Godaan Sang Mantan
...Happy Reading...
Sad Boy?
Julukan yang tidak pernah terbayangkan sekalipun dalam kehidupan seorang Dr. Marvin Abimanyu SpKj.
Bertahun-tahun dia belajar untuk mendapatkan gelar dokter dan melanjutkan studi spesialis kejiwaan dengan dikelilingi wanita berparaskan cantik dan cerdas, namun perasaannya dipatahkan begitu saja hanya dengan seorang gadis sederhana yang bernama Niar, yang kini sudah bertunangan dengan kekasihnya yang sudah terjalin bertahun lamanya walau dalam status hubungan LDR.
Marvin merupakan dokter spesialis yang handal, itu mengapa dia direkrut kusus oleh keluarga Samuel secara pribadi, untuk menangani penyakit langka yang diderita Samuel.
Karena memang mereka seumuran, selain menjadi dokter pribadi Samuel, Marvin juga merupakan sahabat terdekat satu-satunya.
Hingga saat Marvin dalam keadaan terpuruk, Samuel lah satu-satunya sahabat yang akan menemaninya melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.
"Uncle?"
Suara bocah kecil itu melengking memenuhi ruangan apartement milik Dokter Marvin yang hampir satu bulan ini kosong, karena dia tinggal pergi mudik ke kampung halaman Oma nya untuk menenangkan diri.
"Kenzo Rajendra Bramantyo, apa kabar kamu Cil?" Marvin langsung merentangkan kedua tangannya dan berjongkok untuk memeluk anak SD berambut keriting yang selalu membuat dirinya gemas itu.
"Panggil saja aku Yoyo, ribet banget sih uncle ini, huh!" Dan Nocah kecil itu seolah enggan dipeluk oleh dokter tampan itu, karena Yoyo lebih memilih menghindar dan duduk diatas meja tamu miliknya.
"Yoyo! sini peluk Uncle, kamu nggak rindu apa sama Uncle Marvin?" Umpat Marvin yang memang sering dibuat takjub oleh semua kelakuan Yoyo yang memang terkadang dewasa sebelum waktunya.
"No, uncle bau sampah!" Bahkan Yoyo sampai memencet hidungnya sendiri saat mencium bau Marvin yang memang dalam keadaan acak-acakan dan kucel, karena seharian ini dia hanya bermalas-malasan di tempat tidur saja.
"Pfffttthh!" Samuel yang mendengar umpatan dari anak kesayangannya itu hanya bisa menahan tawanya saja.
"Yoyo sayang, nggak boleh ngomong gitu, nggak baik nak, walau itu kenyataan sekalipun!" Rinjani pura-pura memperingatkan Yoyo, padahal dia pun ikut menyetujuinya.
"Tapi Uncle memang bau mom."
Anak dari kakak kandung Samuel ini memang sudah dianggap layaknya anak sendiri, bahkan Rinjani pun sangat menyayanginya, walau pada awalnya dia sering dikerjain oleh bocah yang masih bau ingus itu.
"Mommy tahu itu nak, dan kamu memang benar." Jawab Rinjani yang membuat Marvin semakin dongkol.
"Bahahaha!" Samuel dan Yoyo langsung tertawa bersamaan, bahkan mereka bertos ria dihadapan wajah kusut Marvin.
"Dasar kalian ini, orang tua macam apa kalian berdua ini, hah? ngajarin anak nggak bener?" Umpat Marvin yang langsung membanying tubuhnya di sofa empuk miliknya.
"Karena memang putraku tidak pernah berkata bohong, coba sini aku lihat?" Samuel langsung berjalan mendekati sahabatnya itu. "Aishh... pantesan Yoyo bilang bau sampah!" Umpat Samuel yang langsung kembali menjauh dari dokter itu.
"Benarkah? apa kamu habis bersih-bersih selokan Vin?" Ledek Rinjani.
"Dih, kurang kerjaan banget!" Dia langsung menutupi wajahnya dengan bantal sofa itu.
"Seluruh badannya bau alkohol yank, bahkan baunya menyengat sekali." Samuel memilih mencium istrinya untuk mengalihkan bau alkohol itu.
"Beuh... pantas saja anak gue bilang gitu! kalau begitu kita main diluar yuk nak, Uncle mu itu tidak ramah lingkungan, apalagi untuk anak Mommy yang tampan ini, lets go!"
"Hmm.. Baiklah!" Yoyo langsung berjalan santai keluar ruangan setelah mengibaskan rambut keritingnya itu.
"Jangan main jauh-jauh sayang, nanti aku rindu!"
"Yaelah... cuma didepan rumah aja, kakak urusin dulu itu sahabat kakak, biar nggak bau sampah lagi, suruh dia menerima kenyataan hidup, biar pahit sekalipun, ya kan Yo?"
"Betul.. Betul.. Betul!" Jawab Yoyo yang menirukan film kartun kesukaannya itu.
"Haish... kalian ini hanya menghujat aja bisanya, bisa nggak tobat sekali aja jadi netizen!" Umpat Marvin kembali.
"Diamlah, mandi dulu sana, sudah jam berapa ini, sudah sebulan cuti kerja, masih aja malas-malasan, mau gue mandiin sekalian?" Samuel langsung menendang-nendang kaki Marvin disampingnya.
"Mau banget, tolong mandiin Eyke dong Bang!"
"Dih, jijik aku dengarnya, berhembus sana, atau aku panggilkan petugas damkar biar mereka yang mandiin kamu dengan penyemprotnya itu!"
"Ckk... dasar pemarah, tunggu sebentar, aku mandi dulu!" Akhirnya Marvin berjalan lunglai menuju kamar mandi dikamarnya.
"Haish... Putus cinta memang bisa membuat orang menjadi gila, bahkan Dokter secerdas dia bisa jadi bodoh dalam sekejap mata."
Samuel hanya menggelengkan kepalanya saat melihat puluhan botol tergeletak berserakan dilantai kamar sahabatnya.
Hingga akhirnya Samuel memilih memanggil petugas kebersihan Apartement itu sambil menunggu Marvin selesai mandi.
"Wuidih... sudah bersih aja ini kamar? tumben anda baik sekali, mau membantu membersihkan kamarku?" Setelah menunggu beberapa saat Marvin sudah keluar dengan wajah yang lebih segar.
"Dih... sory! kalau orang lain bisa, kenapa harus gua?" Itulah semboyan yang selalu Samuel ucapkan.
"Jadi bukan kamu? baru saja aku ingin berterima kasih tadi, untung nggak jadi."
"Kenapa kamu harus pergi?" Tiba-tiba Samuel langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Emang kenapa?"
"Kamu tidak tahu kan apa yang terjadi saat pertunangan Niar dan Dito?" Sedikit banyak, Samuel sudah mendengarkan cerita dari pihak Niar dari Istrinya.
"Apa mereka gagal bertunangan?" Marvin langsung mendekatinya dengan penuh harap akan mendapatkan kabar baik.
"Jangan mimpi kamu, bahkan Jani tadi membawakan undangan dari Niar untukmu!" Karena selainjngin melihat kondisinya, mereka juga mendapatkan titipan undangan dari Niar.
"Asiaall." Marvin langsung melempar handuknya mengenai sebuah foto kecil yang terpajang diatas meja miliknya.
"Kamu menyukainya!" Samuel merasa prihatin dengan nasip percintaan sahabatnya itu.
"Anda masih bertanya? cih... aku kira anda sahabatku yang bisa paham akan diriku, ternyata zonk!"
"Hais.. ternyata dalam dunia percintaan tampan saja tidak cukup, lalu kalau kamu menyukainya, kenapa kamu memilih pergi, harusnya kamu bertahan dan merebutnya, itu baru namanya berjuang?"
"Maksudnya?"
"Kenapa kamu tidak mendatanginya dengan gentle, bahkan kamu tidak tahu kan kalau aku tertembak disana?"
"Hah? Kamu tertembak? tapi kamu masih hidup, apa ini arwahmu?"Marvin memicingkan satu matanya.
"Kurang ajar kamu ya, jadi kamu harap aku mati? o... tidak semudah itu, kalau aku mati pun kamu yang akan menjadi tumbal berikutnya!"
"Aish... maksudku, siapa yang berani menembak seorang Samuel?" Kehidupan di kampung Omanya mengalihkan pikirannya di kota kala itu.
"Aku rasa bukan aku sasarannya, saat itu bahkan aku ingin melindungi Rinjani."
"Apa dia mengincar istri kamu?"
"Sepertinya bukan juga, karena posisi Rinjani saat itu tiba-tiba ingin pindah dari tempat duduknya." Samuel mengingat krmbalj kejafian tragis kala itu.
"Lalu menurut kamu, siapa yang dia incar?"
"Mereka menduganya kamu Vin, karena kamu adalah penghalang dari hubungan Niar dan Dito?" Ucap Samuel dengan praduga mereka selama ini.
"Hei... kenapa pula aku? aku bahkan berbesar hati untuk merelakan dia demi kekasihnya itu, walau hatiku seolah hancur tak bersisa kok!" Marvin langsung protes karenanya.
Dia yang merasa terlalu cinta dengan Niar, tidak tega jika harus mengacaukan acaranya dan menanggung malu hanya karena dirinya, itu mengapa Marvin memilih pergi untuk mengobati lukanya sendiri di kampung bersama Omanya.
"Sepertinya ada yang salah dengan calon suami dari wanita idamanmu itu!" Samuel sudah merasa curiga sejak awal dengan Dito, firasatnya mengatakan ada yang janggal saat baru melihat raut wajahnya saja.
"Maksud kamu dia punya musuh?" Marvin menaikkan kedua alisnya.
"May be yes, may be no!" Samuel menaikkan kedua bahunya.
"Awas saja, kalau sampai dia melukai gadisku, tidak akan aku biarkan pernikahan itu terjadi!" Marvin langsung mengepalkan kedua tangannya, dia yang sudah berkorban mati-matian untuk sekedar merelakan, tidak akan pernah terima jika akhirnya Niar terluka karenanya.
"Tapi ada baiknya juga saat musibah itu menimpaku." Terbesit satu senyuman di wajah Samuel yang tampan itu.
"Kok bisa, orang tertembak kok malah senang, punya nyawa cadangan kamu?" Marvin menaikkan satu alisnya.
"Akhirnya aku bisa mendapatkan restu dan kata maaf dari ibu mertuaku, hehe!"
Setelah tragedi pertunangan Niar dan Dito yang berakhir dengan kericuhan karena adanya tragedi penembakan yang menimpa diri Samuel, suami dari Rinjani, sahabat terbaik dari Niar itu, namun ternyata ada hikmah dari kejadian penembakan itu, karena sejak kejadian itu Ibu Rinjani mulai membuka pintu maafnya untuk anak mantunya yang ternyata adalah pelaku dari tragedi kecelakaan yang menimpa suaminya dulu.
"Hmm... jika pertunangan mereka saja kacau, bagaimana dengan pernikahan mereka nantinya? fuuh... aku percaya, jika Niar memang untukku, pasti akan ada jalan agar kita berjodoh kembali nantinya."
Terbersit sebuah senyuman, saat pertunangan Niar ternyata tidak berjalan dengan mulus, dan tidak menutup kemungkinan bahwa Marvin bisa masuk dicelah-celah hubungan mereka sebelum hari pernikahan, karena Godaan Sang Mantan terkadang memang lebih mengerikan daripada Godaan Setan.
Tuhan menempatkan seseorang di hidupmu karena sebuah alasan. Dan jika kamu kehilangannya maka itu karena sebuah alasan yang lebih baik.
Hai bestie-bestieku tersegalanya, jumpa lagi di lapak Dr.Marvin sama Niar, semoga menjawab rasa penasaran kalian dengan nasip Dokter Tampan kita.
Jangan lupa tekan Tombol Subscribe atau Favorit 💙 agar selalu mendapatkan Notif update selanjutnya.
Lanjut yok🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Noeyfen Chabhy
Alhamdulillah aku nunggu2 eh tau tau udah beres aja ni kisah Niar sama Marvin makasih Thor
2023-05-08
0
alien
semangat dokter, jangan lama2 galaunya
2023-03-30
0
nuraeinieni
aq mampir thor
2023-03-30
0