Airlangga memejamkan mata menanti nasibnya yang selalu siap karena berurusan dengan orang-orang jahat dan egois. Namun, berapa saat ditunggu, dia tidak merasakan apapun.
Ketika dia membuka mata sedikit, dia melihat tangan Brian di pegang oleh seseorang yang berdiri di belakangnya. Airlangga menengok ke belakang.
Sebuah senyuman terpatri di bibirnya yang tipis dan lebar. Sangat tampan membuat dada Airlangga berdegub kencang. Bibir sama yang telah menjelajahi tubuhnya.
Seketika tubuh Airlangga bergidik ngeri, teringat malam itu. Dimana.... Airlangga menggelengkan kepalanya. Enggan untuk mengingat malam itu.
"Hei, siapa kau?" hardik Brian dengan tangan masih dicekal erat oleh Kaisar. Dengan wajah merah padam dia berusaha untuk melawan Kaisar.
"Kau yang siapa? Beraninya mau melukai adik iparku!" balik Kaisar dengan suara penuh penekanan, netranya yang tajam menatap keras Brian. Tangannya meremas kuat tangan Brian, membuat pria muda itu meringis kesakitan. Seketika nyali Brian menjadi ciut.
"Maaf, Om, saya hanya bercanda saja dengan Airlangga, begitu kan?" tanya Brian sambil tertawa menatap ke arah Airlangga.
Airlangga langsung mengangguk. "Lepaskan saja dia, Kak," katanya.
Kaisar langsung melepaskan tangan anak muda itu.
"Pergi dari sini cepat, kalau tidak, aku bisa membuat kau keluar dari sekolah ini karena telah berbuat kasar pada adikku!" ancam Kaisar.
Setelah itu, dengan gerakan cepat Brian dan teman-temannya pergi dengan cepat dari tempat itu dengan mengendarai kendaraan roda dua dengan cepat.
Airlangga bernafas lega. Satu masalah selesai tapi ada masalah lain lagi yang harus dia hadapi.
"Tuh kan, gue bilang apa, kalian yang banci. Baru segitu aja udah ngompol," teriak Putri senang. Dia lalu mendekat ke arah Airlangga.
"Ngga, kamu nggak kenapa-napa kan?" Putri memeriksa tubuh Airlangga tapi tangannya langsung dipegang oleh Airlangga ketika hampir memegang dadanya.
"He... he... aku baik-baik saja kau tidak perlu khawatir."
Kaisar sendiri seperti menjadi obat nyamuk bagi sepasang sejoli itu. Dia menatap Putri, mencoba mengenali bau gadis itu. Namun, sepertinya dia tidak mengenali. Gadis ini berbeda dengan gadis yang dia temui di hotel waktu itu.
Kaisar menghela nafas panjang. Jemputan Putri datang dan anak itu pergi terlebih dahulu. Setelahnya kini hanya ada Airlangga dan Kaisar di sana.
"Kakak kok bisa disini?" tanya Airlangga.
"Kebetulan lewat dan melihat kau sedang bertengkar dengan temanmu," jawab Kaisar tanpa ekspresi.
"Kalau begitu terimakasih atas bantuannya, Kak. Tapi aku harus pergi sekarang karena sudah sore."
Airlangga berlari pergi tapi baru satu langkah kerah belakang bajunya sudah ditarik oleh Kaisar. Sehingga dia mundur lagi ke belakang.
"Heh! Kau mau kemana?"
"Pulang," jawab Airlangga cepat dengan suara polosnya.
"Ikut denganku," ujar Kaisar menarik kerah Airlangga dan mendorong masuk ke dalam mobil.
"Kak, aku tidak ingin merepotkanmu," kilah Airlangga. Namun, tatapan tajam Airlangga membuatnya mengatupkan bibir rapat.
Pria itu lantas duduk di sebelah Airlangga. Airlangga menggeser pantatnya agar tidak bersentuhan langsung dengannya.
"Jalan," perintah Kaisar pada Emilio. Membuat Airlangga sesak karena harus satu mobil dengannya.
Detik demi detik yang Airlangga rasakan di dalam mobil itu seperti menyiksanya. Rasanya dia ingin melompat keluar dari mobil itu.
Tangannya menarik-narik celananya. Keringat dingin keluar dari dahinya dengan deras walau udara dalam mobil itu terasa dingin. Dia membuang nafas keras.
"Kenapa kau terlihat tegang? Seperti ketakutan. Tenang saja aku tidak akan menyakitimu jika kau tidak membuat masalah denganku," ucap dingin dan datar Kaisar sembari mengambil pistol dari balik baju dan mengusapnya.
Airlangga yang melirik, melonjak dengan bergerak lebih ke sudut kursi dengan cepat, sampai menaikkan kedua kakinya ke kursi.
"Kak, kau mau apa?" pekik Airlangga.
Kaisar terkekeh. "Aku tidak melakukan apapun, hanya ingin membersihkan pistol ini karena tadi baru saja kupakai."
Kaisar menatap tajam ke arah Airlangga dan memajukan tubuhnya. "Kenapa kau takut? Apa kau melakukan sebuah kesalahan padaku?"
Netra Airlangga melebar hal itu makin membuat Kaisar tertarik. Dia tambah memajukan wajahnya sehingga nafas mereka saling menerpa kulit satu sama lainnya.
Bulu mata lentik itu cocoknya untuk wanita, kenapa ada di mata Airlangga? Menarik. Dan bau tubuhnya terasa menenangkan, bau harum bayi yang lembut. Dia ini pria tapi sepertinya jiwanya wanita karena semua yang ada pada dirinya terasa berbeda dari pria pada umumnya. Apalagi kulit putih wajahnya yang memerah membuat Kaisar gemas dan tidak tega untuk menekan. Menekan?
Pikiran aneh terbit di diri Kaisar. Wow, ini bukan dirinya, sejak kapan dirinya tertarik pada pria? Apakah dia punya kelainan? Dan kenapa sesuatu menegang dibawah sana ketika jarak keduanya semakin mendekat. Ini tidak baik.
Wajah Kaisar memucat seketika. Dia langsung menarik tubuhnya sendiri menjauh dari Airlangga.
Airlangga sendiri merasa tenang dan bisa bernafas lega. Dia menyeka keningnya yang basah.
"Aku hanya ingin apa kau terlibat dalam masalah sabotase minumanku sewaktu acara pesta anniversary pernikahan orang tuaku?" tanya Kaisar to the point sambil mengendalikan dirinya. Lebih tepatnya mengatasi ketegangan yang ada di bawah sana.
"Sial, kenapa aku harus tertarik pada pria ini? Apa aku punya kelainan?" rutuk Kaisar dalam hati. Dia menaikkan satu kaki ke atas kaki yang lain agar tidak terlihat jelas apa yang terjadi dibaliknya.
Airlangga sendiri menduga jika Kaisar sudah tahu apa yang terjadi. Tanpa terasa dia meneteskan air matanya berharap orang tuanya tidak tahu identitas asli dirinya jika dia adalah seorang pria.
Jika tidak, maka ibunya tidak akan bisa berobat lagi. Bagaimana ini? Pikir Airlangga.
Melihat Airlangga yang menangis membuat Kaisar bingung.
'Aduh, ini pria kok kayak wanita! Rose saja tidak pernah lebay seperti ini.'
Kaisar mengambil sapu tangan dari sakunya dan memberikan pada Airlangga. Dia seharusnya bersikap tegas pada anak muda ini. Namun, kenapa dia tidak tega? Hatinya ikut ngilu mendengar isak tangisnya.
"Kenapa malah menangis."
Airlangga mengusap air matanya dengan sapu tangan berwarna putih dengan sulaman benang emas bertuliskan nama keluar Kaisar, Gonzales. Dia menghela nafasnya panjang.
"Seharusnya aku yang marah karena kau telah menjebak ku dalam masalah ini," ungkap Kaisar kesal.
Airlangga melirik lalu tangisnya semakin keras, membuat Kaisar meringis. Dia merasa Airlangga sedang berakting untuk lolos dari pertanyaannya.
Emilio yang sedang menyetir jadi penasaran dengan apa yang terjadi. Bukankah yang dibelakang adalah adik Nona Cantika yang seorang pria? Namun, tangisnya seperti suara seorang wanita saja. Dia lalu melihat dari pantulan kaca spion untuk tahu apa yang terjadi.
"Apa alasanmu melakukan itu? Kenapa kau tidak mau jujur malah bersikap seolah tidak tahu apapun! Tidak tahukah kau siapa diriku! Apa perlu kubuka semuanya agar mulutmu itu terbuka?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-03-19
0
Triiyyaazz Ajuach
hmm jadi mgkn pas acara aniversary ortu Kaisar si Cantika mau jebak Kaisar biar bsa tidur dgnnya tapi Kaisar diselamatkan Airlangga tapi justru Airlangga yg jadi korbannya
2023-03-12
0
Anggi Susanti
penasaran q siapa yg jebak kaisar kok malah airlangga yg tidur sama kaisar...🤣🤣🤣 tentu saja km normal kaisar itu air adalah gadis yg sekarang status gadisnya sdh berganti wanita karena sdh km renggut kegadisanya
2023-02-05
2