...Happy Reading...
Untuk sekelas harga kebaya mewah itu, sepuluh juta tergolong sangat murah sekali, dan menurut Niar uang segitu tidaklah seberapa bagi Dito yang gajinya cukup besar di Kalimantan sana, bahkan jika dia banyak mengambil lemburan gajinya satu bulan bisa sampai puluhan juta lebih pikirnya.
"Ngapain harus beli yank, kita sewa aja, lagian juga cuma dipakai sekali?" Bisik Dito kembali yang terlihat sekali dari wajahnya kalau dia merasa keberatan.
Iya juga sih, tapi...
Memang benar kebaya itu hanya dipakai sekali, tapi menurutnya pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral, jadi baju pengantin itu adalah saksi bisunya.
"Tapi kan buat kenang-kenangan yank, bisa juga dipakai anak-anak kita nanti." Niar pun segan, dia sebenarnya tidak ingin memberatkan pihak pasangannya, namun dia terlanjur memesan itu dengan Rinjani sejak awal.
"Kita sewa aja, buat apa kita buang-buang uang hanya untuk baju pengantin kan?" Dito kembali menolak keinginan calon istrinya.
Padahal itu adalah impianku sejak dulu, dan kamu tahu itu!
"Tapi aku sudah terlanjur memesannya hari itu yank, masak bilang nggak jadi?" Selain itu Niar pun malu jika harus mengatakan hal itu kepada pemilik Butik yang sudah menyelesaikan pesanannya.
"Aku nggak mau tahu, pokoknya kita sewa saja, lagian kita harus menghemat uang untuk biaya setelah pernikahan kita nanti sayang." Dito menghela nafasnya berulang kali seolah hal ini menjadi beban bagi dirinya.
Kok dia jadi begini? dulu saat masih pacaran royal banget, sekarang uang sepuluh juta aja itung-itungan, padahal itu sudah dikasih fasilitas rias pengantin free saat hari pernikahan nanti, kalau sewa di Salon pengantin juga kurang lebih segitu, aku rasa pemilik butik itu sudah memberikan diskon banyak banget dengan model kebaya secantik itu, karena pak Samuel yang merekomendasikan kami, padahal aku tidak meminta mahar apapun nanti, cukup seperangkat alat sholat juga nggak masalah, haduh.. gimana ya, aku kan nggak enak jadinya.
"Okey, mas tunggu di luar aja, biar aku yang mengurusnya nanti." Akhirnya dengan seribu pertimbangan Niar memilih menyelesaikan hal itu sendiri.
"Sewa aja ya yank, soalnya masih banyak yang harus kita beli kedepannya." Dito mengusap kepala Niar dan meninggalkan kekasihnya untuk keluar dari ruangan itu terlebih dahulu.
"Hmm."
Niar hanya bisa menggangukkan kepalanya dengan lemas dan satu persatu kebohongan sudah mulai dia tambahkan terus menerus dalam list dosanya, karena dia tidak mungkin membatalkan pesanan baju itu, sedangkan bajunya sudah siap untuk dipakai.
Niar:
Rinjani, boleh aku minta tolong?
Niar langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Rinjani, tidak ada jalan lain selain meminta pertolongan dengan sahabatnya itu.
Rinjani:
Tentu, katakan saja Niar, kamu kayak sama siapa aja sih?
Tidak menunggu waktu yang lama, Rinjani langsung membalas chat dari sahabatnya itu.
Niar:
Tapi maaf sebelumnya, aku mau ngrepotin kamu nih?"
Rinjani:
Jangan sungkan, atau kamu mau aku datang ke rumahmu sekarang? aku lagi santai kok, main sama Yoyo ini.
Niar:
Tapi aku malu Jani?"
Rinjani:
Katakan Niar, jangan bikin aku penasaran, atau mau aku kirimkan santet ke rumahmu sekarang juga?
Niar:
Gila luu ya? aku cuma mau pinjam uangmu dulu, tapi sekarang, sepuluh juta, nanti setelah hari pernikahan aku langsung lunasi deh, soalnya aku nggak pegang uang banyak sekarang, bisa nggak Jan?"
Rinjani:
Kamu cek di mobile bankingmu sekarang, sudah masuk apa belum, sudah aku kirim.
Tanpa banyak bertanya, tanpa menunggu jeda, tanpa ba bi bu, Rinjani langsung mentransfer sejumlah uang bahkan tiga kali lipat dari permintaan sahabatnya itu.
Niar:
Astaga, kenapa banyak sekali Jani? sepuluh juta aja Jan, kalau sampai segini gimana aku mau bayarnya nanti?
Rinjani:
Nggak usah dibayar, itu untuk kado pernikahanmu, aku bayar di muka, hehe...
Niar:
Aku nggak mau, pokoknya nanti aku kembalikan.
Rinjani:
Jangan terlalu dipikirkan, anggap saja uang itu balasan dari mie instan yang sering kamu berikan untukku dulu saat kantongku kering, jadi kita impas nggak punya utang ya, hehe..
Niar:
Aku jadi nggak enak, makasih ya Rinjani, semoga Tuhan membalas akan semua kebaikanmu.
Rinjani:
Jangan melow begitu bisa nggak cuy, aku kok malah jadi merinding bacanya.
Niar:
Apapun itu thanks banget Jan, luph you sekebon deh.
Rinjani:
Dih najis, masak jeruk makan jeruk, hehe..
Niar:
Daripada sotong makan sotong?
Rinjani:
Haha... Ya sudah selesaikan dulu urusanmu, besok kita jumpa di tempat biasa, okey?
Niar:
Siap, makasih ya Sob.
Dulu susah senang mereka selalu bagi berdua, bahkan saat Rinjani belum mendapatkan kiriman uang makan dari ibunya, Niar lah yang selalu datang membantu, walau hanya mampu membelikan mie instant dan gorengan saja, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk mengisi perut mereka berdua yang kosong.
Dan saat ini bagi Rinjani, uang segitu banyaknya tidak begitu sulit, karena Samuel selalu memberikan uang bulanan melebihi semua kebutuhan keluarga mereka.
Dan di sebuah taman didepan Apartement itu, Rinjani termenung dengan segala tentang Niar sahabat terbaiknya itu.
"Pasti ada yang tidak beres dengan mereka, aku harus menemui Niar sekarang juga!" Rinjani langsung menenteng tas kecil miliknya dan bergegas ingin menemui sahabatnya itu.
"Woi mommy mau kemana! kenapa aku ditinggalkan begitu saja?" Teriak Yoyo yang sudah berkacak pinggang diatas meja yang terbuat dari batu di Taman itu.
"Ya ampun, maaf Yo, mommy lupa!" Dia menepuk jidatnya sendiri dna kembali berlari kearah Yoyo yang sudah bermuka masam.
"Mentang-mentang aku tidak sebesar Daddy, dengan mudahnya Mommy melupakan aku begitu saja, padahal kan aku lebih tampan dari Daddy!" Yoyo mulai protes keras karenanya, dia selalu tidak terima jika Rinjani selalu memanjakan Daddynya saat ada dirinya, bahkan mereka sering bersaing mencari perhatian dari Rinjani kalau sedang dirumah.
"Astaga, bukan begitu nak, sini Mommy gendong sayang." Rinjani langsung merentangkan tangannya, karena terlalu memikirkan nasip sahabatnya dia bisa lupa kalau sedang bersama putra manjanya.
"Tidak perlu, aku sudah dewasa dan bisa jalan sendiri, huh!" Yoyo langsung melengos dan memilih berjalan sendiri sambil bersidekap meninggalkan Rinjani terlebih dahulu dari Taman kecil itu.
"Tapi Yo?"
"Jangan sentuh aku Mom!" Yoyo mengangkat satu tangannya ke udara sebagai tanda penolakannya.
"Fuuh... kenapa lama-lama dia jadi mirip sama Daddynya, padahal mereka bukan sedarah, tapi ada juga mungkin sebagian ya?"
"Mommy mengumpatku ya?" Yoyo langsung mendelik keaal saat menolehnya.
"Ow... tentu tidak, Mommy mana berani sayang?" Rinjani langsung mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Awas kalau Mommy berani mengumpatku ya, tidak akan aku biarkan Mommy tidur berdua dengan Daddy malam ini." Ancam Yoyo yang selalu jadi gangguan diantara mereka.
"Huh, kalau Mommy tidak masalah nak, tapi Daddymu yang bisa kumat kalau tidur berjauhan dari Mommymu ini!" Umpat Rinjani perlahan sambil mengelus dadaanya.
"Mommy, jangan mengumpatku terus bisa nggak!" Protes Yoyo kembali.
"Okey sayang, malam ini kita tidur bertiga deh, mau nggak!" Akhirnya dia punya cara jitu untuk merayu bocilnya itu.
"Cih, Mommy pikir aku anak kecil, tidak berani tidur sendirian? Lemah, huh!" Dia langsung mengibaskan rambut keritingnya itu dengan tingkah lucu nan menggemaskan.
"Woahaha... anak itu memang luar biasa!"
Akhirnya Rinjani hanya bisa mengikuti langkah bocah kecil yang mudah ngambekan, seperti suami kesayangannya yang bernama Samuel itu.
Jalan lupa, Author tetap menunggu dukungan kalian ya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
🅘🅨🅐🅡
ketinggalan banyak bacanya, kirain belum launching godaan sang mantan....dito mencurigakan jangan2 dikalimantan dia udah ada wanita lain..
2023-03-01
1
Diank
Woahhh....mengemaskan banget sech Yoyo sini tak gigit pipimu
2023-02-18
1
Carlina Carlina
waaaahhhh si ditoooooo bukan orang baik" niiiicchhh😡😡😡😡awaaaaaasss kamuuuu ditoooookkkkkk😡😡😡😡
2023-02-16
3