NovelToon NovelToon

Pembantu Pribadi Tuan Muda

Bab 1: Nayla Putri

Alarm ponsel berdering begitu kuat hingga getarannya membangunkan seorang gadis berusia 19 tahun. Rambut setengah punggung tampak kusut ketika dia bangun dari berbaringnya.

“Hoaam.”

Merengangkan otot-otot tubuh, gadis muda berparas cantik dengan wajah bulat melirik kearah jendela. Matahari belum bersinar, itu yang ada didalam pikirannya saat ini.

“Sebaiknya aku segera bersiap.” Suara lembut mengalun ditelinga, ucapan itu keluar dari bibir kecil yang tampak pucat karena baru bangun dari tidur yang indah.

Langkah kecil menuju kearah kamar mandi yang telah tersedia didalam kamarnya. Setelah membersihkan seluruh badan, gadis dengan tinggi 150 itu mengambil pakaian kerja.

Tampak di depan cermin, rok panjang berwarna hitam. Baju berkerah dengan warna hitam bercampur putih. Selain itu, dasi kupu-kupu terselip diantara kerah baju yang dia kenakan.

Rambut setengah punggung itu di kepang dengan rapi. Setelah semua siap, gadis dengan mata kecoklatan memutuskan untuk memulai hari pertamanya.

Hari pertama dia menjadi seorang pembantu pribadi tuan muda. tuan yang hanya sekilas dilihat olehnya. Tanpa tahu nama bahkan seperti apa Tuan itu, dia hanya berpikir bagaimana bisa kerja untuk membantu orang tuanya.

Tiga hari yang lalu...

Hembusan angin menerpa wajah gadis yang kini tengah menatap keindahan desa, tempat tinggalnya.Matanya melirik kekanan dan kekiri, bibir tipis yang merah ranum bergerak menahan kegugupan. Gadis itu bernama Nayla Putri.

“Nayla, kemarilah!” ucap Bi Sih yang merupakan sahabat Ibunya.

Mendengar namanya dipangil, Nayla bergegas mendekati Bi Sih.

“Nak, kamu sudah ingat pesan ibumu bukan?” tanya Bi Sih sambil melangkah menuju ke mobil yang menjemput mereka.

“Tentu Bi, Nay mengingat semuanya.” Nayla menjawab pertanyaan Bi Sih dengan tersenyum lembut.

Bi Sih pun mengangguk. “Baik Nak, masuklah....”

Nayla masuk kedalam mobil. Hari ini ia akan mengikuti keinginannya, yaitu bekerja sebagai pembantu dikediaman Margatha.

Sebelum mengambil keputusan ini, Nayla sempat berunding dengan sang Ibu.

“Nayla, kamu yakin nak ingin bekerja?” tanya Durvin Saryan, Ibu Nayla.

Mendengar pertanyaan Ibunya, Nayla tersenyum perlahan. “Ibu, Nayla kan sudah lulus sekolah. Nayla juga perlu bekerja untuk membantu kebutuhan kita. Lagi pula, Nayla ingin merasakan uang sendiri Ibu.”

Mendengar penjelasaan sang Anak, Durvin Saryan menghela nafas.

“Sudahlah Durvin, lagi pula disana ada diriku. Aku akan menjaga Putrimu.” Imbuh Bi Sih yang kedatangannya untuk menawarkan pekerjaan kepada Nayla.

Sebenarnya, Bi Sih ingin Ibu Nayla yang bekerja. Sayangnya, Ibu Nayla sekarang tidak kuat lagi untuk bekerja secara berlebihan. Akhirnya Nayla lah yang mengambil tawaran itu.

“Baiklah jika itu keinginanmu. Ibu berpesan untukmu Nayla. Bekerja disana ingatlah akan batasan. Ibu berharap kamu tidak menyukai atasanmu sendiri, atau lebih tepatnya orang yang menjadi Tuanmu sendiri.” pesan sang Ibu sambil mengusap kepala Nayla.

Nayla mengangguk. “Baik bu, Nayla akan mengingatnya.”

Mengingat apa yang sudah dijanjikan, Nayla menatap kearah jendela mobil. Ia memandang jalanan yang masih terlihat sepi.

Saat ini mereka baru keluar dari kampung Nayla. Untuk tiba dikota tempat Bi Sih bekerja, perlu waktu 3 jam kesana. Tidak heran, Nayla mulai bosan memandang pepohonan yang ada.

“Nak, tidurlah ... kalau sudah tiba, Bi Sih akan membangunkanmu.” Bi Sih memberikan bantal leher kepada Nayla.

Nayla mengambil bantal itu lalu mengunakannya. “Terimakasih Bi, Nayla akan tidur sebentar.”

Bi Sih mengangguk mendengar ucapannya. Nayla pun tidur dengan tenang menikmati perjalanan mereka.

3 jam telah berlalu.

“Nak,Nak Nayla ... bangun sayang.”

Nayla membuka matanya perlahan, ia merasa seseorang menepuk pelan pipi kanannya.

“Hm, Iya Bi?” Nayla keluar dari mobil dengan perlahan. Matanya menatap sekitar setelah pulih dari rasa kantuk.

“Kita sudah tiba, Nak Nayla mari masuk kedalam.” Ajak Bi Sih dengan melangkah terlebih dahulu.

Nayla yang masih mengantuk, tidak memperhatikan langkahnya. Hingga, keseimbangan Nayla goyah yang berhasil membuatnya tersandung.

“Eh!”

Nayla membelakkan mata saat melihat dirinya tidak terjatuh ke tanah.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya seseorang dengan suara yang ramah.

Nayla seketika menjauh dan membenarkan posisinya. “Maaf ... Ehm, Terima kasih.”

Mata Nayla membulat dengan kilauan kagum. Ia baru pertama kali melihat lelaki berwajah tampan dengan senyum manis dibibirnya.

“Iya sama-sama, perhatikan langkahmu.” Ucap Lelaki yang kini pergi meninggalkan Nayla. Kepergian lelaki itu membuat dia menghela nafas meratapi kecerobohannya.

“Astaga Nak, Kamu kenapa bisa bengong. Untung ada Tuan Muda.” Ucap Bi Sih yang mendekati Nayla.

“Tuan Muda?” kaget Nayla dengan menatap Bi Sih. Tentu Nayla kaget mendengar apa yang Bi Sih katakan. Tuan Muda yang sedang mencari pembantu baru saja menolongnya.

Mendapati tatapan Nayla, Bi Sih tersenyum. “Iya, Dialah Tuan Muda yang akan kamu jaga. Tapi sebelum itu, Bi Sih akan membawamu bertemu dengan Tuan besar dan Nyonya besar.”

Nayla tidak lagi berucap. Ia mengikuti langkah Bi Sih yang menaiki tangga marmer.Pandangan Nayla terangkat dengan cepat, matanya semakin kaget melihat rumah yang ternyata mewah didepan mata.

“Aku tidak memperhatikannya, ternyata keluarga Margatha bukan orang biasa.” benak Nayla.

Mereka memasuki ruangan yang langsung disungguhi dengan pemilik Rumah.

“Oh kamu Bi Sih ... kemarilah!”ucap seorang Pria dengan jas hitam yang dikenakan. Wajahnya memang sudah tua, tetapi ketampanan pria itu tidak memudar. Nayla sampai meneguk salivanya.

“Apa ini yang Ibu maksud, jangan sampai jatuh cinta dengan pemilik rumah? Tapi, aku bukan penyuka om-om.” benak Nayla.

“Ayo Nayla, kita mendekat.” Bi Sih menarik tangan Nayla menuju ke arah ruang tamu.

Disana sudah ada Pria yang menyapa Bi Sih, lalu seorang wanita disampingnya. Nayla menebak bahwa wanita itu adalah Istrinya. Hanya dimatanya, sang Istri ini terlihat muda entah berapakah umur beliau. Lalu ada dua anak muda lain yang menatap kearah mereka.

“Bi Sih, bagaimana liburanmu?” tanya sang Wanita yang mengunakan pakaian mewah. Ada selendang yang terselip diantara pergelangan tangan.

“Sangat menyenangkan Nyonya besar. Tidak menyangka dikampung sudah mulai berkembang. Jalan yang dulu berliku-liku, kini sudah diperbaiki oleh pemerintah.” jawab Bi Sih dengan wajah bahagia.

Wanita yang dipanggil Nyonya Besar mengangguk. “Baguslah, pasti seru disana ... oh ya, siapa gadis muda disampingmu Bi Sih?”

Bi Sih mengenggam tangan Nayla dengan lembut. “Nyonya besar, Bi Sih mendengar anda mencari pembantu untuk Tuan Muda. nah, Bi Sih membawa anak muda ini untuk bekerja disini.” Jelas Bi Sih.

Nayla menatap kearah Nyonya Besar yang menatap balik padanya. Rasa gugup karena ditatap membuat Nayla meneguk saliva dengan susah payah.

“Oh begitu ya, yasudah ... gadis muda bergabunglah dengan mereka.” ucap Nyonya Besar dengan menunjukkan arah dimana Nayla harus bergabung.

Dengan kaku Nayla melangkah mendekati dua gadis muda yang tidak jauh dari usianya.

“Bi Sih, kamu bisa istirahat dulu....”ucap Tuan Besar yang bangun dari tempat duduk.

Bi Sih mengangguk. “Baiklah Tuan Besar.” Bi sih menyempatkan diri untuk memberi semangat kepada Nayla dari senyumannya.

Nayla yang melihat itu mengangguk dengan pelan. Ia kembali menatap kearah Nyonya Besar dan Tuan Besar yang ada didepannya.

“Oke, sepertinya hanya tiga orang saja yang mau menjadi pembantu untuk Putraku....” Nyonya Besar itu melangkah mendekati ketiga gadis yang ada.

“Sebelum itu, akan ku katakan sesuatu. Aku tidak akan meloloskan kalian semua, karena yang ku cari hanya satu orang saja. Aku tidak mau, Putraku terganggu dengan kehadiran kalian. Sebagai penerus keluarga Margatha, Putraku harus dijaga dengan baik.” Nyonya besar memandang secara bergiliran. Matanya melirik dengan teliti, Nayla yang mendapatkan lirikkannya merasa takut.

Nyonya besar menghela nafas sesaat. “Maka dari itu, Aku akan mengadakan seleksi esok hari, dan penentuan akan diumumkan setelah seleksi selesai.”

Mendengar kata seleksi, Nayla mengerutkan alisnya. “Aku pikir akan langsung diterima tanpa perlu seleksi. Ternyata pikiranku salah. Yeah, jika memang begitu ... tidak ada rasa penyesalan nanti, aku harus berikan yang terbaik.” Benak Nayla.

“Tinggal lah disini, esok pagi kita akan memulainya. Semua berkumpul tepat jam 6 pagi, di ruangan ini.” Ucap Nyonya Besar yang kemudian memanggil pelayan lain.

“Ikuti mereka, kalian akan diantar kekamar masing-masing. Istirahatlah, besok kita akan memulai semuanya.”

Nayla melangkah meninggalkan ruang tamu. Ia curi-curi pandang melihat sekelilingnya. Banyak vas cantik yang tertata. Lalu, dekorasi rumah yang sangat cantik. Nayla tidak menduga disini tempat Bi Sih berkerja.

Bab 2 : Seleksi

Dikamar yang berisikan tiga wanita. Ada Nayla bersama dua gadis yang ikut seleksi esok hari.

“Kalian tidur dikamar ini. Untuk kasur, sudah tersedia ya. Jika ada sesuatu, tolong tekan bel yang ada di samping pintu.” Ucap Pelayan.

Salah satu gadis masuk terlebih dahulu, dia menatap sekelilingnya dengan perlahan. “Anda yakin, kalau kami bertiga tinggal dalam satu kamar?”

Ada rasa tidak percaya dari gadis itu, membuat Nayla menatap sekeliling kamar. “Apa dia ingin menguasai kamar ini sendiri?” benak Nayla.

Dalam pandangan Nayla, kamar yang akan ditempati olehnya ini, memiliki keluasan yang mampu memuat dua mobil. Lalu, kasur yang sudah disiapkan, ada tiga kasur disana. Meja belajar yang tidak digunakan ada disana, jumlahnya pun tiga. Kenapa gadis didepannya ini tampak ragu.

Pelayan tersenyum mendengar ucapan gadis muda didepannya. “Yakin, bagaimana pun kalian masih diseleksi. Belum menjadi bagian dari kami.”

Nayla bungkam mendengar ucapan Pelayan. Dia sedikit melihat Pelayan yang tersenyum setelah berucap.

“Baiklah, silahkan beristirahat ... hm, besok pagi semua sudah harus berkumpul di tempat sebelumnya, mengerti?” tanya Pelayan. Semua mengangguk bersama-sama.

“Selamat beristirahat.” Pelayan pun pergi setelah mengantar mereka.

Ehem!

“Perkenalkan, Aku Puput.” Sapa gadis yang memiliki paras cantik dengan tinggi yang menjulang.

“Seharusnya gadis ini menjadi model.”benak Nayla. Nayla mengangguk dengan senyumnya. “Salam kenal, Nayla Putri, bisa panggil Nayla kok.”

“Jangan sok ramah, kita disini itu musuh bukan teman....”

Nayla dan Puput menatap kearah Gadis yang berbaring dikasur paling tengah.

“Aku akan memilih kasur ini, kalian sisanya.” Lanjut sang gadis.

Nayla baru pertama kali melihat seorang gadis yang bersikap seperti ini. “Aku ingin menyeretnya dan melempar tubuhnya untuk menjauh dari hidupku.” benak Nayla.

Karena ucapan Gadis yang entah siapa namanya. Nayla memutuskan tidak banyak berbicara. Bagaimana pun, kedatangan mereka sama, yaitu mendapat pekerjaan.

Namun, niat sesungguhnya hanya diketahui oleh mereka masing-masing. Entah itu yang baik atau sebaliknya.

Pagi harinya.

Seperti yang diperintahkan, jam 6 pagi semua berkumpul di ruang tamu. Tentu, semuanya tampil dengan dandanan yang menarik. Berbeda dengan Nayla yang memilih menjadi pribadinya, sederhana tidak perlu banyak gaya.

Prinsip Nayla, tampilkan bakatmu bukan penampilanmu, Karena penampilan bisa menipu. Maka dengan percaya diri, Nayla berdiri ditengah-tengah gadis cantik nan jelita.

Suara langkah kaki seseorang menarik perhatian mereka. dengan melirik semua langsung menundukkan kepala.

“Selamat pagi.” Sapa Nyonya Besar yang tampil dengan elegan.

“Sepertinya semua sudah bersiap dengan seleksi hari ini. Jangan lupa tanamkan pada diri kalian dengan kata MARI BERSAING, karena hari ini hanya salah satu yang tinggal untuk berkerja di sini.” Ucap Nyonya Besar yang melangkah mendekati sofa.

Semua mendapat lirikkan manis yang semakin mengugupkan hati. Apa lagi suasana sempat sunyi sesaat.

“Kamu!”

Nayla tersentak, ia merasa panggilan itu khusus untuk dirinya.

“Yang mengenakan gaun merah, kamu ngapain Nak ... disini kamu bukan menjadi model, tapi menjadi pekerja rumah tangga. Penampilan boleh dipikirkan. Tapi ingat, bahwa kamu disini bekerja sebagai pekerja rumah tangga, bukan model.” Jelas Nyonya Besar dengan menunjuk kearah gadis di samping Nayla.

Siapa lagi kalau bukan gadis yang berlagak tadi malam. Nayla merasa puas mendengar komentar itu. bagaimana pun, mereka berstatus pembantu, bukan calon menantu.

“Maaf Nyonya besar, Saya akan menganti baju yang lebih baik.” Ucap Gadis di samping Nayla.

Nyonya besar mengangkat tangannya. “Tidak perlu, itu akan masuk kedalam penilaian, jadi kenakan saja.”

Nayla merasa hembusan nafas lega ada di sampingnya. “Gadis ini pasti merasa puas dengan kelakuannya sendiri.” Benak Nayla.

“Kita akan mempersingkat saja, agar memulai penilaian dengan baik. Tes pertamanya adalah membuat makanan, yang pasti untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Kalian harus membuat satu menu untuk menampilkan keahlian memasak, mari!”

Nyonya Besar melangkah menuju kedapur, disana sudah ada Tuan Besar dan Tuan Muda yang menikmati waktu santai mereka.

Nayla tidak memperhatikan kehadiran sang Tuan Muda. yang ada dipikiran Nayla, Bagaimana caranya lolos di tes memasak. Nayla memang pintar memasak, hanya dia tidak tahu selera orang-orang. Bisa saja, selera dia berbeda dengan Tuannya sendiri.

“Jadi, apa yang lebih baik aku masak ya, omlet?, tidak mungkin pagi-pagi sarapan omlet, lalu apa?” benak Nayla.

Ehem!

“Fokus semuanya. Kita sudah berada didapur, Saya akan memberi waktu 1 jam untuk menghidangkan sarapan terbaik yang kalian buat...mulailah.” ucap sang Nyonya dengan menatap kearah tiga gadis yang tampak panik.

Nayla panik karena menduga dirinya yang salah, lagi-lagi dia gagal fokus. Padahal tadi pagi sebelum berkumpul, Bi Sih memberi semangat padanya.

“Ayo Nak Nayla semangat! Maaf ya Bi Sih engak tahu kalau ada Seleksi segala. Yeah mungkin seleksinya karena ada orang lain yang tertarik bekerja. Untuk itu, Bi Sih kasih semangat ya, semoga Nak Nayla bisa bekerja dan membantu Ibumu yang ada dikampung.”

Mengingat penyemangat Bi Sih, Nayla mendapat ide dadakkan. Ia tersenyum dengan manis yang berhasil menarik perhatian seseorang.

Satu jam berlalu, hasil masakkan tersaji dimeja yang ada didepan mata pemilik rumah.

Nayla berdiri dari kejauhan, ia merasa tidak percaya diri dengan menu yang dibuat olehnya. Meski satu menu, mereka harus membuat tiga hidangan. Karena yang mencicipinya bukan hanya Nyonya besar, Tuan besar dan Tuan muda ikut mencicipi.

“Semoga tidak kenapa-napa.” benak Nayla.

Suara detingan sendok terdengar ditelinga. Nayla menatap kearah meja makan. Satu hidangan mulai dicicipi oleh semua orang.

“Siapa yang membuat ini?” tanya Nyonya besar.

“Nyonya itu belum memakan semua isi didalam sendok. Hanya mencicipi dari rasa?” benak Nayla. Lagi-lagi rasa tidak percaya diri muncul.

Ayolah, di sini dia merasa tengah mengikuti lomba master chef yang ada di televisi. Apa begini rasanya menghadapi juri yang menakutkan?

Nayla mengeleng untuk menghilangkan pikiran kotornya. Ia kembali fokus, matanya melihat Puput yang sudah berdiri dekat Nyonya besar.

“Sa-ya Nyo-nya.” Ucap Puput dengan nada yang berantakkan, Ia tampak sekali gugup.

Nyonya besar tersenyum menandangnya. “Tenanglah, oke. Apa nama masakkanmu ini?” tanya Nyonya besar.

Puput dengan menghela nafas perlahan menjawab. “French Fries Nyonya besar, ini terbuat dari kentang.”

“Menarik, pasti keluargamu memiliki keturunan Belgia ... rasanya enak, lembut dibibir.” Ucap Nyonya Besar yang menyuruh Puput kembali.

Nayla mendengar penjelasaan itu merasa lega. “Aku harap penilaian ku baik-baik saja.” Benaknya.

Satu hidangan dicicip kembali. Semua yang ada dimeja makan mencicipinya dengan perlahan.

Keadaan tenang itu berubah dengan wajah yang saling berkerut. “Hei, siapa yang memasak makan ini?” tanya Nyonya Besar dengan mengelap sisi bibirnya.

Gadis berlagak maju dengan percaya diri. “Masakkan ini buatan saya Nyonya besar.”

Semua memandang datar kearahnya. “Oke, masakkan kamu menarik, tetapi rasanya...tolong, lain kali diperhatikan. Yeah tidak lain kali, semoga saja kamu memperhatikannya.” Ucapan ketus oleh Nyonya Besar, dia menyinggirkan masakkan gadis tanpa nama itu dengan cepat.

Nyonya besar mengambil hidangan selanjutlah. Gadis yang berlagak dengan segala tampilan memilih untuk berdiri di tempat semula. Nayla merasa kasihan melihatnya, tapi juga merasa puas melihat dia di tegur. Entah apa yang telah terjadi kepadanya.

Gemetar perlahan muncul di benak Nayla, Dia menatap hidangannya sudah dicicipi semua orang. “Ibu, doakan anakmu.” Benak Nayla.

“Ehem! Siapa yang membuat masakkan ini?” tanya Nyonya Besar. Nayla melangkah maju dengan perlahan. Kedua tangannya terkepal erat untuk menghilangkan perasaan gugup.

“I-itu, masakkan saya Nyonya besar.” Nayla menatap kearah Nyonya Besar yang menatap kembali pada dirinya.

“Engak enak kayaknya....”benak Nayla.

Bab 3 : Selamat Untukmu

Nayla bersusah payah menelan Salivanya, melihat Nyonya besar mengangguk-angguk kepala.

“Kamu membuat bubur ayam yang sangat enak. Rasa hingga sajiannya, menarik.” Nyonya besar kembali menyuap bubur ayam buatan Nayla.

Rasa gugup yang ada didada menghilang seketika. Nayla tersenyum dengan puas karena bubur ayamnya dinilai dengan baik.

Setelah tes memasak. Mereka diajak menuju keruang tengah.

“Oke semuanya, tes memasak telah usai. Terima kasih sudah mengikuti tes yang diberikan. Selanjutnya, kita di tes terakhir ... ada dua tes yang digunakan memasak dan tes tanya jawab, untuk tes bersih-bersih, kalian pasti sudah bisa mengerjakan semuanya bukan?” tanya Nyonya besar.

Semua mengangguk. pada dasarnya, mereka anak sederhana yang tugas rumah sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Tidak heran, mereka mengangguk dengan cepat, menjawab pertanyaan Nyonya Besar.

“Baguslah ... kalau begitu kita mulai saja tes selanjutnya, malam ini pengumuman yang akan memutuskan siapa menjadi pembantu untuk Putra saya. Yang pertama, kamu....”

Nayla kaget ketika ditunjuk oleh Nyonya besar. Rasa tenang Nayla diganti dengan kegugupan.

“A-A, iya ... Iya Nyonya.”

...-*-...

Diruang kerja seseorang. Nayla berdiri menatap Nyonya besar yang mencatat sesuatu diatas kertas.

“Kita mulai?” tanya Nyonya Besar. Nayla menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan.

“Iya,” jawab Nayla dengan percaya diri.

“Oke, pertanyaan pertama ... apa yang akan kamu lakukan jika Tuan Muda belum terbangun dari jam biasanya?”

Nayla menjawab dengan santai. “Yang akan saya lakukan, membangunkan Tuan Muda sebaik mungkin, serta menyiapkan perlengkapannya. Biasanya orang terlambat pasti akan terburu-buru hingga tertinggal sesuatu.”

Nyonya besar mengangguk. “Pertanyaan Kedua, apa yang akan kamu lakukan, jika Tuan Muda harus pergi keluar kota.”

Nayla kembali menjawab dengan santai. “Sebagai Pembantu, sebisa mungkin saya akan mengikuti Tuan Muda. jika, batas saya hanya sampai disini. Maka, saya harus menjaga batasan agar tidak kelewatan. Bertugasnya Tuan Muda diluar kota, pasti akan ada asisten atau pelayan pribadi yang mengikutinya.”

Lagi-lagi Nyonya Besar mengangguk. “Pertanyaan terakhir, apa yang akan kamu lakukan jika....”

Nayla menatap pandangan Nyonya Besar yang melirik dirinya. “Jika, kamu jatuh cinta kepada Tuan Mu sendiri?”

Suasana di dalam ruang kerja seketika sunyi. Nayla berperang dengan pikirannya sendiri, agar jawabannya tidak salah. Bagaimana pun, ini menyangkut tentang perasaan dirinya.

“Yang akan saya lakukan adalah memendamnya, saya harus sadar bahwa posisi saya bukan sebagai kekasih, atau yang lain. tapi, posisi saya sebagai pembantu.” Jawab Nayla.

Nyonya besar menganggukkan kepala. “Baiklah, semua pertanyaan bisa kamu jawab. Kalau begitu, istirahatlah.”

Nayla mengangguk, ia pamit untuk meninggalkan ruangan. Setelah mendapat izin Nayla menghela nafas diluar ruang kerja.

“Nak Nayla, kemari!” seru Bi Sih yang berdiri tidak jauh dari ruang kerja.Melihat kehadiran sang Bibi, Nayla bergegas mendekat kearahnya.

“Bagaimana Nak, apa kamu mengalami kesulitan?” Bi Sih bertanya dengan wajah paniknya. Nayla di peluk dengan erat oleh Bi Sih.

“Tidak Bi, lagi pula Nyonya besar sangat baik.” Nayla meyakinkan Bi Sih untuk tidak khawatir kepadanya. Pelukkan Bi Sih terlepas dengan perlahan.

“Bi Sih jadi tidak enak Nayla, kamu disini ingin bekerja tanpa seleksi, Bibi engak tahu kalau seperti ini jadinya.” Bi Sih dengan sendu menatap kearah Nayla.

Rasa bersalah Bi Sih sangat besar, kedatangan Nayla ingin langsung mendapatkan pekerjaan. Tetapi, siapa sangka ada seleksi untuk bisa bekerja di tempat seperti ini. Tidak bisa dipungkiri, mereka bekerja dikeluarga yang sangat berada, wajar jika seperti ini jadinya.

Nayla tidak bisa berucap apa-apa, ia juga merasa kecewa karena ada seleksi seperti ini. tetapi, dia yakin bahwa dia akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

Waktu berjalan dengan cepat. Tidak terasa bagi Nayla, kini dirinya berdiri diruang tengah dengan tiga gadis yang lain. tampak diwajah kedua gadis itu, kebahagiaan dan kesedihan.

Ehem!

“Kalian semua luar biasa, malam ini adalah pengumumannya. Apa semua sudah siap?” tanya Nyonya Besar sambil menatap ketiga gadis yang mengangguk bersama.

Semua berkumpul diruang tamu, tentu ada Tuan Besar yang pernah dilihat oleh Nayla. Hanya Tuan Muda yang tidak tampak batang hidungnya, Nayla mengira ia akan melihat dengan jelas wajah Tuan Muda itu.

Nayla bertemu dengan Tuan Muda tepat saat tiba disini, hanya ia tidak melihat dengan jelas wajah Tuan Muda. tetapi, Nayla sempat terpana melihatnya.

“Apa saat itu aku melihatnya dengan jelas?” benak Nayla mengingat kedatangannya kemarin.

Nyonya besar menyadarkan Nayla yang melamun. Suara lembut terdengar di telinga. Debaran hati Nayla memuncak ketika melihat Wanita didepannya tersenyum bahagia.

“Oke, Saya akan langsung mengumumkannya saja ya, tidak perlu berbasa basi. Selamat untuk kamu...,”

Semua menatap satu dengan yang lain, melihat Nyonya besar mengarahkan pandangannya pada satu orang.

“Puput, kamu yang akan menjadi pembantu putraku.” Lanjut Nyonya.

“Puput sangat konsisten dalam menjawab pertanyaanku, Aku puas mendengarnya. Lalu hidangan yang dia masak sangat enak dan pas untuk sarapan kita. Puput, kamu terpilih menjadi Pembantu disini.”

Perasaan sesak didada Nayla berhasil menghentikan nafas yang berhembus diparu-paru. Rasa ketidak berhasilan membuatnya pasrah dengan yang terjadi.

“Tidak apa, inilah hasilnya. Nayla, ada banyak pekerjaan yang lain, mari mencarinya.” Benak Nayla.

“Ehm, Maaf Nyonya Besar.”

Semua menatap kearah Puput yang melangkah mendekati Nyonya besar.

“Ada apa Puput, kamu tidak menginginkan pekerjaan ini?” tanya Tuan Besar yang akhirnya berbicara.

Nayla melirik Puput yang tampak gelisah. “Gadis ini kenapa? Apa ada sesuatu yang menyulitkannya.” Benak Nayla.

“Tuan besar, Puput tidak bisa menerima pekerjaan ini. maaf sekali, niat Puput bekerja karena memikirkan biaya kuliah. Barusan, keluarga Puput memberi kabar kalau mereka sudah memiliki dana untuk Puput melanjutkan pendidikkan. Jadi, Puput ingin fokus kependidikkan yang diberikan.”

Nada bicara Puput sangat berhati-hati, semua yang mendengarnya mengangguk. tentu saja mereka akan menolak jika sudah mendapat kesempatan meraih impian. Nayla dulu juga menginginkan hal itu, hanya takdir berkata lain.

“Tidak apa Puput, jika memang itu keputusanmu tidak masalah. Sayang, ada kadidat lain?” tanya Tuan Besar kepada sang Istri yang berdiri disampingnya.

Nyonya besar mengangguk. “Ada, Kadidat itu jatuh kepada Nayla.”

Semua melirik Nayla yang terkejut namanya diucapkan. “A-Aku?”

Nyonya besar dan Tuan besar mengangguk bersama-sama. “Iya kamu, Nayla. Baiklah, untuk yang tidak keterima silahkan kembali esok hari, ada hadiah juga untuk kalian.” Ucap Tuan besar yang membuat Puput beserta Gadis tanpa nama pergi meninggalkan ruang tengah.

Kini yang tersisa hanya Nayla. Ia menjadi gugup dengan keadaannya sekarang. entah bintang jatuh dari mana yang mengubah takdir hidupnya. Ia pikir akan pulang dengan tangan kosong, ternyata ia malah mendapatkan kejutan seperti ini.

“Nayla, selamat untukmu.” Ucap Nyonya besar.

Nayla mengangguk mendengar ucapan selamat dari Nyonya Besar. Dia menundukkan kepala karena merasa malu.

“Jangan malu Nayla, besok kamu akan bertemu dengan Putraku. Semoga pekerjaannya tidak memberatkanmu.” Ucap Tuan Besar.

Sekali lagi Nayla mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh Tuan Besar. Hati yang gundah dan sedih itu menghilang seketika. Tidak disangka, dialah yang bekerja disini.

“Ibu, aku berhasil. Semoga dengan bekerja disini, kebutuhan kita tercukupi.” Benak Nayla.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!