Pembantu Pribadi Tuan Muda
Alarm ponsel berdering begitu kuat hingga getarannya membangunkan seorang gadis berusia 19 tahun. Rambut setengah punggung tampak kusut ketika dia bangun dari berbaringnya.
“Hoaam.”
Merengangkan otot-otot tubuh, gadis muda berparas cantik dengan wajah bulat melirik kearah jendela. Matahari belum bersinar, itu yang ada didalam pikirannya saat ini.
“Sebaiknya aku segera bersiap.” Suara lembut mengalun ditelinga, ucapan itu keluar dari bibir kecil yang tampak pucat karena baru bangun dari tidur yang indah.
Langkah kecil menuju kearah kamar mandi yang telah tersedia didalam kamarnya. Setelah membersihkan seluruh badan, gadis dengan tinggi 150 itu mengambil pakaian kerja.
Tampak di depan cermin, rok panjang berwarna hitam. Baju berkerah dengan warna hitam bercampur putih. Selain itu, dasi kupu-kupu terselip diantara kerah baju yang dia kenakan.
Rambut setengah punggung itu di kepang dengan rapi. Setelah semua siap, gadis dengan mata kecoklatan memutuskan untuk memulai hari pertamanya.
Hari pertama dia menjadi seorang pembantu pribadi tuan muda. tuan yang hanya sekilas dilihat olehnya. Tanpa tahu nama bahkan seperti apa Tuan itu, dia hanya berpikir bagaimana bisa kerja untuk membantu orang tuanya.
Tiga hari yang lalu...
Hembusan angin menerpa wajah gadis yang kini tengah menatap keindahan desa, tempat tinggalnya.Matanya melirik kekanan dan kekiri, bibir tipis yang merah ranum bergerak menahan kegugupan. Gadis itu bernama Nayla Putri.
“Nayla, kemarilah!” ucap Bi Sih yang merupakan sahabat Ibunya.
Mendengar namanya dipangil, Nayla bergegas mendekati Bi Sih.
“Nak, kamu sudah ingat pesan ibumu bukan?” tanya Bi Sih sambil melangkah menuju ke mobil yang menjemput mereka.
“Tentu Bi, Nay mengingat semuanya.” Nayla menjawab pertanyaan Bi Sih dengan tersenyum lembut.
Bi Sih pun mengangguk. “Baik Nak, masuklah....”
Nayla masuk kedalam mobil. Hari ini ia akan mengikuti keinginannya, yaitu bekerja sebagai pembantu dikediaman Margatha.
Sebelum mengambil keputusan ini, Nayla sempat berunding dengan sang Ibu.
“Nayla, kamu yakin nak ingin bekerja?” tanya Durvin Saryan, Ibu Nayla.
Mendengar pertanyaan Ibunya, Nayla tersenyum perlahan. “Ibu, Nayla kan sudah lulus sekolah. Nayla juga perlu bekerja untuk membantu kebutuhan kita. Lagi pula, Nayla ingin merasakan uang sendiri Ibu.”
Mendengar penjelasaan sang Anak, Durvin Saryan menghela nafas.
“Sudahlah Durvin, lagi pula disana ada diriku. Aku akan menjaga Putrimu.” Imbuh Bi Sih yang kedatangannya untuk menawarkan pekerjaan kepada Nayla.
Sebenarnya, Bi Sih ingin Ibu Nayla yang bekerja. Sayangnya, Ibu Nayla sekarang tidak kuat lagi untuk bekerja secara berlebihan. Akhirnya Nayla lah yang mengambil tawaran itu.
“Baiklah jika itu keinginanmu. Ibu berpesan untukmu Nayla. Bekerja disana ingatlah akan batasan. Ibu berharap kamu tidak menyukai atasanmu sendiri, atau lebih tepatnya orang yang menjadi Tuanmu sendiri.” pesan sang Ibu sambil mengusap kepala Nayla.
Nayla mengangguk. “Baik bu, Nayla akan mengingatnya.”
Mengingat apa yang sudah dijanjikan, Nayla menatap kearah jendela mobil. Ia memandang jalanan yang masih terlihat sepi.
Saat ini mereka baru keluar dari kampung Nayla. Untuk tiba dikota tempat Bi Sih bekerja, perlu waktu 3 jam kesana. Tidak heran, Nayla mulai bosan memandang pepohonan yang ada.
“Nak, tidurlah ... kalau sudah tiba, Bi Sih akan membangunkanmu.” Bi Sih memberikan bantal leher kepada Nayla.
Nayla mengambil bantal itu lalu mengunakannya. “Terimakasih Bi, Nayla akan tidur sebentar.”
Bi Sih mengangguk mendengar ucapannya. Nayla pun tidur dengan tenang menikmati perjalanan mereka.
3 jam telah berlalu.
“Nak,Nak Nayla ... bangun sayang.”
Nayla membuka matanya perlahan, ia merasa seseorang menepuk pelan pipi kanannya.
“Hm, Iya Bi?” Nayla keluar dari mobil dengan perlahan. Matanya menatap sekitar setelah pulih dari rasa kantuk.
“Kita sudah tiba, Nak Nayla mari masuk kedalam.” Ajak Bi Sih dengan melangkah terlebih dahulu.
Nayla yang masih mengantuk, tidak memperhatikan langkahnya. Hingga, keseimbangan Nayla goyah yang berhasil membuatnya tersandung.
“Eh!”
Nayla membelakkan mata saat melihat dirinya tidak terjatuh ke tanah.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya seseorang dengan suara yang ramah.
Nayla seketika menjauh dan membenarkan posisinya. “Maaf ... Ehm, Terima kasih.”
Mata Nayla membulat dengan kilauan kagum. Ia baru pertama kali melihat lelaki berwajah tampan dengan senyum manis dibibirnya.
“Iya sama-sama, perhatikan langkahmu.” Ucap Lelaki yang kini pergi meninggalkan Nayla. Kepergian lelaki itu membuat dia menghela nafas meratapi kecerobohannya.
“Astaga Nak, Kamu kenapa bisa bengong. Untung ada Tuan Muda.” Ucap Bi Sih yang mendekati Nayla.
“Tuan Muda?” kaget Nayla dengan menatap Bi Sih. Tentu Nayla kaget mendengar apa yang Bi Sih katakan. Tuan Muda yang sedang mencari pembantu baru saja menolongnya.
Mendapati tatapan Nayla, Bi Sih tersenyum. “Iya, Dialah Tuan Muda yang akan kamu jaga. Tapi sebelum itu, Bi Sih akan membawamu bertemu dengan Tuan besar dan Nyonya besar.”
Nayla tidak lagi berucap. Ia mengikuti langkah Bi Sih yang menaiki tangga marmer.Pandangan Nayla terangkat dengan cepat, matanya semakin kaget melihat rumah yang ternyata mewah didepan mata.
“Aku tidak memperhatikannya, ternyata keluarga Margatha bukan orang biasa.” benak Nayla.
Mereka memasuki ruangan yang langsung disungguhi dengan pemilik Rumah.
“Oh kamu Bi Sih ... kemarilah!”ucap seorang Pria dengan jas hitam yang dikenakan. Wajahnya memang sudah tua, tetapi ketampanan pria itu tidak memudar. Nayla sampai meneguk salivanya.
“Apa ini yang Ibu maksud, jangan sampai jatuh cinta dengan pemilik rumah? Tapi, aku bukan penyuka om-om.” benak Nayla.
“Ayo Nayla, kita mendekat.” Bi Sih menarik tangan Nayla menuju ke arah ruang tamu.
Disana sudah ada Pria yang menyapa Bi Sih, lalu seorang wanita disampingnya. Nayla menebak bahwa wanita itu adalah Istrinya. Hanya dimatanya, sang Istri ini terlihat muda entah berapakah umur beliau. Lalu ada dua anak muda lain yang menatap kearah mereka.
“Bi Sih, bagaimana liburanmu?” tanya sang Wanita yang mengunakan pakaian mewah. Ada selendang yang terselip diantara pergelangan tangan.
“Sangat menyenangkan Nyonya besar. Tidak menyangka dikampung sudah mulai berkembang. Jalan yang dulu berliku-liku, kini sudah diperbaiki oleh pemerintah.” jawab Bi Sih dengan wajah bahagia.
Wanita yang dipanggil Nyonya Besar mengangguk. “Baguslah, pasti seru disana ... oh ya, siapa gadis muda disampingmu Bi Sih?”
Bi Sih mengenggam tangan Nayla dengan lembut. “Nyonya besar, Bi Sih mendengar anda mencari pembantu untuk Tuan Muda. nah, Bi Sih membawa anak muda ini untuk bekerja disini.” Jelas Bi Sih.
Nayla menatap kearah Nyonya Besar yang menatap balik padanya. Rasa gugup karena ditatap membuat Nayla meneguk saliva dengan susah payah.
“Oh begitu ya, yasudah ... gadis muda bergabunglah dengan mereka.” ucap Nyonya Besar dengan menunjukkan arah dimana Nayla harus bergabung.
Dengan kaku Nayla melangkah mendekati dua gadis muda yang tidak jauh dari usianya.
“Bi Sih, kamu bisa istirahat dulu....”ucap Tuan Besar yang bangun dari tempat duduk.
Bi Sih mengangguk. “Baiklah Tuan Besar.” Bi sih menyempatkan diri untuk memberi semangat kepada Nayla dari senyumannya.
Nayla yang melihat itu mengangguk dengan pelan. Ia kembali menatap kearah Nyonya Besar dan Tuan Besar yang ada didepannya.
“Oke, sepertinya hanya tiga orang saja yang mau menjadi pembantu untuk Putraku....” Nyonya Besar itu melangkah mendekati ketiga gadis yang ada.
“Sebelum itu, akan ku katakan sesuatu. Aku tidak akan meloloskan kalian semua, karena yang ku cari hanya satu orang saja. Aku tidak mau, Putraku terganggu dengan kehadiran kalian. Sebagai penerus keluarga Margatha, Putraku harus dijaga dengan baik.” Nyonya besar memandang secara bergiliran. Matanya melirik dengan teliti, Nayla yang mendapatkan lirikkannya merasa takut.
Nyonya besar menghela nafas sesaat. “Maka dari itu, Aku akan mengadakan seleksi esok hari, dan penentuan akan diumumkan setelah seleksi selesai.”
Mendengar kata seleksi, Nayla mengerutkan alisnya. “Aku pikir akan langsung diterima tanpa perlu seleksi. Ternyata pikiranku salah. Yeah, jika memang begitu ... tidak ada rasa penyesalan nanti, aku harus berikan yang terbaik.” Benak Nayla.
“Tinggal lah disini, esok pagi kita akan memulainya. Semua berkumpul tepat jam 6 pagi, di ruangan ini.” Ucap Nyonya Besar yang kemudian memanggil pelayan lain.
“Ikuti mereka, kalian akan diantar kekamar masing-masing. Istirahatlah, besok kita akan memulai semuanya.”
Nayla melangkah meninggalkan ruang tamu. Ia curi-curi pandang melihat sekelilingnya. Banyak vas cantik yang tertata. Lalu, dekorasi rumah yang sangat cantik. Nayla tidak menduga disini tempat Bi Sih berkerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nenieedesu
sudah aq like dan favoritkan kak
2023-06-22
1
Lady_MerMaD
semangat beb
2023-02-19
1
Merpati_Manis (Hind Hastry)
awal yang menarik, semangat, Kak 👍👍
2023-02-19
1