Nayla bersusah payah menelan Salivanya, melihat Nyonya besar mengangguk-angguk kepala.
“Kamu membuat bubur ayam yang sangat enak. Rasa hingga sajiannya, menarik.” Nyonya besar kembali menyuap bubur ayam buatan Nayla.
Rasa gugup yang ada didada menghilang seketika. Nayla tersenyum dengan puas karena bubur ayamnya dinilai dengan baik.
Setelah tes memasak. Mereka diajak menuju keruang tengah.
“Oke semuanya, tes memasak telah usai. Terima kasih sudah mengikuti tes yang diberikan. Selanjutnya, kita di tes terakhir ... ada dua tes yang digunakan memasak dan tes tanya jawab, untuk tes bersih-bersih, kalian pasti sudah bisa mengerjakan semuanya bukan?” tanya Nyonya besar.
Semua mengangguk. pada dasarnya, mereka anak sederhana yang tugas rumah sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Tidak heran, mereka mengangguk dengan cepat, menjawab pertanyaan Nyonya Besar.
“Baguslah ... kalau begitu kita mulai saja tes selanjutnya, malam ini pengumuman yang akan memutuskan siapa menjadi pembantu untuk Putra saya. Yang pertama, kamu....”
Nayla kaget ketika ditunjuk oleh Nyonya besar. Rasa tenang Nayla diganti dengan kegugupan.
“A-A, iya ... Iya Nyonya.”
...-*-...
Diruang kerja seseorang. Nayla berdiri menatap Nyonya besar yang mencatat sesuatu diatas kertas.
“Kita mulai?” tanya Nyonya Besar. Nayla menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan.
“Iya,” jawab Nayla dengan percaya diri.
“Oke, pertanyaan pertama ... apa yang akan kamu lakukan jika Tuan Muda belum terbangun dari jam biasanya?”
Nayla menjawab dengan santai. “Yang akan saya lakukan, membangunkan Tuan Muda sebaik mungkin, serta menyiapkan perlengkapannya. Biasanya orang terlambat pasti akan terburu-buru hingga tertinggal sesuatu.”
Nyonya besar mengangguk. “Pertanyaan Kedua, apa yang akan kamu lakukan, jika Tuan Muda harus pergi keluar kota.”
Nayla kembali menjawab dengan santai. “Sebagai Pembantu, sebisa mungkin saya akan mengikuti Tuan Muda. jika, batas saya hanya sampai disini. Maka, saya harus menjaga batasan agar tidak kelewatan. Bertugasnya Tuan Muda diluar kota, pasti akan ada asisten atau pelayan pribadi yang mengikutinya.”
Lagi-lagi Nyonya Besar mengangguk. “Pertanyaan terakhir, apa yang akan kamu lakukan jika....”
Nayla menatap pandangan Nyonya Besar yang melirik dirinya. “Jika, kamu jatuh cinta kepada Tuan Mu sendiri?”
Suasana di dalam ruang kerja seketika sunyi. Nayla berperang dengan pikirannya sendiri, agar jawabannya tidak salah. Bagaimana pun, ini menyangkut tentang perasaan dirinya.
“Yang akan saya lakukan adalah memendamnya, saya harus sadar bahwa posisi saya bukan sebagai kekasih, atau yang lain. tapi, posisi saya sebagai pembantu.” Jawab Nayla.
Nyonya besar menganggukkan kepala. “Baiklah, semua pertanyaan bisa kamu jawab. Kalau begitu, istirahatlah.”
Nayla mengangguk, ia pamit untuk meninggalkan ruangan. Setelah mendapat izin Nayla menghela nafas diluar ruang kerja.
“Nak Nayla, kemari!” seru Bi Sih yang berdiri tidak jauh dari ruang kerja.Melihat kehadiran sang Bibi, Nayla bergegas mendekat kearahnya.
“Bagaimana Nak, apa kamu mengalami kesulitan?” Bi Sih bertanya dengan wajah paniknya. Nayla di peluk dengan erat oleh Bi Sih.
“Tidak Bi, lagi pula Nyonya besar sangat baik.” Nayla meyakinkan Bi Sih untuk tidak khawatir kepadanya. Pelukkan Bi Sih terlepas dengan perlahan.
“Bi Sih jadi tidak enak Nayla, kamu disini ingin bekerja tanpa seleksi, Bibi engak tahu kalau seperti ini jadinya.” Bi Sih dengan sendu menatap kearah Nayla.
Rasa bersalah Bi Sih sangat besar, kedatangan Nayla ingin langsung mendapatkan pekerjaan. Tetapi, siapa sangka ada seleksi untuk bisa bekerja di tempat seperti ini. Tidak bisa dipungkiri, mereka bekerja dikeluarga yang sangat berada, wajar jika seperti ini jadinya.
Nayla tidak bisa berucap apa-apa, ia juga merasa kecewa karena ada seleksi seperti ini. tetapi, dia yakin bahwa dia akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Waktu berjalan dengan cepat. Tidak terasa bagi Nayla, kini dirinya berdiri diruang tengah dengan tiga gadis yang lain. tampak diwajah kedua gadis itu, kebahagiaan dan kesedihan.
Ehem!
“Kalian semua luar biasa, malam ini adalah pengumumannya. Apa semua sudah siap?” tanya Nyonya Besar sambil menatap ketiga gadis yang mengangguk bersama.
Semua berkumpul diruang tamu, tentu ada Tuan Besar yang pernah dilihat oleh Nayla. Hanya Tuan Muda yang tidak tampak batang hidungnya, Nayla mengira ia akan melihat dengan jelas wajah Tuan Muda itu.
Nayla bertemu dengan Tuan Muda tepat saat tiba disini, hanya ia tidak melihat dengan jelas wajah Tuan Muda. tetapi, Nayla sempat terpana melihatnya.
“Apa saat itu aku melihatnya dengan jelas?” benak Nayla mengingat kedatangannya kemarin.
Nyonya besar menyadarkan Nayla yang melamun. Suara lembut terdengar di telinga. Debaran hati Nayla memuncak ketika melihat Wanita didepannya tersenyum bahagia.
“Oke, Saya akan langsung mengumumkannya saja ya, tidak perlu berbasa basi. Selamat untuk kamu...,”
Semua menatap satu dengan yang lain, melihat Nyonya besar mengarahkan pandangannya pada satu orang.
“Puput, kamu yang akan menjadi pembantu putraku.” Lanjut Nyonya.
“Puput sangat konsisten dalam menjawab pertanyaanku, Aku puas mendengarnya. Lalu hidangan yang dia masak sangat enak dan pas untuk sarapan kita. Puput, kamu terpilih menjadi Pembantu disini.”
Perasaan sesak didada Nayla berhasil menghentikan nafas yang berhembus diparu-paru. Rasa ketidak berhasilan membuatnya pasrah dengan yang terjadi.
“Tidak apa, inilah hasilnya. Nayla, ada banyak pekerjaan yang lain, mari mencarinya.” Benak Nayla.
“Ehm, Maaf Nyonya Besar.”
Semua menatap kearah Puput yang melangkah mendekati Nyonya besar.
“Ada apa Puput, kamu tidak menginginkan pekerjaan ini?” tanya Tuan Besar yang akhirnya berbicara.
Nayla melirik Puput yang tampak gelisah. “Gadis ini kenapa? Apa ada sesuatu yang menyulitkannya.” Benak Nayla.
“Tuan besar, Puput tidak bisa menerima pekerjaan ini. maaf sekali, niat Puput bekerja karena memikirkan biaya kuliah. Barusan, keluarga Puput memberi kabar kalau mereka sudah memiliki dana untuk Puput melanjutkan pendidikkan. Jadi, Puput ingin fokus kependidikkan yang diberikan.”
Nada bicara Puput sangat berhati-hati, semua yang mendengarnya mengangguk. tentu saja mereka akan menolak jika sudah mendapat kesempatan meraih impian. Nayla dulu juga menginginkan hal itu, hanya takdir berkata lain.
“Tidak apa Puput, jika memang itu keputusanmu tidak masalah. Sayang, ada kadidat lain?” tanya Tuan Besar kepada sang Istri yang berdiri disampingnya.
Nyonya besar mengangguk. “Ada, Kadidat itu jatuh kepada Nayla.”
Semua melirik Nayla yang terkejut namanya diucapkan. “A-Aku?”
Nyonya besar dan Tuan besar mengangguk bersama-sama. “Iya kamu, Nayla. Baiklah, untuk yang tidak keterima silahkan kembali esok hari, ada hadiah juga untuk kalian.” Ucap Tuan besar yang membuat Puput beserta Gadis tanpa nama pergi meninggalkan ruang tengah.
Kini yang tersisa hanya Nayla. Ia menjadi gugup dengan keadaannya sekarang. entah bintang jatuh dari mana yang mengubah takdir hidupnya. Ia pikir akan pulang dengan tangan kosong, ternyata ia malah mendapatkan kejutan seperti ini.
“Nayla, selamat untukmu.” Ucap Nyonya besar.
Nayla mengangguk mendengar ucapan selamat dari Nyonya Besar. Dia menundukkan kepala karena merasa malu.
“Jangan malu Nayla, besok kamu akan bertemu dengan Putraku. Semoga pekerjaannya tidak memberatkanmu.” Ucap Tuan Besar.
Sekali lagi Nayla mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh Tuan Besar. Hati yang gundah dan sedih itu menghilang seketika. Tidak disangka, dialah yang bekerja disini.
“Ibu, aku berhasil. Semoga dengan bekerja disini, kebutuhan kita tercukupi.” Benak Nayla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments