Setelah satu bulan mereka melakukan sandiwara dengan berpacaran kini mereka akan melanjutkan ke pernikahan karena orang tuanya Gibran mendesak Gibran untuk cepat-cepat menikahi Yasmin.
Hari ini adalah hari pernikahan antara Gibran dan Yasmin, tentunya dengan tambahan uang kontrak seperti yang sudah Gibran dan Zafran sepakati.
"Akhirnya, Mama dan Papa punya menantu juga," ucap Maria dengan raut wajahnya yang dipenuhi oleh kebahagiaan.
"Sekarang kalian tidak akan menuntut apapun lagi kan dari aku?" ucap Gibran.
"Oh tidak. Setelah kamu menikah tentunya kamu harus memberikan cucu untuk kami berdua," ucap Darwin.
Gibran menatap Yasmin yang dari tadi hanya diam dalam senyuman kepalsuan lalu Gibran menatap Zafran yang kini sedang menatapnya dengan tatapan aneh.
"Itu gak usah dibahas sekarang. Yang penting mereka sudah menikah," ucap Dalina.
Sebenarnya Dalina sangat merasa sedih dengar pernikahan itu, dia tahu putrinya tidak menginginkan pernikahan itu karena itulah dirinya tidak bahagia di hari itu.
"Bu besar, Pak besan sekarang sudah malam dan acara pernikahan anak-anak kita sudah selesai. Mari kita pulang," ucap Darwin.
Acara pernikahan mereka memang sudah selesai karena memang acara itu dilangsungkan dari pagi hari.
"Mari Pak, Bu. Kami juga akan pulang."
"Bu, Pak saya titip anak saya ya. Dia belum mengerti apa-apa, kalau dia tidak tahu tolong diberitahu dan kalau dia salah jangan sungkan untuk mengingatkannya," ucap Dalina.
"Bu, anak kami juga belum tahu apa-apa tentang berumah tangga. Mereka akan sama-sama belajar, tugas kita hanya memantau mereka saja," ucap Maria.
Sementara dua wanita itu berbicara, Gibran dan Yasmin hanya saling diam dan tak ada sedikitpun kemesraan yang mereka perlihatkan.
"Yasmin, Ibu pulang dulu ya. Kamu baik-baik ya bersama suamimu. Jadilah istri yang berbakti pada suami," ucap Dalina pada Yasmin.
Yasmin meneteskan air matanya saat berada dalam pelukan sang ibu.
"Udah-udah jangan menangis. Kayak mau pergi selamanya saja, nanti juga kita bisa ketemu lagi," ucap Zafran.
Dalina pun melerai pelukannya lalu mulai berjalan meninggalkan mereka!
Keluarga Gibran pun segera pulang karena mereka juga sudah lelah setelah seharian mengadakan resepsi pernikahan.
Di dalam mobil.
Gibran dan Yasmin tidak saling bicara, keduanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing sedangkan orang tuanya Gibran menggunakan mobil lain dan mereka juga sudah pergi lebih dahulu.
"Den Gibran, selamat ya atas pernikahannya," ucap sopir yang mengantar Gibran dan Yasmin pulang.
"Terimakasih Pak," ucap Gibran dengan senyuman di bibirnya.
"Den, saya tidak bisa ngasih kado apa-apa hanya doa saja yang bisa saya kasih. Semoga Aden dan Mbak Yasmin bahagia dan rumah tangganya langgeng sampai kakek-nenek, sampai maut yang memisahkan."
"Amin," ucap Gibran dan Yasmin bersamaan.
Yasmin menatap Gibran dan Gibran pun menatap Yasmin. Bagaimana bisa mereka meng_aminkan perkataan sopir itu sementara mereka hanya menikah kontrak.
Tak lama mereka tiba di rumah milik orang tuanya Gibran.
Sopir itu menghentikan laju mobilnya lalu membukakan pintu mobilnya untuk Gibran dan Yasmin!
"Ayo masuk! Ini rumah orang tuaku, untuk sementara kita tinggal di sini saja dulu sebelum aku membeli rumah baru," ucap Gibran.
"Aku sudah tahu ini rumah orang tuamu. Kau lupa kalau sebelumnya kau pernah mengajakku ke sini?"
*******
Di kediaman Zafran.
"Sudahlah Dalina, jangan nangis terus. Lagipula Yasmin tidak akan tersiksa di sana," ucap Zafran pada istrinya.
"Bang, Yasmin tidak harus melakukan ini hanya untuk membayar hutang kamu. Kenapa kamu tega menjual putriku demi menyelamatkan kamu dari para rentenir itu."
"Sekarang kamu menyalahkan aku? Harusnya kamu sadar diri Dalina. Kamu itu sekarang tidak bisa kerja dan menghasilkan uang."
"Bang, dulu kamu sendiri yang minta aku berhenti bekerja. Sekarang apa? Sekarang kamu malah menumpahkan tugas kamu sebagai suami kepada aku dan kamu tega-teganya menjual anakku pada orang kaya itu."
"Diam! Diam Dalina!" Zafran berteriak pada istrinya seolah tak ingin disalahkan.
*******
Di kamar Gibran dan Yasmin.
"Kamu tidur aja di tempat tidur ini, biar aku tidur di sofa," ucap Gibran.
"Terserah kamu. Boleh aku pinjam handuk? Aku mau mandi."
"Mandi? Yakin?"
"Iya, memangnya kenapa? Aku getah dan gak betah memakai make_up setebal ini."
"Yasmin. Kamu sudah baca surat kontrak pernikahan kita kan?"
"Sudah dan aku juga sudah menandatangani itu. Kamu tentang saja, aku tidak akan membuat kesalahan."
"Ini handuk mu." Gibran memberikan handuk yang dia ambil dari dalam lemari kepada Yasmin.
Yasmin meraih handuk itu lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.
Di kamar Darwin dan Maria.
"Ma, cepat istirahat udah malam," ucap Darwin.
"Iya Pa, sebentar lagi kok." Maria terus fokus pada ponselnya.
"Lagi chat_an sama siapa sih? Serius banget."
"Mama lagi pesan cucu sama Gibran."
Darwin segera merebut ponsel itu dari tangan istri lalu menyimpannya di atas meja!
"Mama apa-apaan? Kayak anak muda saja. Nanti juga kita pasti dapat cucu. Mereka baru menikah, biarkan mereka menikmati masa-masa indah setelah pernikahan dulu."
"Ih Papa, Mama pengen cepat punya cucu."
"Ayo tidur."
Darwin membawa Maria berbaring di atas tempat tidurnya lalu menutup setengah tubuh mereka dengan selimut.
Di kamar Gibran.
Yasmin baru saja keluar dari kamar mandi, dia berjalan menuju tempat tidur milik Gibran lalu duduk di atas tempat tidur empuk itu!
"Yasmin, dalam kontrak pernikahan kita tidak ada larangan aku untuk melakukan sesuatu yang seharusnya menjadi hak aku sebagai suami jadi aku–"
"Pernikahan kita hanya kontrak dan itu hanya selama satu tahun saja. Jika aku hamil dan memiliki anak, kasihan anak itu karena orang tuanya harus berpisah lagipula aku pikir tidak ada cinta itu berarti tidak ada nafsu yang membuatmu akan meminta hak kamu sebagai suami."
"I_iya aku tahu itu tapi ... sudahlah jangan bahas itu. Kamu tenang saja, aku pastikan kamu akan tetap menjadi gadis asli sampai kita berpisah nanti."
"Aku pegang janjimu. Aku di sini bukan karena keinginanku tapi karena keinginanmu dan juga Ayah tiriku. Aku harap kamu mengerti, beri aku waktu untuk menerima semua ini."
"Dia Ayah tiri mu?"
"Ya. Ayah kandungku sudah meninggal sejak aku masih sekolah menengah pertama."
"Maaf, aku tidak tahu."
Yasmin tersenyum tipis. "Bukan salah kamu. Kenapa harus minta maaf."
"Tidurlah. Aku mau tidur di sofa saja."
"Tapi kamu pemilik kamar ini. Biar aku saja yang tidur di sofa."
"Aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan tidak baik, jadi aku saja yang tidur di sana."
"Tidak pernah melakukan wanita tidak baik tapi kamu menjadikan aku sebagai istri di atas kertas. Setidaknya pikiran Ibumu yang sudah kamu bohongi," ucap Yasmin didalam hatinya.
Yasmin pun segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur itu dan langsung tertidur!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments