Dikamar yang berisikan tiga wanita. Ada Nayla bersama dua gadis yang ikut seleksi esok hari.
“Kalian tidur dikamar ini. Untuk kasur, sudah tersedia ya. Jika ada sesuatu, tolong tekan bel yang ada di samping pintu.” Ucap Pelayan.
Salah satu gadis masuk terlebih dahulu, dia menatap sekelilingnya dengan perlahan. “Anda yakin, kalau kami bertiga tinggal dalam satu kamar?”
Ada rasa tidak percaya dari gadis itu, membuat Nayla menatap sekeliling kamar. “Apa dia ingin menguasai kamar ini sendiri?” benak Nayla.
Dalam pandangan Nayla, kamar yang akan ditempati olehnya ini, memiliki keluasan yang mampu memuat dua mobil. Lalu, kasur yang sudah disiapkan, ada tiga kasur disana. Meja belajar yang tidak digunakan ada disana, jumlahnya pun tiga. Kenapa gadis didepannya ini tampak ragu.
Pelayan tersenyum mendengar ucapan gadis muda didepannya. “Yakin, bagaimana pun kalian masih diseleksi. Belum menjadi bagian dari kami.”
Nayla bungkam mendengar ucapan Pelayan. Dia sedikit melihat Pelayan yang tersenyum setelah berucap.
“Baiklah, silahkan beristirahat ... hm, besok pagi semua sudah harus berkumpul di tempat sebelumnya, mengerti?” tanya Pelayan. Semua mengangguk bersama-sama.
“Selamat beristirahat.” Pelayan pun pergi setelah mengantar mereka.
Ehem!
“Perkenalkan, Aku Puput.” Sapa gadis yang memiliki paras cantik dengan tinggi yang menjulang.
“Seharusnya gadis ini menjadi model.”benak Nayla. Nayla mengangguk dengan senyumnya. “Salam kenal, Nayla Putri, bisa panggil Nayla kok.”
“Jangan sok ramah, kita disini itu musuh bukan teman....”
Nayla dan Puput menatap kearah Gadis yang berbaring dikasur paling tengah.
“Aku akan memilih kasur ini, kalian sisanya.” Lanjut sang gadis.
Nayla baru pertama kali melihat seorang gadis yang bersikap seperti ini. “Aku ingin menyeretnya dan melempar tubuhnya untuk menjauh dari hidupku.” benak Nayla.
Karena ucapan Gadis yang entah siapa namanya. Nayla memutuskan tidak banyak berbicara. Bagaimana pun, kedatangan mereka sama, yaitu mendapat pekerjaan.
Namun, niat sesungguhnya hanya diketahui oleh mereka masing-masing. Entah itu yang baik atau sebaliknya.
Pagi harinya.
Seperti yang diperintahkan, jam 6 pagi semua berkumpul di ruang tamu. Tentu, semuanya tampil dengan dandanan yang menarik. Berbeda dengan Nayla yang memilih menjadi pribadinya, sederhana tidak perlu banyak gaya.
Prinsip Nayla, tampilkan bakatmu bukan penampilanmu, Karena penampilan bisa menipu. Maka dengan percaya diri, Nayla berdiri ditengah-tengah gadis cantik nan jelita.
Suara langkah kaki seseorang menarik perhatian mereka. dengan melirik semua langsung menundukkan kepala.
“Selamat pagi.” Sapa Nyonya Besar yang tampil dengan elegan.
“Sepertinya semua sudah bersiap dengan seleksi hari ini. Jangan lupa tanamkan pada diri kalian dengan kata MARI BERSAING, karena hari ini hanya salah satu yang tinggal untuk berkerja di sini.” Ucap Nyonya Besar yang melangkah mendekati sofa.
Semua mendapat lirikkan manis yang semakin mengugupkan hati. Apa lagi suasana sempat sunyi sesaat.
“Kamu!”
Nayla tersentak, ia merasa panggilan itu khusus untuk dirinya.
“Yang mengenakan gaun merah, kamu ngapain Nak ... disini kamu bukan menjadi model, tapi menjadi pekerja rumah tangga. Penampilan boleh dipikirkan. Tapi ingat, bahwa kamu disini bekerja sebagai pekerja rumah tangga, bukan model.” Jelas Nyonya Besar dengan menunjuk kearah gadis di samping Nayla.
Siapa lagi kalau bukan gadis yang berlagak tadi malam. Nayla merasa puas mendengar komentar itu. bagaimana pun, mereka berstatus pembantu, bukan calon menantu.
“Maaf Nyonya besar, Saya akan menganti baju yang lebih baik.” Ucap Gadis di samping Nayla.
Nyonya besar mengangkat tangannya. “Tidak perlu, itu akan masuk kedalam penilaian, jadi kenakan saja.”
Nayla merasa hembusan nafas lega ada di sampingnya. “Gadis ini pasti merasa puas dengan kelakuannya sendiri.” Benak Nayla.
“Kita akan mempersingkat saja, agar memulai penilaian dengan baik. Tes pertamanya adalah membuat makanan, yang pasti untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Kalian harus membuat satu menu untuk menampilkan keahlian memasak, mari!”
Nyonya Besar melangkah menuju kedapur, disana sudah ada Tuan Besar dan Tuan Muda yang menikmati waktu santai mereka.
Nayla tidak memperhatikan kehadiran sang Tuan Muda. yang ada dipikiran Nayla, Bagaimana caranya lolos di tes memasak. Nayla memang pintar memasak, hanya dia tidak tahu selera orang-orang. Bisa saja, selera dia berbeda dengan Tuannya sendiri.
“Jadi, apa yang lebih baik aku masak ya, omlet?, tidak mungkin pagi-pagi sarapan omlet, lalu apa?” benak Nayla.
Ehem!
“Fokus semuanya. Kita sudah berada didapur, Saya akan memberi waktu 1 jam untuk menghidangkan sarapan terbaik yang kalian buat...mulailah.” ucap sang Nyonya dengan menatap kearah tiga gadis yang tampak panik.
Nayla panik karena menduga dirinya yang salah, lagi-lagi dia gagal fokus. Padahal tadi pagi sebelum berkumpul, Bi Sih memberi semangat padanya.
“Ayo Nak Nayla semangat! Maaf ya Bi Sih engak tahu kalau ada Seleksi segala. Yeah mungkin seleksinya karena ada orang lain yang tertarik bekerja. Untuk itu, Bi Sih kasih semangat ya, semoga Nak Nayla bisa bekerja dan membantu Ibumu yang ada dikampung.”
Mengingat penyemangat Bi Sih, Nayla mendapat ide dadakkan. Ia tersenyum dengan manis yang berhasil menarik perhatian seseorang.
Satu jam berlalu, hasil masakkan tersaji dimeja yang ada didepan mata pemilik rumah.
Nayla berdiri dari kejauhan, ia merasa tidak percaya diri dengan menu yang dibuat olehnya. Meski satu menu, mereka harus membuat tiga hidangan. Karena yang mencicipinya bukan hanya Nyonya besar, Tuan besar dan Tuan muda ikut mencicipi.
“Semoga tidak kenapa-napa.” benak Nayla.
Suara detingan sendok terdengar ditelinga. Nayla menatap kearah meja makan. Satu hidangan mulai dicicipi oleh semua orang.
“Siapa yang membuat ini?” tanya Nyonya besar.
“Nyonya itu belum memakan semua isi didalam sendok. Hanya mencicipi dari rasa?” benak Nayla. Lagi-lagi rasa tidak percaya diri muncul.
Ayolah, di sini dia merasa tengah mengikuti lomba master chef yang ada di televisi. Apa begini rasanya menghadapi juri yang menakutkan?
Nayla mengeleng untuk menghilangkan pikiran kotornya. Ia kembali fokus, matanya melihat Puput yang sudah berdiri dekat Nyonya besar.
“Sa-ya Nyo-nya.” Ucap Puput dengan nada yang berantakkan, Ia tampak sekali gugup.
Nyonya besar tersenyum menandangnya. “Tenanglah, oke. Apa nama masakkanmu ini?” tanya Nyonya besar.
Puput dengan menghela nafas perlahan menjawab. “French Fries Nyonya besar, ini terbuat dari kentang.”
“Menarik, pasti keluargamu memiliki keturunan Belgia ... rasanya enak, lembut dibibir.” Ucap Nyonya Besar yang menyuruh Puput kembali.
Nayla mendengar penjelasaan itu merasa lega. “Aku harap penilaian ku baik-baik saja.” Benaknya.
Satu hidangan dicicip kembali. Semua yang ada dimeja makan mencicipinya dengan perlahan.
Keadaan tenang itu berubah dengan wajah yang saling berkerut. “Hei, siapa yang memasak makan ini?” tanya Nyonya Besar dengan mengelap sisi bibirnya.
Gadis berlagak maju dengan percaya diri. “Masakkan ini buatan saya Nyonya besar.”
Semua memandang datar kearahnya. “Oke, masakkan kamu menarik, tetapi rasanya...tolong, lain kali diperhatikan. Yeah tidak lain kali, semoga saja kamu memperhatikannya.” Ucapan ketus oleh Nyonya Besar, dia menyinggirkan masakkan gadis tanpa nama itu dengan cepat.
Nyonya besar mengambil hidangan selanjutlah. Gadis yang berlagak dengan segala tampilan memilih untuk berdiri di tempat semula. Nayla merasa kasihan melihatnya, tapi juga merasa puas melihat dia di tegur. Entah apa yang telah terjadi kepadanya.
Gemetar perlahan muncul di benak Nayla, Dia menatap hidangannya sudah dicicipi semua orang. “Ibu, doakan anakmu.” Benak Nayla.
“Ehem! Siapa yang membuat masakkan ini?” tanya Nyonya Besar. Nayla melangkah maju dengan perlahan. Kedua tangannya terkepal erat untuk menghilangkan perasaan gugup.
“I-itu, masakkan saya Nyonya besar.” Nayla menatap kearah Nyonya Besar yang menatap kembali pada dirinya.
“Engak enak kayaknya....”benak Nayla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
gulla li
Duh ikut deg2an
Seperti menghadapi Chef Juna 😅
2023-02-19
1