Cinta Dalam Pernikahan Kontrak
Yasmin tidak pernah tahu kalau ternyata Ayah tirinya memasang fotonya dalam status sosial media instagram miliknya dengan hashtag "menerima pernikahan kontrak atau gadai anak gadis dalam waktu yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak dengan harga cantik"
Yasmin yang memiliki paras cantik dan masih terlihat muda karena memang usianya baru dua puluh tahun membuat banyak laki-laki menginginkan cinta meski sesaat dengan Yasmin.
Saat itu banyak chat masuk dari nomor tidak dikenal pada ponsel Zafran~ayah tiri Yasmin. Yang menuliskan nominal uang yang cukup besar mulai dari lima juta hingga dua puluh lima juta.
Yasmin tak ingin ikut campur dalam urusan sang Ayah, dia pikir suaminya itu sedang berbisnis menjual sesuatu milik sahabat atau orang kenalannya.
Selama ini memang Zafran adalah seorang pebisnis yang menjual apapun milik teman dan orang lain. Dia bisa menjual mobil dengan cepat menjual rumah tanah atau apapun.
Malam itu, Yasmin sedang makan malam bersama Zafran dan Ibunya.
"Yas, hutang Ayah sama rentenir itu sudah sangat banyak. Ayah akan menjual rumah ini untuk bayar hutang," ucap Zafran pada Yasmin.
Yasmin menghentikan gerakan mulutnya yang sedang mengunyah makanannya.
"Bang, kalau Abang menjual rumah ini, kita mau tinggal di mana?" ucap Dalina~ibunya Yasmin.
"Kita bisa tinggal di rumah kontrakan. Kamu kan juga setiap hari kuli nyuci. Bisa buat bayar kontrakan perbulannya."
"Jangan, Bang ini rumah peninggalan orang tuaku. Lagian semua ini salah kamu yang suka judi dan mabuk-mabukan, Bang aku minta kamu berhenti dari kebiasaan kamu itu."
Brak!
Zafran menggebrak meja makan dengan keras hingga piring dan gelas yang ada diatasnya berantakan.
Yasmin dan Dalina terperanjat karena perlakuan Zafran, mereka mulai ketakutan pada suaminya itu.
"Kamu jangan pernah mengatur hidupku! Dasar istri tidak berguna!" Zafran beranjak dari duduknya dan meninggalkan Dalina dan Yasmin di sana.
Dalina menangis karena suaminya itu tidak pernah berubah sifatnya.
Yasmin mengelus punggung sang Ibu dengan lembut sambil berkata, "sabar ya Bu."
Dari awal menikah hingga sekarang, Zafran tidak berubah sedikitpun meski laki-laki itu sudah berjanji padanya akan meninggalkan semua kebiasaan buruknya tapi semua itu hanyalah janji semu. Semua perkataan Zafran padanya tidak pernah ditepati.
Yasmin masih berkutat di dapur untuk membereskan perabotan bekas dirinya masak dan bekas mereka makan barusan sementara Dalina pergi ke kamarnya untuk menyusul Zafran dan berbicara pada suaminya itu! Namun saat dirinya sampai di kamarnya Zafran sudah tertidur.
Tiba-tiba ada telpon masuk dari nomor tidak dikenal.
Baru Dalina akan menerima telpon itu, Zafran terbangun dan mengambil alih ponselnya dari Dalina.
"Siapa nih?" ucap Zafran.
Tanpa lama-lama Zafran langsung menerima telpon itu.
[Halo.] ucap Zafran.
[Saya ingin menggadai anak kamu] ucap seorang laki-laki dari sebrang telpon.
[Maksud kamu?]
[Kamu mau menggadaikan anak kamu kan?]
[Tahu dari mana kamu?]
[Dari sosial media. Lima puluh juta untuk satu tahun, apa masih kurang?]
Zafran membuka matanya lebar dan senyum sumringah langsung membingkai di wajahnya.
[Kamu serius?]
[Temui saya besok di kafe xxx untuk membicarakan kontraknya.]
[Baik. Saya akan datang besok pada saat jam makan siang.]
Zafran langsung mematikan sambungan telponnya dan dia langsung tidur dengan tenang karena sebentar lagi akan mendapatkan uang hasil dari menggadaikan anak tirinya sendiri.
"Siapa Bang?" tanya Dalina.
"Gak usah ikut campur." Zafran menyibakkan selimut lalu segera menutup matanya untuk menghindari pertanyaan dari Dalina.
Entah apa yang ada dalam pikiran Zafran sehingga dia tega memperlakukan anaknya sendiri seperti barang yang bisa di gadai dan diperjual belikan.
Selesai beres-beres di dapur, Yasmin langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
*******
Hari itu, Zafran dan laki-laki yang akan menggadai anak tirinya itu akan bertemu untuk membicarakan tentang kontrak yang akan mereka sepakati.
Di sebuah kafe, Zafran berjalan sambil mengedarkan pandangannya mencari orang itu!
"Mana ya orang itu?" gumam Zafran.
"Pak Zafran ya?" tanya seorang waitres pada Zafran.
"Iya, Mbak."
"Pak Gibran sudah menunggu Anda di ruangan VIV kami."
"Ruangannya disebelah mana ya Mbak?"
"Mari saya antar!"
Perempuan itu mulai berjalan menuju ruangan yang sudah dipesan oleh Gibran!
"Permisi, Pak ini orang yang bernama Pak Zafran," ucap perempuan itu pada Gibran.
"Pergilah, tinggalkan kami di sini," ucap Gibran.
Zafran langsung berjalan menghampiri Gibran dan langsung duduk di kursi itu!
Di atas meja itu sudah tersedia makanan dan minuman. Sebelum Zafran tiba Gibran sudah memesan semua itu karena dia tak ingin berlama-lama di sana.
Zafran terus menatap makanan yang menurutnya sangat mewah itu, selama ini dirinya tidak pernah menyantap makanan mahal seperti yang saat itu terhadang di atas meja.
"Kenapa hanya dilihat. Kalau mau makan saja," ucap Gibran.
"Beneran? Kalau gitu saya makan ya," ucap Zafran penuh semangat.
Setelah Zafran selesai makan, Gibran langsung memulai pembicaraannya.
"Mana gadis itu?" tanya Gibran.
"Dia tidak ikut," sahut Zafran.
"Apa, kenapa tidak ikut? Kamu mempermainkan saya."
"Bukan begitu, saya ingin memastikan dulu kamu nya serius atau tidak dengan perkataan kamu semalam."
"Saya serius, apa kamu tidak percaya? Saya harus melihat anak kamu dulu sebelum membayarnya."
"Anak saya cantik. Kamu tidak usah khawatir, kamu tidak akan kecewa."
"Bagaimana peraturan dalam Pegadaian ini?"
"Sama seperti barang, setelah saya mempunyai uang saya akan menebus anak gadis saya."
"Kamu tidak perlu mengganti uang saya karena saya ingin mengkontrak anak gadis kamu."
"Maksudnya? Untuk apa?"
"Saya akan menikahinya jika keluarga saya setuju dengannya."
"Menikahinya? Tapi–"
"Kamu tidak usah khawatir, saya tidak akan melakukan apa pun terhadap anak gadis kamu itu. Tugas dia hanya berpura-pura menjadi istri sungguhan dihadapan orang tua saya dan keluarga saya."
"Bukan begitu, maksud saya dalam waktu berapa bulan kamu akan mengkontrak anak saya?"
"Saya akan melihat anak kamu dulu, setelah saya tahu baru saya akan memutuskan berapa lama dan berapa harga yang saya tawarkan untuk anak gadis yang menurutmu cantik itu."
"Baiklah kalau begitu. Saya akan mempertemukan anak saya sama kamu nanti malam."
"Saya tunggu. Datang saja ke apartemen saya, ini alamatnya," ucap Gibran.
Zafran mengambil alamat yang diberikan oleh Gibran dan menyimpannya di dalam saku celananya.
"Saya harus pergi karena saya masih banyak urusan!" Gibran beranjak dari duduknya lalu berjalan meninggalkan Zafran.
"Tapi ini makanannya masih banyak," ucap Zafran.
"Kamu makan saja kalau kamu mau."
*******
"Kamu dari mana Gibran?" tanya Darwin~papanya Gibran.
"Aku habis ketemu klien Pa," sahut Gibraltar.
"Sini duduk! Papa mau bicara."
Gibran duduk di sofa yang ada di ruang pribadinya Darwin! "Ada apa Pa?"
"Sampai kapan kamu mencari pasangan yang cocok? Papa dan Mamamu sudah tua."
"Gak lama lagi kok Pa."
"Selalu seperti itu jawaban kamu. Papa kasih waktu satu minggu kalau dalam satu minggu kamu gak bisa mendapatkan gadis pilihan kamu, terpaksa Papa akan menjodohkan kamu dengan anak teman Papa."
"Pa, mencari pasangan itu tidak mudah. Aku tidak mau menikah dengan gadis pilihan Papa."
"Gibran, Wanda sudah tidak ada, dia sudah tenang di alam sana. Kamu mau menunggu apa lagi?"
"Pa, aku masih mencintai Wanda."
Gibran pernah mengalami kejadian pahit, suatu hari sebelum dirinya menikah dengan kekasihnya, saat mereka akan pergi ke suatu tempat untuk mencari sesuatu untuk kebutuhan pernikahannya tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah mobil tronton yang kehilangan kendali dan menabrak mobil mereka.
Wanda meninggal di tempat sedangkan dirinya masih bisa selamat karena terpental dari dalam mobilnya ke tempat yang lumayan jauh dari sana.
"Gibran sudahlah, jangan terus mengingat Wanda. Wanda tidak akan pernah kembali lagi. Kamu harus tahu Papa dan Mama juga sangat mengharapkan Wanda tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa karena Tuhan lebih menyayangi dia."
"Sudahlah Pa, aku sibuk. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu."
Gibran pun langsung pergi dari ruangan Darwin!
*******
Dikediaman Zafran dan keluarga.
"Astaghfirullah, Bang! Kamu kenapa mengacak-acak lemari pakaian Yasmin?" ucap Dalina saat melihat Zafran yang mengacak-acak pakaian anak gadisnya dan menurunkan semua pakaiannya dari dalam lemari.
"Aku sedang mencari pakaian yang bagus untuk Yasmin" ucap Zafran.
"Ayah, semua pakaian milik aku bagus kok. Gak ada yang sobek," ucap Yasmin.
"Diam kamu. Kamu harus bekerja agar bisa mendapatkan uang untuk Ayah bayar hutang."
"Untuk apa, Bang? Kenapa harus memakai pakaian yang bagus?"
"Nanti malam Yasmin ikut aku ketemu sama teman aku."
"Untuk apa? Biasanya juga tidak pernah mengajak Yasmin."
"Yasmin akan bekerja padanya. Kamu tahu kan hutang Abang sudah menumpuk, kalau tidak dibayar Abang bisa dipenjara."
"Tapi kerja apa Yah? Sampai aku harus menggunakan pakaian seperti ini?" tanya Yasmin.
"Jangan banyak bertanya Yasmin! Ikuti saja apa yang Ayah minta, kamu jadi anak jangan banyak protes."
Zafran mulai kesal karena Yasmin dan Dalina terus bertanya padanya, dia membentak Yasmin lalu melemparkan baju yang dia pegang pada wajah Yasmin!
Yasmin tak melawan, dia hanya diam dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.
Bagaimana tidak, selama ini dirinya tidak pernah mendapat perlakuan baik dari Ayah tirinya itu karena selalu dianggap beban keluarga oleh Zafran. Dirinya memang tidak bekerja seperti gadis lain yang memiliki pendidikan tinggi, Yasmin hanyalah seorang wanita yang hanya lulus sekolah SMA, sehari-hari dirinya bekerja sebagai tukang kuli cuci, gosok seperti sang ibu.
Selama ibunya menikah dengan Zafran tak sekalipun dirinya mendapatkan perlakuan baik dari sang Ayah tiri. Dirinya selalu dimarahi dan disalah-salahkan jika Zafran kalah dalam berjudi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments