...Happy Reading...
Hari ini entah mengapa kepala Samuel terasa berdenyut nyeri sedari ia membuka kedua matanya tadi pagi, pandangannya pun seolah terasa berkunang-kunang, tubuhnya pun terasa lemas tak bertenaga.
"Sayang." Samuel memanggil Rinjani dengan suara paraunya.
"Iya kak, udah bangun? mau sarapan dulu nggak?" Rinjani yang baru saja selesai mandi langsung berjalan mendekat saat mendengar suara panggilan dari sang suami.
"Enggak, aku belum lapar, sini peluk aku dulu!" Samuel menepuk bantal disampingnya.
"Hari sudah hampir siang kak, nggak malu apa sama mentari pagi, dia udah mentereng diatas sana, kakak malah mau minta peluk lagi?" Rinjani sedang malas jika harus keramas pagi ini dan harus mengulang mandi untuk yang kedua kalinya, jadi dia harus pintar-pintar memutar otak untuk menolak keinginan suaminya tanpa harus menyakitinya.
"Kepalaku pusing yank, berdenyut aja sedari tadi, sakit banget yank!" Samuel terlihat meringis sambil memukul-mukul kepalanya.
"Hah, kakak sakit?" Rinjani langsung berlari dan melompat ke atas ranjang untuk memeriksa keadaan suaminya.
"Hmm.. makanya peluk aku dulu." Rengek Samuel dengan wajah melasnya, karena hanya dengan pelukan wanita itu, sakit kepalanya terkadang sembuh bahkan tanpa menggunakan obat.
Mau aneh, tapi inilah Samuel.
Grep!
Rinjani langsung berbaring disamping tubuh suaminya dan membawa tubuh Samuel kedalam pelukan hangatnya.
"Maafkan aku kak, aku tidak tahu kalau kakak sakit kepala, aku panggilkan Dokter Marvin kesini ya?" Rinjani takut jika penyakit langka suaminya akan kambuh lagi, walau sudah lama dia tidak mengeluh tentang penyakitnya itu, namun Marvin pernah berpesan dengan dirinya bahwa ada kemungkinan penyakit Samuel bisa kambuh sewaktu-waktu, tergantung dengan kondisi tubuhnya.
"Nggak usah, aku cuma butuh dipeluk saja." Samuel langsung mengungselkan wajahnya ditubuh istrinya yang harum semerbak mewangi setelah mandi.
"Tapi kak, daripada nanti kambuh lebih baik biarkan Marvin memeriksa kondisi kakak dulu okey?" Rinjani mengusap lembut rambut cepak milik suaminya.
"Kamu cukup peluk aku yang kenceng, nanti juga sembuh sendiri." Samuel selalu merasakan kenyamanan tersendiri jika sudah berada dalam pelukan Rinjani.
Ceklek!
"Mom, aku masih ngantuk!" Tiba-tiba suara Yoyo mengalihkan perhatian mereka, saat bocah kecil itu menyembulkan kepalanya ditengah-tengah pintu kamar mereka.
"Aduh.. Bocah ini selalu datang tidak tepat waktu." Umpat Samuel yang sudah lemas duluan, karena sudah pasti akan ada makhluk penggangu diantara mereka.
"Yoyo? memang si mbak kemana?" Tanya Rinjani yang langsung bangun dari tidurnya.
"Nangis di pojokan." Jawab Yoyo tanpa merasa bersalah sedikitpun, dia bahkan menyandarkan tubuhnya dipintu sambil bersedekap santai.
"Hah? kamu apain dia nak?" Rinjani langsung menurunkan bahunya, sebenarnya Rinjani tidak mau mencari babysitter lagi untuknya setelah yang terakhir kali minta keluar karena ingin fokus mengurus suaminya yang sakit-sakitan, karena setelah itu Yoyo kembali berulah, jadi Rinjani sudah lelah mencari pengganti dan memutuskan untuk mengurus Yoyo sendiri, namun Samuel lah yang bersikeras untuk mencarikan babysitter kembali untuknya, agar waktu Rinjani lebih banyak dirinya.
"Ckk... nggak aku apa-apain kok, dia cuma takut sama ular." Yoyo tersenyum tanpa dosa setelah mengatakannya.
"Astaga, emang ada ular masuk kedalam kamar kamu nak?" Karena terkejut Rinjani langsung melepas pelukan dari suaminya.
"KENZO! bisa nggak kamu main di luar dulu!" Samuel langsung memanggil nama asli putra kandung kakaknya yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri itu.
"Kak, ada ular katanya, biar aku periksa dulu ya?" Rinjani masih saja sering tertipu oleh bocah kecil itu.
"Nggak perlu, mana ada ular dirumah ini, pasti itu hanya akal-akalan si Yoyo aja buat ngerjain mbaknya itu." Jawab Samuel yang sudah bisa menebak kejahilan putranya itu.
"Masak sih?" Rinjani kembali mengamati wajah putra kesayangannya itu.
"Jawab yang jujur Yoyo, atau Daddy akan marah, bener ada ular?" Tanya Samuel kembali dengan tegas.
"Bener."
"Kamu nggak bohong?" Samuel menegaskan hal itu kembali.
"Enggak, seriusan ada ular, tapi hanya ular mainan, hehe." Senyum bocah itu langsung melebar.
"Huft... astaga bocah yang satu ini, selalu saja membuat aku jantungan." Rinjani langsung menghela nafas beratnya.
"Apa aku bilang, kalau bocah itu belum cukup tidurnya pasti ngusilin mbaknya!" Samuel kembali memeluk tubuh istrinya dan tidur diatas pangkuannya.
"Kalau Yoyo masih ngantuk, bobok lagi aja nak, hari ini kan guru Yoyo datang siang kan?" Rinjani kembali mengeluarkan ilmu kesabarannya.
"Temenin Mom, si mbak masih nangis, aku nggak bisa tidur sama orang nangis, berisik!" Yoyo berjalan mendekat kearah mereka.
"Nggak boleh, Daddy lagi butuh Mommy sekarang, kamu nanti siang aja ya!" Samuel langsung mengeratkan pelukannya ke tubuh Rinjani, seolah tidak ada yang boleh menyentuhnya.
"Kenapa Yoyo yang harus terus mengalah? Yoyo kan juga butuh Mommy?" Tanya Yoyo sambil berkacak pinggang.
"Tapi Mommy Rinjani itu istri Daddy, jadi dia harus nemenin Daddy dulu, baru nanti giliran kamu, kan Daddy yang nikahin Mommy, bukan kamu kan!" Jika sudah kumat begini, Samuel tidak pernah mau mengalah walau dengan bocah kecil sekalipun.
"Astaga, apa aku jadi piala bergilir antara anak sama bapak ini?" Umpat Rinjani yang hanya bisa meniup poni rambutnya dengan jengah.
"Apa Yoyo juga harus menikahi Mommy dulu?" Tanya Yoyo dengan polosnya.
"Enak aja, kamu mana boleh menikahi Mommy kamu sendiri!" Samuel sering kali ingin menjewer telinga Yoyo jika bandelnya sudah tidak tertahankan seperti ini, namun Rinjani selalu melarang suaminya mendidik putranya dengan kekerasan.
"Jadi, apa Yoyo juga harus mencari istri, agar ada yang nemenin Yoyo kalau lagi ngantuk dan masih pengen bobok?" Yoyo mengucapkannya dengan wajah yang menggebu, karena dia iri saat Samuel sering bermanja-manjaan dengan sang Mommy.
"Pfffthhh!" Rinjani langsung membenturkan wajahnya diatas bantal, karena menahan tawa saat mendengar ocehan bocah yang satu itu.
"Astaga, kamu ini masih bocah, tau apa kamu soal mencari istri, kamu pikir mencari istri seperti membeli mainan apa?" Samuel bingjng harus menjawab apa jika sudah begini.
"Memang apa bedanya? yang penting kan bisa memberikan nafkah lahir dan batin kan?" Ucap Yoyo kembali yang membuat mulut sepasang suami istri itu mengaga dengan sempurna.
Gubrak!
"Yoyo, siapa yang mengajari kamu tentang hal itu, hah?" Samuel bahkan melupakan rasa sakit dikepalanya saat itu juga karena begitu terkejut mendengar penuturan bocah dibawah umur itu.
"Aku pernah baca disalah satu Tabloid bekas di gudang saat itu." Jawab Yoyo sambil mengingat-ingat.
"Astaga, tapi nggak ada tutorial cara memberikan nafkah batin kan Yo?" Samuel langsung mencengkeram rambutnya sendiri, entah kenapa putranya itu bisa main ke gudang pikirnya.
"No, tapi kalau Daddy ingin aku mempelajarinya, biar aku tanyakan nanti dengan guru privat Yoyo."
"JANGAN!" Teriak Samuel dan Rinjani secara bersamaan.
"Why? kata guru Yoyo, aku boleh bertanya soal apapun kepada guru, kalau memang ada yang tidak tahu." Yoyo menengadahkan kedua telapak tangannya ke atas, sambil menaikkan kedua bahu kecilnya.
"Habislah kita kak, dia terlalu cerdas untuk kita kelabuhi."
Rinjani pun bingung harus bagaimana setelahnya, karena kecerdasan anak itu memang diluar rata-rata bocah seumurannya, jadi apapun bisa dia lakukan jika hal itu membuat dirinya merasa penasaran.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Elmaz
wkwkwkwks.....dasar yoyo super sekali....👏👏👏👏
2023-02-23
0
Diank
Gubrak , ya ampun Yoo .....kepintaran kamu Nak, bikin muyer kepala Daddy dan Mommy mu
2023-02-18
1
Carlina Carlina
dasar bocah tengiiillll😅😅😅😅😅😅😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-02-16
0