu dan anak itu benar-benar berpisah. Bus yang membawa Naya pun melesat meninggalkan terminal. Untuk pertama kalinya, Naya pergi jauh dan seorang diri. Ia hanya berdoa apa yang ia rencanakan semua berjalan sesuai harapan.
"Smoga Tuhan mempertemukanku, dengan orang-orang baik!"
\*\*\*\*\*\*
Bismillah, yuk gaiss ramaikan! Kisah Key si playboy tengil yang ngeselin🤭 Jangan lupa jejak pertama kalian yaa🤗 Kenalin nih, cast visualnya yaa👉
Arkyano Abigail Permana (Key)
Kannaya Putri (Naya)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Yulia Prihatin91
salken dari solo kak
2023-07-14
1
Dewi Kijang
lanjut
2023-05-21
1
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
mampir
2023-04-30
1