Nayla menatap pintu kamar pribadinya. Mengingat kejadian tiga hari yang lalu, membuat dia malu sendiri.
“Sudahlah, jangan dipikirkan.” Ucap Nayla melangkah menuju ke ruang dapur.
Hari pertama dia bekerja akan di bimbing oleh kepala pelayan keluarga Margatha. Setelah bimbingan lancar, kepala Pelayan akan kembali kekediaman utama.
Hal inilah yang membuat Nayla tidak tenang. Meski dia bekerja sebagai Pembantu Pribadi Tuan Muda. Tetapi, tidak mungkin dia harus tinggal berdua dengan Tuannya sendiri.
Namun, dugaan Nayla salah. Dia malah harus tinggal berdua dengan Tuan Muda, karena tempat kerja dan apartement mereka dekat. Kediaman utama keluarga Margatha akan memakan waktu banyak untuk tiba di kantor.
Inilah alasan kenapa Nyonya besar tidak ingin meringkut banyak pembantu. Karena yang dilayani hanya satu orang saja.
Hal yang membuat Nayla tidak tenang, karena Bi Sih tidak bersamanya. Lalu, pembantu yang lain tidak ikut bekerja dengan Tuan Muda. Bisa dibilang, hanya Nayla seorang diri yang tinggal bersama Anak Tunggal keluarga Margatha.
Lelah memikirkan semuanya, Nayla lebih memilih untuk fokus bekerja dan mendapatkan gajinya dengan aman. Dia ingin Ibu dikampung tidak khawatir padanya.
"Selamat pagi." Sapa Nayla, melihat ada seorang kepala pelayan yang sedang menunggu kedatangannya.
"Pagi juga. Anda bangun lebih pagi ya, awal yang bagus." Ucap Kepala Pelayan dengan ramah.
Nayla tersenyum mendengarnya. "Mohon bimbingannya, kak?" Ucap Nayla dengan sedikit bingung. Dia ingin memanggil Kepala pelayan dengan panggilan sopan, tetapi mulutnya cepat mengucap tanpa menyaring terlebih dahulu.
"Panggil saja, Kia." Ucap Kia, dia wanita yang sudah lama menjadi pembantu di kediaman Margatha. Lambat laun, dirinya diangkat menjadi kepala pelayan karena ketekunan dan kejujuran dalam bekerja.
Nayla mendengar tentang perjalanan dari Kepala Pelayan merasa kagum. Gadis belia yang hidup sederhana sekarang bisa menghasilkan banyak uang. Meski, Nayla tahu bahwa berkerja akan menyita waktu untuk bersama keluarga.
"Kita mulai saja Nayla?" Tanya Kia dengan menatap kearah Nayla.
Nayla tersadar dari renungannya. Dengan cepat, Nayla membenarkan diri dan menjawab pertanyaan dari Kia.
"Te-tentu."
Kia tersenyum mendengarnya. "Baiklah, pertama ... biasanya Keluarga Tuan Muda, akan memulai hari di jam 7 pagi. Berangkat kerja pun di jam yang sama, jadi sebisa mungkin memperhatikan jadwal kerja tuan muda."
Nayla mengangguk mendengar penjelasan dari Kia.
"Lalu, sebisa mungkin untuk bangun sebelum tuan muda." Lanjut Kia sambil menuntun Nayla di ruang dapur.
"Tuan muda, lebih suka minum teh hangat di pagi hari. Siangnya, dia akan meminum jus atau yang dingin. Malam, mungkin tuan muda sendiri akan memberitahukan dia ingin apa." Kia menuntun Nayla di dekat lemari persediaan.
Lembari persediaan di buka dengan baik oleh Kia, Nayla yang melihat persediaan itu bengong seketika.
"Isinya, isinya lengkap. Ah, aku lupa kalau saat ini berada dikediaman Tuan Muda." Benak Nayla.
Kia menunjuk kearah persediaan. "Nayla bisa mengunakan semua bahan disini.jika sudah habis, semua list belanjaan ada disana, sebisa mungkin untuk memperhatikan hal ini ya."
Nayla mengangguk perlahan, kesadarannya kembali saat namanya di panggil.
Kia melanjutkan langkahnya, dia membawa Nayla menuju kearah kulkas. Di buka perlahan kulkas yang memiliki dua pintu. Terlihat disana, sudah banyak hal yang tertata rapi.
"Seperti persediaan, jika disini tampak kosong, sebisa mungkin untuk membelinya. Tenang saja, uang belanja akan dikirim kan secara langsung oleh Nyonya besar." Jelas Kia. Nayla hanya bisa menganggukkan kepala.
Hari pertama Nayla dilalui dengan banyak penjelasan. Saat pukul 7 kurang 15 menit, penjelasan Kia selesai.
"Semua sudah ku jelaskan kepadamu. Ini sudah hampir jam tujuh pagi, lebih baik Nayla membangunkan tuan muda." Usul Kia dengan menatap Nayla.
Nayla diam membisu, dia merasa waktu terlalu cepat berlalu. Padahal penjelasan tentang hal ini dan itu, terasa lama oleh dirinya.
"Nayla?" Kia menyentuh pundak Nayla.
Merasa seseorang menyentuh pundaknya, Nayla tersadar seketika. "Ah, maafkan aku!" Pekiknya.
Kia mengeleng melihat tingkah gadis muda yang baru pertama kali bekerja sebagai pembantu. "Jangan takut, kia masih ada disini. Selama Nayla belum bisa melakukan semuanya, Kia akan menemani Nayla."
Mendengar ucapan Kia, Nayla merasakan semangat dan penenang untuknya. Rasa gugup menghilang seketika.
Nayla bergegas pergi membangunkan Tuan Muda. hari pertama berkerja, dia tidak boleh memberi kesan buruk. Lagi pula, pekerjaan ini tidak mungkin menjadi miliknya, jika Puput tidak mengundurkan diri.
Jadi, Nayla tidak boleh menyia-yiakan keberhasilan dan hasil yang telah dia dapat. "Aku hanya perlu memastikannya bangun kan?" Benak Nayla.
Sebenarnya, bukan hanya membangunkan Tuan muda. Nayla juga harus menyiapkan pakaian kerja dan menyiapkan hal lainnya. Tetapi, ada batasan yang harus dijaga oleh Nayla.
Nayla tidak di perbolehkan mengatur apa yang ada di kediaman ini. Sebisa mungkin dia mengikuti semua yang sudah di atur. Jika ada perubahan, maka Tuan Muda sendiri yang mengatakannya.
Langkah kaki Nayla terhenti, dia menatap kearah pintu besar dengan ukiran cantik disana. "Oke! baiklah, mari lakukan dengan benar." Guman Nayla.
Tangannya perlahan mengetuk pintu, ketukkan itu dilakukan tiga kali olehnya. Tidak ada jawaban, Nayla memutuskan untuk membuka pintu dengan perlahan.
"Permisi!" Ucap Nayla dengan suara berbisik. Dia tahu tidak akan ada yang mendengar, tetapi Nayla memiliki sikap kesopanan yang sudah tertanam pada dirinya. Sulit untuk menghilangkan semua itu.
Setibanya di dalam kamar tuan muda, Nayla tercenga melihat dekorasi yang begitu indah. Kamar yang sangat damai dan tenang.
"Ternyata tuan muda ini memiliki warna kehidupan. Biasanya laki-laki menyukai warna hitam, jadi kamar mereka akan terlihat menyedihkan." Benak Nayla.
Matanya melirik kearah kasur yang begitu besar. Tampak disana seseorang masih berselimut dengan posisi tidur yang tenang. Melihat posisi tidur tanpa ada gangguan membuat Nayla mengerutkan alisnya.
"Tuan muda ini, posisi tidurnya aja bagus. Apalah diriku ini, tidur disisi kanan bangunnya disisi kiri. Oke lupakan itu, kembali ke tujuan utama." Benak Nayla.
Perlahan langkahnya mendekat kearah tempat tidur, sedikit berjarak Nayla berucap.
"Tuan muda, bangun!" Nayla menatap tuan muda yang tidak terganggu olehnya.
Merasa kurang kuat, Nayla sedikit menaikkan suaranya. "Tuan muda, bangun!" Ucapnya kembali.
Tidak ada respon, Nayla mengambil dua langkah kedepan untuk lebih dekat. "Tuan muda, bangun." Kali ini, suara Nayla lembut dan nadanya sedikit memaksa.
Untungnya yang dipanggil terusik hingga membuka mata. Nayla bergegas menjauhkan diri untuk menjaga jarak.
"Selamat pagi tuan muda, sudah saatnya bangun." Ucap Nayla, dia menundukkan kepala agar tidak bertatapan secara langsung.
"Hm, terima kasih sudah membangunkan-ku ... hoam." Ucap Tuan muda yang bergegas bangun dari tempat tidur.
Nayla menganggukkan kepalanya, dia melangkah mendekati lemari pakaian. Pandangan Nayla menjadi datar ketika melihat seluruh isi pakaian Tuan mudanya. Dia bingung menentukan pakaian apa yang harus di kenakan.
"Banyak banget, kayak sedang berjualan." Benak Nayla dengan jiwa kepo yang mengema.
Kekepoannya tidak bisa bertahan lama, Nayla harus segera keluar dari kamar ini. Dia sebisa mungkin sudah menyiapkan segalanya, sebelum tuan muda datang untuk bersiap.
Diambilkan kemeja berwarna putih, jas berwarna abu-abu, dasi hitam dan perlengkapan lainnya. Setelah itu, Nayla bergegas keluar meninggalkan kamar.
"Huh~ mengerikan." Guman Nayla saat tiba di luar kamar. Helaan nafasnya begitu lancar, tetapi beberapa saat kemudian. Rasa sesak muncul karena kaget melihat Kia, kepala Pelayan berdiri didepannya.
"Kak-kakak, Kia?" Nayla berucap dengan nada berantakkan, dia mengatur nafas dan perasaannya.
"Awal yang bagus, Nayla harus lebih banyak belajar. Semangat!" Ucap Kia yang tersenyum dengan bahagia. Dia melangkah meninggalkan Nayla yang tercenga.
"Hah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
olive
aku muter, Nay. Tidur rapi, pagi bngun, bantal di bawah, guling kemana, selimut udah, ah sudahlah, semua kacau 🤣
2023-02-21
1