...Happy Reading...
Memang sakit rasanya, saat dulu kita sedekat Nadi, namun kini akhirnya harus sejauh Matahari, bahkan Matahari yang sudah tenggelam tergantikan dengan terangnya sinar Rembulan malam.
Dalam satu bulan ini Niar disibukkan dengan berbagai rangkaian persiapan pernikahannya, namun entah mengapa hatinya terasa hampa, tidak seperti pasangan lain yang begitu semangat dalam memilah-milah rangkaian acara dan segala embel-embelnya.
'Daniar Wening' dengan nama akhiran yang berarti tenang, namun tidak seperti hatinya saat ini yang kalut karena saat berdua bersama tunangannya pun dia masih merasa kesepian.
"Sayang.. besok aku harus balik lagi ke Kalimantan, jadi untuk pemilihan baju pengantin kita ajukan hari ini saja ya?"
Karena mata pencaharian Dito berada di pulau yang berbeda dari tempat tinggal Niar saat ini, jadi Dito hanya bisa membantu mempersiapkan pernikahan mereka sebagain saja, sisanya Niar dan keluarganya sendiri yang menyiapkan.
"Pernikahan kita tidak sampai satu bulan lagi loh yank, kenapa kemarin nggak sekalian aja ngambil cuti sampai bulan depan?" Tanya Niar yang sedikit merasa kecewa, pernikahan kan teejadi atas kesepakatan bersama, jadi harus dipersiapkan berdua, namun entah mengapa dia merasa berat sebelah.
"Nggak bisa yank, kalau harus selama itu, jadi nanti beberapa hari sebelum pernikahan aku akan minta izin pulang lagi." Dito mengusap kepala tunangannya perlahan.
"Huft... apa sesulit itu minta izin dari perusahaan?"
"Memang begitu aturannya yank, kamu yang sabar ya, tidak lama lagi kita akan selalu bersama, okey?"
"Hmm." Akhirnya hanya anggukan kepalanya saja yang bisa menggambarkan betapa kecewanya Niar kali ini.
"Kiss nya mana?" Dito mulai sedikit manja.
"Nggak mau, nanti kita malah nggak jadi berangkat, kacau lagi semua persiapannya." Tolak Niar.
"Halah... sebentar aja yank?" Renggek Dito.
"Kendaraan onlinenya sudah sampai tuh, kita berangkat ke Butik sekarang aja yuk, soalnya kalau sore pemiliknya ada janji dengan klien lain katanya."
"Ckk... ya sudahlah!"
Akhirnya mereka berdua naik mobil online yang mereka pesan menuju ke alamat Butik, yang beberapa waktu lalu dia kunjungi bersama Rinjani.
Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya mereka sampai di sebuah Butik baju pengantin terbesar di kota itu.
"Selamat pagi mbak, selamat datang di Butik kami." Saat mereka datang pemilik Butik itu sudah menunggu didalam ruangan itu, dan memperlakukan Niar seperti tamu kelas VIP.
"Pagi bu, apa bajunya sudah siap?" Tanya Niar dengan tangannya yang selalu terpaut di lengan Dito walau hatinya entah kemana.
"Sudah, mari saya antar untuk mencoba gaunnya mbak." Ucap Pemilik Butik itu dengan ramah.
Dan disana sudah terlihat kebaya modern berwarna putih yang memanjang dengan full payet yang sangat indah.
Saat itu Rinjani yang memilih bentuk model dan bahannya dan membantu mengurus segalanya, Niar memilih menyerahkan semuanya kepada pilihan Rinjani, karena katanya Butik itu langganan suaminya kalau membuat jas untuk kerja di kantor.
"Bagus yank, kamu pinter milihnya." Dito mulai berkomentar saat melihat gemerlapnya pakaian itu dibawah sinar lampu.
"Mas suka?" Niar tersenyum karena pilhan Rinjani ternyata memang tidak pernah salah.
"Suka banget, lalu jas yang akan aku pakai nanti warna apa?" Tanya Dito sambil melihat-lihat koleksi jas berbagai merk yang terpajang lainnya disana.
"Warna kesukaan kamu lah, tuh yang ada disampingnya." Tunjuk Niar ke salah satu jas berwarna putih yang terpajang di samping patung kebaya pilihannya.
"Hah, sejak kapan aku menyukai warna putih yank?" Dito langsung memicingkan kedua matanya, karena dia memang tidak suka dengan warna putih, karena terlalu kontras dengan warna kulitnya yang memang sawo matang.
"Ehh?" Otak Niar kembali berputar, karena dia mulai melupakan sesuatu tentang kekasihnya itu.
"Dari dulu aku sukanya warna hitam, kalau enggak biru navi, masak kamu lupa sih yank?" Dito sering bercerita segala tentangnya ke Niar, walau hanya lewat telepon saja.
Astaga, kenapa aku sampai lupa, warna putih kan warna favorit dokter Marvin, habislah aku!
Niar mencengkeram ujung bajunya, bisa-bisanya disaat mereka sedang berdua, namun ingatannya selalu tertuju dengan dokter spesialis kejiwaan itu.
"Hehe... nggak suka ya? aku ingat sih yank, cuma bajuku kan warnanya putih, jadi aku pikir kalau jas kamu juga putih kan bisa senada gitu." Satu kebohongan mulai Niar terbitkan, untuk menutupi segala kekhilafan tentang dirinya.
"Tapi aku nggak suka putih yank, kurang macho gitu, boleh ganti yang hitam saja kan yank?"
Jika kekasihnya sudah seperti itu, Niar tidak lagi bisa menentangnya, walau memang pasangan kebaya miliknya dari awal berwarna putih.
"Hmm... boleh, hitam juga nggak masalah."
Niar memilih menyetujuinya saja, dia malas berdebat hanya karena masalah kecil saja pikirnya, apapun yang membuat kekasihnya itu bahagia dia tidak akan melarangnya.
"Baiklah mbak semua sudah pas ya, apa ada bagian baju yang perlu ditambahkan payet atau hiasan lainnya?" Karena baju inti dalam sebuah pernikahan itu memang terletak dari baju pengantin wanitanya, karena dia yang akan tersorot menjadi ratu sehari nantinya.
"Aku rasa cukup buk, kami juga hanya melakukan pernikahan sederhana saja." Jawab Niar, walau baju pengantin itu bahkan sangat cocok jika dipakai di gedung pernikahan mewah sekalipun.
"Kalau begitu, mbak mau melakukan pembayaran uang muka dulu, atau mau melunasinya sekaligus?" Tanya Pemilik Butik itu yang melakukan prosedur kerjanya.
"Lunasi aja sekalian mbak, berapa harganya?" Niar berpikir Dito sudah menyiapkan segalanya, karena dia bahkan yang mengajukan jadwal pemilihan baju pengantin ini pikirnya.
"Semuanya sepuluh juta rupiah mbak, dan karena mbak adalah rekannya mbak Rinjani istri dari pak Samuel salah satu langganan kami, butik ini memberikan bonus untuk rias pengantin kalian, dihari pernikahan nanti."
Selama ini Samuel tidak pernah menawar ataupun protes dengan segala rancangan baju hasil karyanya, bahkan dia sering sekali mengirimkan bonus jika baju itu sangat menarik baginya, jadi pemilik Butik itu ingin memberikan kesan yang baik untuk seseorang yang direkomendasikan oleh Samuel, jadi dia memberikan harga yang eksklusif bahkan dengan bahan yang eksekutif untuk Niar.
"Sssth... harga sewa baju itu sepuluh juta? mahal sekali yank?" Dito langsung menarik lengan tunangannya ke sudut ruangan dan mulai berbisik dengannya.
"Itu nggak sewa yank, tapi aku beli, lagian juga dapat free rias pengantin nantinya, sama aja kan dengan harga sewa keseluruhannya nanti?"
"Aku tidak mau!"
Degh!
Terlihat sangat jelas, Dito menolak mentah-mentah keinginan dan impian Niar sejak masa remaja dulu, yang sangat ingin memiliki baju pengantin sendiri dan akan mengabadikan baju pernikahan itu sampai tua nanti atau bahkan menurunkan kepada anak cucu mereka sebagai baju turun temurun.
Jadilah orang kecil yang berpikiran besar, jangan jadi orang besar yang selalu berpikir kecil dan Pelit.
Karena orang pelit kuburannya sempit ✌😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Tha Ardiansyah
belum jadi suami aja udah pelit, gimana nanti
2023-04-09
0
Susi Andriani
orang pelit kuburanya sempit betuul,,,,betull ,,,,betullll😃😃😃😃
2023-02-25
1
fitriyana
kayaknya ada yg ngk bers dengan dito???
2023-02-21
1