Seketika tenggorokan Airlangga terasa kering. Dia berdehem sambil tersenyum kecut.
Cantika sendiri merasa panik. Airlangga sebenarnya di suruh olehnya dan sang Ibu untuk melayani para tamu yang hadir.
"Airlangga ini pemalu, jadi dia lebih senang duduk di pojok, memisahkan diri dari banyak orang," jawab Cantika.
Kaisar tidak mengatakan apapun, dia hanya menaikkan satu alisnya ke atas. Lalu menghabiskan kopinya.
Beberapa menit kemudian, Kaisar, Cantika dan Airlangga berada di dalam mobil. Mereka menuju ke sekolah Airlangga. Dia mengamati Airlangga dari kaca spion.
Airlangga tipe pria cantik. Gemulai juga. Duduknya seperti wanita dengan kaki yang rapat satu sama lain. Kedua tangannya berada di atas paha. Menatap keluar jendela. Matanya sendu dan menenangkan. Hidungnya kecil dan tinggi. Bibirnya mungil berwarna merah, tapi berisi. Ehm, enak untuk....
Netra Kaisar membelalak. Dia menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa dia tertarik melihat seorang pria? Wah, berbahaya.
Cantika yang melihat ekspresi Kaisar mengerutkan dahinya. "Ada apa? Mas?"
Kaisar tersenyum kaku sambil membenarkan kerah lehernya yang terasa menyekik. "Tidak apa-apa."
Kaisar tersenyum kaku sambil menghela nafas dalam.
"Kau pulang jam berapa, Airlangga?" tanya Kaisar.
"Aku, eh pulang jam lima karena ada ekskul tambahan. Biasanya jam tiga sore. Ada apa, Kak?" tanya Airlangga curiga.
"Tidak apa-apa. Hanya sekedar bertanya saja karena selama ini aku jarang sekali melihatmu ketika aku datang ke rumah," kilah Kaisar.
Airlangga sendiri merasa canggung berada satu mobil dengan Kaisar. Apalagi melihat gelagat Kaisar yang seperti sedang mencurigainya. Dia takut pria itu sudah tahu kenyataannya. Tangannya semenjak tadi memegang kain celana erat sambil menggigit ujung dalam bibir bawah.
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama setengah jam mereka sampai di halaman sekolah Airlangga.
Beberapa siswa yang ada di sana melihat mobil mewah itu terparkir. Seperti penasaran siapa yang akan keluar dari mobil itu.
"Terima kasih, Kak Kaisar."
Kaisar mengangguk.
"Kak, aku masuk ke sekolah," kata Airlangga lagi pada Cantika.
"Hmm, sudah cepat sana keluar," ujar Cantika bosan. Kaisar menatap ke arahnya dengan tatapan tidak senang. "Katanya tadi dia akan terlambat, jadi aku menyuruhnya cepat masuk."
Airlangga lalu membuka pintu mobil dan keluar. Semua yang menatap ke arah mobil itu nampak terkejut. Selama ini, Airlangga bersikap seperti murid biasa. Bukan dari kalangan menengah ke atas. Berangkat menggunakan ojek, pulang naik bis. Barang yang digunakan pun, barang murahan.
Seorang anak gadis seumurannya datang mendekat. Memegang tangan Kaisar dan bersikap manja.
"Hai, Ngga, tumben kau datang siang. Biasanya kau selalu datang paling pagi." Wanita itu melihat ke arah mobil.
"Kau naik mobil itu?" tanya Putri.
"Itu mobil tetangga." Airlangga risih dengan perlakuan Putri, dia mencoba melepaskan pegangan tangan Putri sambil melihat ke arah mobil dengan wajah memerah.
"Adikmu, sudah punya kekasih sepertinya?" celetuk Kaisar.
"Aku akan mengatakan ini pada Ayah. Ayah berharap banyak pada Airlangga jika dia malah fokus pada wanita, Ayah pasti akan kecewa." Cantika tersenyum senang.
Cantika seperti menemukan emas. Dia bisa menggunakan ini untuk membuat ayahnya marah.
"Dia sudah remaja. Pasti ingin dekat dengan lawan jenisnya." Namun, hati Kaisar juga tidak senang mengatakan itu. Dia menatap terus Airlangga sampai tidak terlihat lagi dibalik tembok kelas yang berjejer.
***
Tubuh Airlangga terasa sangat lelah sekali setelah mengikuti ekskul pecinta alam. Dia sangat senang dengan ekskul ini karena sesuai dengan identitasnya sebagai lelaki. Selain itu, dia tidak harus bertempur secara fisik dengan teman pria lainnya seperti jika mengikuti ekskul beladiri, sepak bola, dan basket. Hanya harus bergelut dengan kemampuan diri untuk menaklukkan medan dan waktu saja.
"Ngga, tunggu dong," panggil Putri. Dia merasa kesal karena Airlangga bersikap cuek setelah dia mengeluarkan isi hatinya pada pria itu.
Walau Airlangga tidak seperti pria kebanyakan, tapi Putri sangat menyukainya. Airlangga itu sangat halus perasaannya dan peka, serta perduli. Mereka telah menjalin pertemanan dari semasa sekolah di SMP. Kini setelah mereka mengenal dekat, Putri sadar jika dia nyaman berada di dekat Airlangga. Mungkin ini cinta, pikirnya.
"Ih, kamu kok dingin banget sih, Ngga? Tidak bisa gitu kamu bersikap seperti biasanya?" tanya Putri dengan wajah cemberut ketika sudah berada di dekat Airlangga.
"Kau tahukan jika aku mencintaimu."
"Aku suka dengan pertemanan kita Putri dan aku tidak ingin merubahnya menjadi hubungan yang lainnya. Yang nanti bisa menyebabkan hubungan kita merenggang ketika kita bertengkar atau berpisah."
"Artinya kau menolakku?"
Bagaimana bisa Airlangga menerima Putri sebagai kekasihnya karena mereka sama-sama wanita. Batin Airlangga.
Airlangga menghentikan langkahnya. Dia menghadap ke arah Putri. Memegang kedua bahu gadis cantik itu.
"Kita masih terlalu dini untuk berpikir tentang cinta. Aku masih ingin meraih masa depanku baru berpikir tentang hubungan antara wanita dan pria."
Putri menunduk mengusap air matanya. "Tapi kau tidak akan punya kekasih sebelum hal itu terjadi kan? Atau kau mengatakan ini karena mencintai gadis lain?"
Airlangga tertawa kecil. "Tidak ada gadis yang aku cintai saat ini." 'Dan Seterusnya.'
"Kalau begitu aku akan menunggumu sampai kau berhasil. Namun, ingat jangan pernah ada gadis lain yang dekat denganmu selain aku."
Tepat ketika mengatakan itu, sebuah motor berhenti di sebelah dua orang itu.
"Putri, daripada kau menginginkan banci itu jadi kekasihmu mending sama aku saja yang jelas terlihat jantan dan kuat,'' seru Brian.
"Brian. Bisa tidak sih kau tidak mengganggu Airlangga? Dia tidak pernah membuat masalah denganmu, tapi kau selalu membuat masalah dengannya?"
"Dia adalah icon buruk sekolah ini. Pria yang terlihat lemah, lebih cocok jadi wanita."
"Walau terlihat lemah, tapi nyatanya dia mampu mengalahkanmu tadi? Dia juga memenangkan kejuaraan antar sekolah," bela Putri pada Airlangga.
Brian yang mendengar langsung memerah wajahnya. Dia langsung turun dari motor.
"Hajar saja, Ian, buktikan kau lelaki tangguh di depan banci itu," teriak Samuel, teman Brian.
"Yang banci itu kamu, bisanya main keroyok aja," ujar Putri membela Airlangga.
"Minggir kau Putri, aku akan ajari dia bagaimana jadi pria sejati," ujar Brian mendorong tubuh Putri menjauh dari Airlangga.
Samuel dan teman-temannya memegang tubuh Putri. Brian tersenyum licik ke arah Airlangga.
"Jadi kau lebih hebat, Banci?" kata Brian mencekal kerah Airlangga membuat tubuh kecil Airlangga sedikit terangkat.
"Ian, lepaskan Angga, jangan kau sakiti dia." Putri nampak ketakutan. Namun, berbeda dengan Airlangga, dia tenang seperti air.
Dia sudah biasa dipukul oleh Ira dan Cantika. Jadi ini bukan masalah besar.
"Aku akan mengajarimu bagaimana cara menjadi lelaki," kata Brian melayangkan pukulan ke arah Airlangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
AR Althafunisa
kasihan Air 🥲🥲🥲
2023-10-25
0
Uneh Wee
kasian airlangga karna ke egoisan org tua dia harus rela berkorban demi harta
2023-04-28
1
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-03-19
0