Sementara itu Sena dan Key sudah berangkat untuk mencari gadis, putri dari temannya itu. Wanita cantik itu tampak gusar dengan gurat ke khawatiran yang kentara. Key yang menyadari itu sesekali melirik ibu kandungnya. Terlalu penasaran, ia pun akhirnya bertanya.
"Sebenarnya siapa gadis itu, Ma! Kenapa Mama kelihatan cemas banget?" tanyanya dengan mata masih fokus kedepan.
Sena menghembuskan napas berat. "Dia putri dari teman Mama, tante Santi namanya. Dia teman sekaligus karyawan di kafe papa dulu. Setelah dipinang sama juragan sapi, Santi pulang kampung dan berhenti bekerja. Tapi, dia gak pernah loss kontak. Jadi masih komunikasi deh sampai sekarang," jelasnya.
Key mengangguk mengerti. "Terus sekarang anaknya yang mau bekerja sama Mama?" tanyanya.
"Bukan, kata Santi putrinya itu sangat pintar. Dia dapat beasiswa kuliah di kampus sama dengan kamu," balas Sena.
"Lha, kalo gitu kenapa Mama yang repot?" tanya Key heran.
Plak!
Satu keplakan tak main-main dilayangkan Sena pada putranya itu. Hingga sukses membuat pria tampan itu meringis. "Issh, kau ini. Dia anak gadis, anak desa lagi, disini gak punya siapa-siapa. Kalo gak sama kita terus mau kemana? Kasihan 'kan? Apalagi sekarang rawan kejahatan, banyak modus ini itu. Lagian tante Santi udah mempercayakan putrinya sama Mama, kalo kita gak jaga amanah itu sa-"
"Iya, Ma. Iya!" sela Key. Telinganya mulai memanas mendengar cerososan wanita cerewet yang sayang ibu kandungnya tersebut.
Sena menghembuskan napas panjang. "Kalo kita gak bisa temuin Naya, kita-"
Ckittt!!!
"Astaga!"
Key menginjak pedal rem secara mendadak saat sang mama menyebutkan nama gadis itu. Tentu Sena kembali mengomel akan bahaya yang sudah mereka lewati. Namun, tidak ditanggapi Key sama sekali.
"Tunggu, kata Mama siapa tadi? Naya?" tanyanya.
"Iya, Nay- bentar!" Sena menghentikan ucapannya kala panggilan masuk diponselnya bergetar.
"Hallo Ati, kenapa?" tanya Sena mengangkat panggilan tersebut.
Sementara itu disebrang telepon, Naya terlihat ragu-ragu untuk bicara. Ia takut sang Nyonya marah padanya.
"Bu-bu Sena?" panggilnya ragu dan diiyakan wanita disebrang telepon, seraya mengulang pertanyaannya kembali.
"I-ini saya Naya, Bu. Saya putri bu Santi," balasnya.
Terdengar suara Sena nampak bersyukur dan akan segera kembali pulang setelah Naya menjelaskan dirinya ada dirumah wanita itu. Lalu, panggilan pun terputus begitu saja.
Naya menghembuskan napas panjang. Antara senang sekaligus khawatir menyelimuti hatinya. Ia senang tenyata sudah berada sitempat yang aman. Namun, ia juga khawatir, sang nyonya rumah akan marah, karena ia tidak menjawab pertanyaan wanita itu dengan jujur sebelumnya.
"Bagaimana?" tanya mbak Ati ikut merasa tegang.
Namun, akhirnya Naya menerbitkan senyuman manis seraya menganggukan kepalanya. Mbak Ati pun menghembuskan napas lega karenanya. Ia ikut senang karena akhirnya bisa membantu gadis itu. Sebelumnya, wanita berusia sepuluh tahun lebih tua dari Naya tersebut, terus meyakinkan gadis itu untuk menghubungi nomor sang Nyonya. Meski Naya sempat ragu, namun ia pun mau mengikuti saran Mbak Ati.
Sementara itu ditengah kelegaan dua wanita berbeda generasi itu. Ningsih yang baru selesai dengan urusannya memperhatikan kedua wanita yang tengah berjingkrak itu.
"Kayaknya teh mereka sudah akrab ya, Bi?" tanyanya mendudukan diri disamping wanita paruh baya itu. Namun, dengan mata yang tak lekat memperhatikan mereka yang berada dihalaman belakang dari jendela.
Bi Tarsih terkekeh, tentu ia sudah mengenal sosok gadis muda itu. Ningsih adalah gadis pecemburu, seperti yang terlihat ada tatapan cemburu dari mata gadis itu untuk dua wanita disana.
"Kalo kamu gak judes, kamu juga bakal seakrab itu sama Naya," celetuk Bi Tarsih.
Seketika Ningsih menoleh menatap bi Tarsih yag tengah menyiangi sayuran. "Isshh, siapa juga yang mau akrab sama dia. Dia teh orang baru, belum tentu juga dia baik," balasnya ketus.
Bi Tarsih tertawa menanggapi. "Dia pastinya gadis baik!"
"Heleh dari mana atuh Bibi tau dia baik? Baru juga sehari dia disini. Aku mah belum percaya kalo dia baik," sela Ningsih tak terima.
"Eh, kamu tuh gak tau. Kalo Naya bukan orang baik, mana mungkin Bu Sena bela-belain nyariin dia," celetuk bi Tarsih.
Sontak saja Ningsih menoleh tak mengerti. Ia ketinggalan berita pasal apa yang terjadi sebelumnya. Hingga ia hendak berkomentar, tiba-tiba saja suara melengking sang Nonya menghentikan suara Ningsih.
"Naya!" panggil Sena yang sebenarnya bisa disebut sebuah teriakan. Buru-buru bi Tarsih dan Ningsih berdiri menyambut nyonya mereka.
"Dimana Naya?" tanya Sena.
Ceklek!
Pintu belakang terbuka menampakkan Naya dan Mbak Ati dari luar sana. Segera Naya mendekat, namun baru juga selangkah, Sena sudah menubrukkan diri mendekap gadis itu. Semua orang disana tersenyum melihat adegan disana, kecuali Ningsih tentunya. Gadis itu shok, melihat Naya yang mendapati perlakuan spesial.
"Syukurlah! Kamu baik-baik saja, tante khawatir sekali sama kamu," ungkapnya dengan haru.
Naya tersenyum ekspetasinya akan sang nyonya yang mungkin akan memarahinya, membuat gadis itu khawatir. Namun, hal itu tak terjadi setelah mendapati perlakuan dari wanita seusia ibunya itu.
"Maafin tante, ya! Tante benar-benar gak ngenali kamu," sesalnya menangkup wajah gadis itu, setelah melepas dekapannya.
"Gak apa-apa, Bu! Maaf, punten juga. Nay gak ngenalin, Ibu!" balas Naya terlihat sungkan.
"Iya, gak apa-apa. Beruntung kamu ketemu Key, kalo tidak saya bingung akan cari kamu kemana. Saya pasti dikutuk sama ibu kamu kalo sampai terjadi sesuatu sama putri cantiknya ini. Hah~ saya merasa lega sekali sekarang," cerocos Sena panjang kali lebar.
Naya tersenyum mendengar wanita elegan yang ternyata begitu baik itu. Ia tidak mengira wajah cantik wanita itu tidak sinkron dengan ocehannya. Hingga atensi Naya teralihkan pada seorang pria yang berdiri menonton diambang pintu dapur. Naya tersenyum, entah takdir begitu baik mempertemukan ia dengan Key. Meski, terjadi drama terlebih dahulu, namun ia bersyukur bisa bertemu dengan pria itu.
Key yang ditatap dengan senyum manis itu hanya menarik satu sudut bibirnya. Lalu, segera berlalu meninggalkan dapur.
"Ya udah, ayo kita ngobrol didalam! Kamu harus jelasin sama tante, apa yang terjadi?" ajaknya merangkul pundak gadis itu. Naya hanya pasrah mengikuti.
Ningsih menjatuhkan bahu dengan mulut terbuka lebar. Ia tak menyangka gadis yang sempat ia cemburui bukan seorang pembantu sepertinya. Namun, mungkin nona muda yang harus ia layani.
"Udah, ekspresinya biasa aja!" ledek mbak Ati mengusap kasar wajah gadis itu.
"Ishh, mbak Ati," kesal Ningsih dan dibalas tawa dua wanita itu.
**
Sementara itu Sena dengan setia mendengarkan cerita Naya dengan raut wajah ikut sedih. Tidak ada yang ditutupi gadis itu, ia benar-benar jujur akan kejadian yang dialaminya hari ini.
Ditengah pembicaraan itu, Key berlenggang melewati mereka dengan tampilan rapi. Bahkan, tercium aroma semerbak dari pria yang kian tampan itu.
"Tunggu, Key! Kamu mau kemana?" tanya Sena.
"Aku keluar sebentar, Ma. Ada janji," pamitnya.
"Gak boleh, batalin janji kamu!"
Key menautkan alisnya heran. "Kenapa?"
"Dari pada kamu pergi-pergi gak jelas, mening sekarang kamu antar Naya belanja!"
\*\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
@Ani Nur Meilan
Nurut aza Key.. Dari pada Mama Sena Marah 🤣🤣😂😂😂
2023-02-06
1
Maaaaaak"utun"..nie🍉
waaaaàaaah..eta pembntuuuuu...bkal gmn ya...hihihi...
duuuuh..g sbr euy😁😁😁✌✌✌
2023-02-02
1
Queen Bee✨️🪐👑
semangattt lanjutannyaa
2023-02-01
1