NovelToon NovelToon

Jerat Cinta Sang Playboy

Pesona seorang KEY

"Sshhh mmhhh ..."

Sebuah suara sexy melantun indah dari bibir merah seorang wanita. Mata wanita itu terpejam merasakan kenikmat*n diarea sensitifnya.

"K-Key .... Uhhh aku gak kuat," rintih wanita itu mencengkram tangan pria disampingnya.

Pria yang dipanggil Key itu tersenyum miring. Ia membelai wajah wanita itu. Lalu, dengan cepat menyambar bibir wanita tersebut. Kedua tanganya tak tinggal diam, segera tangan itu meraup dua bongkahan kenyal tanpa penghalang apapun itu.

"Ahh, Key! Ouhhh ...." Wanita itu mendesah tak mau berhenti. "Aku mohon, Key! Jangan siksa aku seperti ini. Lakukanlah aku mohon!" pintanya dengan tangan sudah meraba-raba senjata milik pria itu yang masih terbungkus celana.

"Cukup!" Pria itu menjauh dan menepis tangan si wanita yang mulai nakal. "Lu boleh pergi!" titahnya tanpa dosa.

Seketika wanita itu menghentikan aksi benda bergetar yang kini tengah memanjakan area pribadinya. Wajah cantik itu tampak cemas akan sikap pria itu. "Maafin aku, Key! Maksudku-"

"Bukankah lu sudah tau aturan mainnya?" selanya mencengkram dagu wanita itu dengan tatapan tajam.

"I-iya," balas sang wanita ketakutan.

"Apa?" tanya Key.

"Ta-tanpa penyatuan," lanjutnya terbata.

"Good girl!" ucap Key menyeringai, menepuk pucuk kepala wanita itu. Lalu pria itu berdiri setelah mengenakan kembali kemeja ditubuhnya.

Wanita itu terisak lirih, antara takut dan kecewa merasa telah diabaikan. "Tapi kenapa, Key?" tanyanya.

Seketika Key kembali berbalik dengan menautkan alisnya. "Kenapa?"

Wanita itu memberanikan diri mendongak ke arah Key. "Kenapa kamu gak mau melakukannya denganku?"

Key tertawa mendengar pertanyaan itu. Lalu, kembali mendekat kearah si wanita "Lu mau tau alasanya?" tanyanya dan diangguki sang wanita.

"Gue bukan orang seperti lu, paham 'kan?" jelas Key begitu menusuk hati wanita tersebut, hingga air matanya keluar begitu saja.

Tentu sang wanita sadar, jika dirinya bukanlah wanita suci. Namun, perlakuan Key lebih kejam dari pada pria hidung belang. Status kekasih benar-benar hanya sebuah status tanpa sebuah perasaan. Berbeda dengan dirinya yang sudah terlanjur mencintai pria itu.

"Mulai sekarang, lu berhenti ngikutin gue!" final Key dan berlalu keluar dari ruangan itu.

"Nggak, Key! Kamu jangan ninggalin aku. Kumohon maafin aku," pinta wanita itu memelas. Namun tidak didengar pria itu.

"Key! Key!" teriak wanita itu diiringi tangis dibibirnya.

Arkyano Abigail Permana, pria tampan yang biasa disapa Key itu keluar dari kamar sebuah hotel seraya mengancingkan kembali kemejanya, dengan menyisakan tiga kancing atas saja yang masih dibiarkan terbuka. Ia mengusap bibir menggunakan ibu jari, lalu menyugar rambutnya agar tidak berantakan.

Cool! Itulah kesan pertama yang dilihat dari pria tampan bejuta pesona itu. Hingga wanita manapun, tidak dapat menolak pesona seorang Key. Bahkan pria itu, harus rela menjadi piala bergilir untuk para gadis yang memujanya. Tidak ada kata lama dalam status pacaran yang dijalaninya. Bagi pria itu semua wanita hanyalah 'mainan' yang tidak perlu didasari rasa cinta.

**

Ceklek!

"Dari mana?" Pertanyaan datar dari seseornag membuat Key sedikit terlonjak. Ia lupa, jika hari ini hari libur. Dimana sang pemilik rumah akan pulang.

"Main," balas Key singkat.

"Berhenti bermain-main!" peringat pria paruh baya itu masih dengan ekspersi yang sama.

Key tersenyum sinis. "Sudahlah, Papa gak perlu memperhatikan aku. Ini bukan waktu yang tepat," balasnya.

"Key!" Seorang wanita paruh baya menghampiri kedua laki-laki itu.

"Aku capek, Ma. Mau istirahat, kita ngobrol lagi nanti," ucap Key berubah lembut. "Selamat malam!"

Pria itu pun berlenggang menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju kamarnya. Kedua paruh baya itu hanya mampu memperhatikan putra tunggal mereka, yang diakhiri hembusan napas panjang.

"Sudahlah, Pa. Gak perlu terlalu keras menghadapinya!" ucap mama Sena, ibu dari Key.

"Aku tau, maka itu aku merasa gagal menjadi seorang ayah," balas papa Abi sendu, ayah dari Key.

Mama Sena mendekat dan segera memeluk tubuh yang masih tegap itu. "Kamu gak gagal. Ini diluar kehendak kita. Daddy bekerja keras untuk anak cucunya. Dan sekarang sudah kewajiban kamu untuk meneruskan apa yang sudah Daddy dan Mommy perjuangin, hem?"

"Aku sangat berdosa pada putraku sendiri," lanjutnya diiringi isak.

"Nggak, kamu sudah melakukan yang terbaik," balas mama Sena yang sudah berderai air mata.

"Maafin aku, maafin aku!" papa Abi mengeratkan pelukan pada sang istri, hingga pasangan suami istri itu saling menyalurkan rasa bersalah dan sesal karena sudah gagal membimbing dan mendidik putra mereka.

Tanpa mereka ketahui, Key belum memasuki kamarnya. Ia masih berdiri dibalik tembok mendengar percakapan kedua orang tuanya itu. Satu tetes bulir hangat jatuh begitu saja dari ujung matanya.

"Maafin aku! Aku gak bermaksud seperti itu. Rasa kecewalah yang membuatku seperti ini. Aku hanya butuh waktu untuk memahami apa yang kalian lakukan, memang untuk kebahagiaanku kelak."

**

Ditempat lain, tepatnya disebuah desa yang masih sejuk dengan hawa pegunungan, sorang gadis cantik tengah mengemas pakaian kedalam tas besar.

"Udah semua, Neng?" tanya seorang wanita menghampirinya.

"Iya, udah Bu," balas gadis itu.

"Ini," Wanita paruh baya itu menyodorkan secarik kertas, sebuah alamat pada sang gadis.

"Ini apa, Bu?" tanya gadis itu heran.

"Ini teh alamat rumah, Ibu Sena sama Bapak Abi. Ibu sudah bilang sama mereka, kalo besok teh kamu mau berangkat kesana. Jadi, kamu teh bisa tinggal sama mereka," balas sang ibu dengan logat khas sundanya.

"Tapi, Bu. Kenapa atuh Nay harus tinggal dirumah mereka? Kenapa gak cari kostan aja?" tanyanya bingung.

"Eleh-eleh, kamu mah sih belum tau kehidupan kota itu kayak apa? Disana itu rawan sekali kejahatan. Ibu gak mau atuh Neng geulis (Neng Cantik) Ibu, dalam bahaya," balas sang ibu mencubit hidung gadis itu hingga meringis.

"Isshh si Ibu mah, berhenti panggil Neng geulis atuh. Isin (malu) ah," protes sang gadis.

Sang ibu tergelak mendengar protesan gadis itu. Naya memang tidak terlalu suka dipanggil dengan sebutan 'Neng'. Namun, sang ibu bersikukuh menyematkan nama itu. Hingga canda tawa mengiringi malam mereka sebelum terlelap.

Kannaya Putri, ia adalah gadis cantik yang memiliki otak diatas rata-rata. Setelah lulus SMA, ia mendaftar untuk mengikuti tes mendapatkan beasiswa. Dengan kemampuan yang dimilikinya, ternyata ia diterima disebuah universitas ternama di kota. Sungguh hal itu membuat gadis yang biasa disapa Naya ini begitu senang dan siap mengejar impian di Universitas tersebut. Meski sang ibu sempat menolak dikarenakan jarak yang terlalu jauh, namun gadis itu berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

**

Tibalah sekarang gadis itu sudah siap berangkat menuju kota. Santi, sang ibu hanya bisa mengantar anak gadisnya sampai di terminal bus saja.

"Hati-hati ya, Neng!" peringat ibu Santi. "Ingat pesan, Ibu. Jangan pernah lengah, ya!"

"Iya, Bu. Ibu teh doain aja, smoga Nay sampai ditempat tujuan dengan selamat, ya!" balas Naya. "Ibu juga jaga kesehatan! Jangan banyak pikiran, Naya akan sering hubungi, Ibu. Hem?"

Akhirnya setelah pamitan, ibu dan anak itu benar-benar berpisah. Bus yang membawa Naya pun melesat meninggalkan terminal. Untuk pertama kalinya, Naya pergi jauh dan seorang diri. Ia hanya berdoa apa yang ia rencanakan semua berjalan sesuai harapan.

"Smoga Tuhan mempertemukanku, dengan orang-orang baik!"

\*\*\*\*\*\*

Bismillah, yuk gaiss ramaikan! Kisah Key si playboy tengil yang ngeselin🤭 Jangan lupa jejak pertama kalian yaa🤗 Kenalin nih, cast visualnya yaa👉

Arkyano Abigail Permana (Key)

Kannaya Putri (Naya)

Gadis Desa

Dugh

Brukkk!!!

"Awww!!" seorang gadis terjatuh, bokongnya berhasil mencium aspal ketika baru saja keluar dari sebuah bus.

"Eh, eh, copet!!!" tidak peduli dengan bok*ngnya yang sakit, ia lebih peduli akan tasnya yang digondol seorang pria.

Segera gadis itu bangkit untuk mengejar pria berambut gondrong yang sudah berlari menjauh. Meski sedikit tertatih, karena merasakan sakit dibagian kaki dan bok*ngnya. Namun, semangat gadis itu dapat diacungkan jempol. Ia berlari sekencang mungkin untuk mengejar pria tersebut.

"Hei berhenti!!!" teriak gadis itu. Namun, rasanya sia-sia kekuatan kaki pria itu lebih cepat dari pada dirinya.

Hosh! Hosh!

Gadis itu tertunduk memegang lutut untuk mengambil udara yang hampir habis dari paru-parunya. "He-hei tu-tunggu!" suara gadis itu sudah senen kemis berebut dengan udara yang keluar masuk dari mulut dan hidung.

Namun, ia tidak mau menyerah begitu saja. Mengingat dalam tas yang lumayan cukup besar tersebut bukan hanya pakaiannya. Melainkan, barang-barang penting lainnya, seperti laptop dan ponsel. Ada pula alamat yang akan ia tuju, ia pun berteked untuk mengejar kembali pria itu.

"Pokoknya teh, aku harus dapatin tasku kembali. Jika nggak, gimana atuh aku bisa sampai dirumah bu Sena?" gumamnya. "Hayulah Nay, kamu teh pasti bisa. Juara tiga atlet lari, masa kalah?" semangatnya.

Gadis itu adalah Naya, ia menegakkan tubuh dengan ancang-ancang, bak atlet lari yang siap meluncur memasuki alur jalan. "Oke, bersedia, siap, ya!"

Gadis itu menintruksi diri sendiri dan melesat mengejar pria itu. Meski ia mengenakan rok dan sandal. Namun, hal itu tak menyurutkan semangatnya. Hingga ia dapat mengejar pria itu. Dengan jarak hanya tinggal lima meter lagi, ia melepas sebelah sandal jepit yang terbuat dari karet keras dari kakinya. Kemudian, melempar sang pria yang sudah menyebrangi jalan di lampu merah itu hingga tepat mengenai kepala si pria. Pria itu pun terjatuh, karena kurang keseimbangan.

"Yes! Naya dilawan, rasain kamu pencopet kampret," ucap Naya dengan riang.

Gegas, ia hendak menghampiri pria itu. Tanpa ia sadari lampu merah sudah kembali menjadi hijau.

Tin! Tin!

"Aaaa!"

Brukkk!!!

Gadis itu terjatuh dengan kepala yang tiba-tiba berputar, lalu pandangannya buram dan ia pun tidak sadarkan diri.

**

Seorang pria dengan mobil sport berwarna hitam, siap untuk pergi ke suatu tempat. Dengan bibir yang tak berhenti mengunyah, pria itu merapihkan rambut berulang kali dari kaca spion diatas.

Tring! Tring! Tring!

Berpuluh bahkan ratusan notif chat tak henti terdengar dari ponsel miliknya. Namun, ia tak menghiraukan itu. Sudah menjadi hal biasa jika ponsel itu tak mau diam.

Ckitt!!

Pria itu menghentikan laju kendaraan setelah melihat lampu berubah jadi merah. Lalu, tiba-tiba atensinya teralihkan pada sebuah sandal yang melayang didepan kendaraannya. Hingga ia tak berkedip melihat kemana arah sandal itu berhenti.

Bugh!

Sandal yang terlihat keras itu tepat mengenai kepala seorang pria, hingga tersungkur dibahu jalan.

"Wowww!"

Pria tampan itu sampai melongo dengan apa yang terjadi barusan. Lalu, ia penasaran siapa yang melakukan itu? Matanya berputar ke kanan untuk tau si pelaku pelemparan sandal tersebut.

Terlihat seorang gadis dengan penampilan sederhana tengah berkacak pinggang. Rambut acak-acakan dengan wajah tanpa poles, tidak seperti wanita yang selama ini ada disekelilingnya.

"Siapa tuh cewek? Dia orang ndeso, apa orang gila?" tanyanya bermonolog sendiri.

Tiba-tiba saja ia dibuat kaget oleh suara klakson dari belakang mobilnya. Namun, hal tak terduga semakin membuat ia shok. Kala tiba-tiba gadis dihadapan mobilnya berteriak dan ambruk begitu saja.

"Astaga, tuh anak kenapa?" pekiknya kaget.

Merasa tak ada yang menolong, terpaksa ia pun turun untuk mengecek keadaan gadis itu. Terlihat gadis itu terkapar tak sadarkan diri. Ia pun mencoba menoel tubuh gadis itu.

"Hei, bangun! Hei, jangan tiduran disini!" ucapnya mencoba membangunkan sang gadis. Namun, tak ada respon apapun.

Bingung harus berbuat apa, ia mencoba untuk tak peduli dan meninggalkannya. Namun, seseorang mencegatnya. "Eh, Mas. Anda mau kemana? Tanggung jawab dong, jangan main tinggal aja!"

"Maaf, Pak! Tapi, saya gak kenal orang ini," balasnya.

"Biar pun masnya gak kenal, Mas tetap kudu tanggung jawab. Bawa kerumah sakit lah dia!" titah pria paruh baya itu.

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian. Kalo nggak, saya akan laporin Mas ke kantor polisi. Atas tuduhan tabrak lari."

"Eh, eh jangan, Pak! Baiklah, saya akan tanggung jawab. Saya akan bawa gadis ini kerumah sakit," balasnya. Tentu ia tak ingin bermasalah dengan polisi.

Akhirnya, dengan terpaksa ia menggendong sang gadis kedalam mobil. Terdengar hembusan napas berat setelah ia berhasil membawa sang gadis memasuki mobil mewahnya. Gadis itu disandarkan disamping kemudi dengan jok sedikit terbaring.

"Hah~ apes banget sih lu, Key," gerutunya menatap gadis itu.

Ya, pria itu adalah Key. Entah darimana peraturannya, tiba-tiba ia harus bertanggung jawab pada gadis yang tidak ia kenal sama sekali. Namun, tak ingin masalah semakin runyam, ia pun segera membawa sang gadis ke rumah sakit.

**

"Emm, dimana aku?" gumam seorang gadis yang baru sadarkan diri itu.

"Lu di rumah sakit," balas Key datar, pria yang masih stay menunggu gadis itu.

Gadis itu terlihat berpikir atau mungkin saja masih mengumpulkan sebagian nyawanya yang masih hilang. Hingga, tiba-tiba ia membelakak dan bangkit dari posisinya. Hal itu tentu saja membuat Key terlonjak, ia ikut bangkit dari kursi disamping brankar itu.

"Ya ampun, pencopet! Tas aku!" pekik sang gadis shok, kala mengingat kembali kejadian sebelumnya.

Key mengerutkan dahi heran. Hingga gadis itu beralih menatap pria itu. "Heh ini teh gara-gara kamu. Kamu teh sengaja ya, mau nabrak aku? Iya? Biar aku gak bisa kejar pencopetnya, begitu?" cerocos sang gadis dengan logat khas sundanya, tanpa ragu menyalahkan pria itu.

Key terperangah, sudah mah ia menolong. Eh malah dituduh yang bukan-bukan. "Enak aja, siapa juga yang mau nabrak lu?" kesalnya tak terima.

"Ya, kamu atuh!" tuduh sang gadis tak mau kalah. "Aku mau nangkap si copet itu, tiba-tiba kamu bunyiin klakson, pasti kamu teh lagi ugal-ugalan kayak di tv-tv gitu. Iya 'kan?"

"Astaga ini orang!" Key sampai menggaruk jidat tak habis pikir dengan pemikiran gadis itu. "Siapa juga yang mau nabrak lu? Itu lu tadi dilampu merah, Tukiyem. Orang bunyiin klakson nyuruh lu minggir, bukan mau nabrak," jelasnya pelan namun penuh penekanan.

"Sejak kapan nama aku berubah jadi Tukiyem?" tanya gadis itu heran. "Nama aku teh Naya, Kannaya Putri. Bukan Tukiyem," lanjutnya.

"Bodo amat! Gue gak peduli siapa nama lu. Lagian ya, yang bunyiin bukan gue. Tapi mobil dibelakang gue, kalo lu mau nyalahin, salahin mobil yang berada dibelakang gue," cerocos Key yang sudah hilang kesabaran.

"Udah dibantuin, bukannya bilang terima kasih juga, malah ngomel-ngomel," Gadis itu terdiam seperti merasa bersalah.

"Semua biaya udah gue bayar. Gue cabut," pamit Key masih kesal dan hendak pergi. Namun sebuah tangan lembut tiba-tiba mencekal tangannya.

"Tunggu!" cegat Naya, hingga Key berbalik kembali.

"Apa lagi?"

"Apa kamu mau, bantu aku lagi?"

\*\*\*\*\*\*

Sebuah rasa peduli

**

"Apa kamu mau, bantu aku lagi?" tanya Naya ragu-ragu. Tentu ia malu untuk meminta bantuan pada pria yang sudah ia salahkan. Bahkan yang sudah menolongnya.

"Cih!" Key berdecih masih merasa kesal dengan gadis itu. "Nggak!" jawabnya singkat.

"Ayo atuh A, bantuin aku sekali lagi, ya!" pinta Naya memelas. "Hapunten atuh, maafin salah paham tadi, ya!"

Key memutar bola mata malas. Sungguh ia masih merasa kesal, dan enggan menanggapi permintaan gadis itu.

"Aku teh dari desa. Kesini mau lanjut kuliah. Sama Ibu disuruh cari alamat seseorang buat nanti aku tinggal. Tapi, gimana atuh nya? Alamatnya ditas tadi yang kena copet itu. Belum lagi hape, laptop, semua barang-barang aku udah raib," jelas Naya sendu.

"Aku orang baru disini, gak tau mau minta bantuan sama siapa, selain sama kamu," lanjutnya.

Gadis itu tertunduk diiringi isak lirih dari bibir tipisnya. Entah kenapa Key merasa iba pada gadis itu. Ada rasa tiba-tiba ingin membantu yang terbesit dihatinya.

"Gue gak yakin bisa bantu, lu. Apalagi lu kehilangan alamat yang dituju," Meski ketus, akhirnya Key mau menyahuti.

Seketika Naya mendongak. "Atuh A, tolongin aku! Kasih aku pekerjaan apa aja lah gak apa-apa, asal ada tempat tinggal sementara buat aku," ucapnya memohon.

Key terdiam sejenak, kemudian terbesit ide diotaknya. "Ya udah gini aja. Lu boleh tinggal sama gue, jadi pembantu gue tapi. Gimana?" sarannya.

"Serius, A? Beneran?" tanya Naya tak percaya. Matanya membola dengan tangan menggerakan tangan pria itu.

"Iya!" balasnya singkat.

"Aaaa!!!" pekik Naya kegirangan. Segera ia turun dari brankar, lalu tanpa aba-aba menubrukkan diri pada tubuh Key.

"Hatur nuhun A, hatur nuhun pisan (Terima kasih A, terima kasih banyak)," ucap Naya tulus. Tentu ia tak menyangka, dikota besar seperti itu ternyata masih ada orang baik.

Key tersenyum tipis. Entah kenapa ia ikut senang melihat gadis itu senang. 'Tanpa saling mengenal, tanpa sebuah alasan, hanya karena sebuah rasa peduli, gue melakukannya!' batin Key bergumam.

**

"Disini tempat tidur lu!" ucap Key membuka kamar pembantu untuk Naya tinggali.

"Eleh-eleh, gede pisan (besar sekali)" Naya begitu takjub melihat kamar yang seukuran ruang keluarganya saat didesa. Setelah sebelumnya dibuat tarcengang dengan interior dan kemegahan rumah bak istana itu.

"Kamu teh tinggal sendiri di istana segede gini?" tanya Naya penasaran.

Key terkekeh. "Ini rumah bukan istana," balasnya.

"Nggak ah, menurutku mah sama aja," balas Naya dengan mata menelisik ruangan itu. Key hanya geleng-geleng kepala melihat ke katroan gadis itu.

"Kamu teh beneran sendirian. Cuma ditemenin si Bibi yang tadi?" tanya Naya kembali. Ya, ketika masuk mereka disambut wanita paruh baya, pembantu dirumah itu.

"Nggak, nyokap sama bokap gue lagi keluar. Yang tadi, Bi Tarsih. Ada dua lagi art disini. Ningsih sama mbak Ati. Security didepan itu pak Samsul, sama tukang kebun mang Eman," jelas Key panjang kali lebar. Naya ber 'oh ria' menanggapi seraya mengingat nama-nama penghuni rumah itu.

"Ngomong-ngomong, lu inget dong dimana kampus tempat lu akan kuliah?" tanya Key.

"Ya ingat atuh. Lagian namaku sudah terdaftar disana," balas Naya.

"Dimana?" tanya Key.

"Di Universitas X," balas Naya. "Aku ikut test beasiswa dan alhamdulillah bisa masuk di Universitas favorit itu. Ah, senengnya akutuh. Tapi ... Sepertinya keinginan aku teh sekarang cuma tinggal angan," jelas Naya yang diakhiri sendu.

Key melongo mendengar penjelasan gadis itu. Kampus yang dimaksud Naya adalah kampus yang sama dengannya. "Jadi, lu akan kuliah dikampus gue?" tanyanya.

"Hah?" Naya menganga merasa tak percaya. "Jadi, itu kampus milik kamu?"

"Ck! Bukan milik gue. Maksudnya gue juga kuliah disana," balas Key dan diangguki Naya dengan bibir kembali berbentuk 'O'.

Pria itu melihat jam dipergelangan tangannya. "Gue harus pergi dulu. Kalo lu butuh apa-apa lu tanyain sama bi Tarsih. Ingat, jangan buat masalah!" peringatnya.

"Siap A!" balas Naya dengan semangat. Hal itu membuat Key tersenyum lucu. "Sekali lagi, hatur nuhun nya A," ucapnya dan diiyakan Key yang kemudian pergi.

Naya sedikit mampu menghela napas lega. Ia pergi ke dapur untuk mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan. "Bi, ada yang bisa Nay, kerjakan?" tanyanya dengan sopan.

"Gak ada, Nay. Semua sudah beres. Nanti saja pulang Bapak sama Ibu, kita siap-siap lagi buat bikin makan malam," balas bi Tarsih dengan lembut.

"Baiklah kalo begitu mah, Bi. Nanti Nay, bantuin atulah masaknya,"

"Emang kamu bisa masak?" tanya bi Tarsih tak percaya.

"Bisa atuh, Bi. Masa perawan gak bisa masak. Isin atuh," kekeh Naya dan disambut tawa wanita baya itu.

"Eh-eh ada orang baru, toh?" tanya seorang wanita, yang lebih tua darinya.

"Nah, kenalin Nay, ini Ati. Kamu panggil mbak Ati ya," ucap bi Tarsih memperkenalkan wanita itu.

Naya tersenyum senang dan segera mengulurkan tangan. Begitu pun, mbak Ati yang menyambutnya dengan baik. Mereka pun berbincang, asal usul Naya yang bertemu dengan majikan mereka, Key. Naya yang friendly tentu mudah bergaul dengan siapapun.

"Awas, kamu harus hati-hati lho, sama mas Key!" peringat mbak Ati.

"Kenapa emang, Mbak?" tanya Naya.

"Sini, Mbak bisikin!" Naya medekatkan diri untuk dapat mendengar ucapan wanita itu.

"Mas Key itu playboy, pacarnya banyak," celetuk mbak Ati.

"Ah, masa Mbak?" tanya Naya tak percaya.

"Beneran, nanti kamu juga pasti bakal tau. Hati-hati aja kalo suatu saat dia godain kamu. Kamu itu cantik lho, Nay. Bisa jadi sasaran empuknya," peringat mbak Ati.

"Ah, si Mbak mah bisa aja," kekeh Naya. "Baik, Mbak. Akan aku ingat itu."

Ditengah perbincangan mereka tiba-tiba datanglah seorang perempuan sebaya dengan Naya. Perempuan itu terlihat ngos-ngosan membawa banyak barang ditangannya.

"Sini, biar aku bantu!" Naya mengambil beberapa kantong kresek dari tangan perempuan itu, lalu menaruhnya diatas meja dapur.

"Eh, eh keheula kamu teh saha? (Bentar dulu, kamu tuh siapa?)" tanyanya dengan logat sama seperti Naya.

"Aku Naya, kamu teh urang sunda juga?" gadis itu pun memperkenalkan diri pada gadis yang melongo itu.

"Dia Ningsih, iya dia orang sunda juga," balas mbak Ati. Ningsih hanya melirik tak suka pada Naya. Bahkan, ia buru-buru menarik tangannya saat berjabatan.

'Jigana ieu awewe teh bakal jadi saingan Ningsih. Pokokna, ulah sampai aa Key teh berpaling ka si eta (Sepertinya, perempuan ini bakal jadi saingan Ningsih. Pokoknya, jangan sampai aa Key berpaling sama dia)' batin Ningsih mendumel sendiri.

Melihat Naya yang tampak cantik, membuat gadis itu ketakutan, sang majikan berpaling pada gadis itu. Ia yang selalu mendapat kedipan menganggap hal itu serius dan mengklaim pria itu menyukainya. Padahal siapa yang tidak tau Key, playboy tengil yang siapa saja akan masuk dalam pesonanya. Entah apa yang akan terjadi pada Naya, akankah ia juga terjatuh?

******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!